Saat Eilaria terbangun di pagi hari, ia tak menemukan Gabriel ada di sampingnya. Eilaria bangun dan segera berjalan ke arah jendela. Saat dilihatnya mobil Iel masih di sana, Eilaria merasa lega.
Ia pun bangun dan langsung ke kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi paginya yang kali ini agak cepat karena tangannya yang masih terluka.
Saat ia keluar dari kamar, dilihatnya Iel sedang berdiri di depan kompor dan membelakanginya. Eil berjalan perlahan dan memeluknya dari belakang membuat Iel terkejut.
"Good morning!" Sapa Eilaria.
"Good morning, honey!" ujar Iel sambil menyentuh tangan Eil yang melingkar di pinggangnya.
"Aku suka harummu." Kata Eil sambil memendamkan wajahnya di ceruk leher Iel. Tinggi mereka yang memang hampir sama membuat Eil hanya butuh berjinjit sedikit untuk dapat mencium leher Iel.
Iel melepaskan tangan Eil dan membalikan tubuhnya."Duduklah. Aku buatkan sarapan untukmu." Kata Iel sambil menyentuh pipi Eil dengan punggung tangannya.
"Iel, sejak kemarin kau tak pernah mencium bibirku. Ada apa?" tanya Eilaria dengan wajah sedikit cemberut.
Gabriel tersenyum. Kedua tangannya menangkup pipi Eil dan menatap tajam mata itu. "Kau tahu kalau aku masih sakit. Tanganmu juga sakit. Jika kita saling berciuman bibir, maka aku takut tak bisa menahan diriku, sayang."
Eilaria mengingat beberapa hari lalu, saat keduanya saling berciuman dan memang hampir bercinta namun Iel meringis kesakitan.
"Maafkan aku!" Eil terlihat menyesal.
Iel menunduk dan mengecup singkat bibir Eilaria. "Tunggulah aku sembuh dan tanganmu juga sembuh. Kita pasti akan melaluinya dengan manis."
Eilaria memeluk suaminya. "Aku mencintaimu."
"Aku tahu." Iel mencium dahi Eil lalu melepaskan pelukannya, menuntun istrinya untuk duduk di meja makan lalu ia menyiapkan roti bakar dan susu untuk mereka berdua.
Selesai sarapan, keduanya membereskan pakaian mereka dan segera meninggalkan villa itu.
Gabriel meninggalkan kunci villa pada penjaga pintu masuk. Pelayan akan datang untuk membersihkan villa itu. Sekalipun villa itu sudah menjadi milik mereka namun villa itu tetap dikelola oleh pihak perusahaan dan tidak akan disewakan kepada pihak lain. Perusahaan menjamin semua barang-barang yang ada di dalam vila akan aman.
"Sayang, kamu ganti mobil ya? Aku tak pernah melihat kamu memakai mobil ini saat kita pacaran. Setahuku juga kalau semua mobilmu berwarna hitam." tanya Eilaria penasaran saat keduanya sudah meninggalkan gerbang vila.
"Ini mobil daddy"
"Mobilmu kemana?"
"Saat akan kembali ke vila bannya tiba-tiba saja kempes. Kebetulan daddy masih ada di Bogor jadi kami tukaran mobil aja."
"Oh, begitu ya?" Eilaria melirik ke arah Iel yang sedang konsentrasi dengan jalan yang ada di depan mereka. "Sayang, tanganmu juga masih sakit kan? Apakah kamu bisa menyetir sampai Jakarta?"
"Gerry akan menunggu kita di perbatasan. Dia yang akan menyetir sampai Jakarta karena memang aku tak sanggup jika harus menyetir terlalu lama."
"Baguslah." Eil bernapas lega.
15 menit kemudian, mereka tiba di depan sebuah mini market. Gabriel turun dan berbicara dengan seorang Gerry, lalu ia membuka pintu di samping Eil, meminta istrinya turun dan berpindah ke belakang. Lalu ia ikut duduk di belakang bersama Eilaria.
"Langsung ke Jakarta, tuan?" tanya Gerry.
"Iya." jawab Gabriel.
Saat mobil mulai berjalan, Eilaria melingkarkan tangannya di lengan Iel. Kepalanya kemudian bersandar di bahu suaminya. Iel Sedikit meringis menahan sakit membuat Eil mendongak. "Apakah di sini sakit? Aku pikir lukanya di sebelah kanan."
"Di sebelah kiri ada memar juga."
"Ya sudah, aku bersandar di pintu mobil saja." Eilaria melepaskan tangannya namun sebelum ia menjauh, tangan Iel langsung melingkar di bahu istrinya itu dan menariknya agar mendekat. "Bersandar di dadaku saja."
"Di sana kan juga ada memar."
Gabriel tersenyum. "Sudah hilang."
Eilaria pun menyandarkan kepalanya di dada Gabriel. Gadis itu memejamkan matanya ketika tangan Iel perlahan mengusap lengannya.
Dari kaca spion, Gerry memperhatikan pasangan itu. Ia tersenyum melihat kemesraan mereka.
***********
Eilaria terbangun saat mereka sudah berada di apartemen Gabriel. Keduanya bergandengan tangan saat memasuki apartemen.
Ada rona merah di pipi Eilaria saat memasuki apartemen ini dengan status mereka yang sudah menjadi suami istri.
Gerry ada di belakang mereka sambil membawakan koper Eil dan Iel.
"Apakah kau sudah lapar?" tanya Gabriel.
"Belum. Aku mau membereskan baju-baju kita dulu."
Gabriel menatap jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 11 siang. Gerry masih menunggu di depan pintu masuk.
"Aku harus ke kantor. Ada beberapa urusan penting..Aku tinggalkan kamu sendiri ya?"
Eil mengangguk. "Apakah kau akan pulang sebelum makan malam?"
"Akan kuusahakan." Gabriel menunduk, mengecup bibir Eil sebentar lalu segera pergi bersama Gerry.
Setelah suaminya menghilang di balik pintu, Eilaria langsung ke kamar untuk membereskan barang-barang bawaan mereka dari villa. Ia memisahkan pakaian yang bersih dan pakaian yang kotor, mengatur pakaian bersih ke dalam lemari lalu membawa baju kotor ke luar kamar.
Eilaria menelepon bi Uli yang masih ada di apartemennya. Ia meminta bi Uli untuk datang ke apartemen Gabriel. Namun sebelumnya ia meminta agar bi Uli membawa beberapa pakaiannya dan laptopnya.
"Aduh, non. Bibi jadi kangen." kalimat itulah yang disebutkan pelayannya itu saat Eilaria menunggunya di lobby apartemen. Memang untuk bisa masuk ke apartemen ini harus memiliki kartu akses.
"Aku juga kangen dengan bibi."
"Makin cantik saja setelah menikah."
"Bibi bisa saja." Eilaria menggandeng tangan bi Uli saat keduanya masuk ke dalam.
Sepanjang hari bi Uli membantu Eilaria membersihkan apartemen dan menyiapkan makan malam. Bi Uli juga mencuci semua pakaian kotor dan langsung menyetrikanya ketiga pakaian itu sudah kering.
"Bi, apartemen ini kan sangat luas. Jadi bibi tinggal di sini saja."
Bi Uli tersenyum. "Nantilah, non. Jika masa-masa bulan madunya sudah agak lama. Nanti apartemen non di sana nggak ada yang jagain, kan?"
"Aku berencana untuk menjual apartemen itu. Soalnya Iel juga berencana membeli rumah."
"Kalau begitu nanti kalau rumahnya sudah selesai dan bibi akan tinggal bersama non. Nikmati saja masa-masa berdua kalian. Siapa tahu cepat diberikan momongan."
Eilaria tersenyum kecut. Wajahnya menyimpan kesedihan.
"Ada apa, non?" tanya bi Uli yang sudah sangat mengenal karakter nona nya ini.
"Kami belum tidur bersama."
Bi Uli terbelalak. "Tapi...., bagaimana bisa?"
"Eilaria menceritakan kecelakaan yang dialami Gabriel di hari pernikahan mereka.
"Bersyukur saja kalau tuan hanya mengalami beberapa luka. Anggaplah malam pengantinnya tertunda sedikit. Itu nggak masalah. Bibi saja dulu pas nikah nanti 4 bulan kemudian baru merasakan malam pertama."
"Mengapa?"
Bi Uli terkekeh. "Bibi takut, non. Katanya saat pertama itu sakit. Apalagi suami bibi terlihat lebih berpengalaman dari bibi. Setiap kali ia mencoba mendekat, bibi selalu ketakutan. Maklumlah saat menikah usia bibi baru 15 tahun"
Gantian Eil yang terkekeh. "Pantas saja. Eh bi, apa benar kalau pertama kali melakukannya sakit?" tanya Eil agak malu namun ia penasaran.
"Sakit tapi enak."
"Kok sakit tapi enak."
"Nanti deh non yang rasakan sendiri. Yang pasti jika kita mencintai pasangan kita, kita pasti akan merasakan indahnya hubungan intim itu. Sekarang bibi ke apartemen sebelah dulu ya? Pasti sebentar lagi den Iel pulang." Bi Uli pun pamitan pulang.
********
Sayang, kamu pulang malam malam kan?
Aku sudah memasak. Aku tunggu kamu pulang ya?
Itu adalah SMS kelima yang dikirimkan Eil pada Iel. Ia juga sudah lebih dari 10 kali menghubungi Iel namun ponsel suaminya itu masih off.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Makanan yang dimasak Eil dan bi Uli pun sudah dingin. Lilin yang di pasang Eil pun sudah terbakar separuh.
Gadis itu melangkah ke arah balkon ruang tamu. Ia memandang malam di kota Jakarta yang rasanya sangat berbeda malam ini. Apakah aku yang terlalu manja dan menginginkan agar Iel selalu bersamamu? Mengapa menikah rasanya tak seindah pacaran ya?
Agak lama Eilaria berdiri di balkon.
Eilaria menatap tangannya yang masih memerah. Ia kembali ke dalam ruang makan. Mematikan lilin dan menutup semua makanan. Eilaria menuju ke kamar. Ia mengganti gaunnya dengan piyama, lalu naik ke atas tempat tidur. Jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam.
*********
Duh Eil, enakan pacaran dari pada menikah ya?
Iel kemana sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
neng ade
Wil tak tau msh ada sesuatu hal besar yg disembunyikan Wil.. tentang Ian saudara kembar nya
2023-05-17
0
novi 99
sifat iel kok berubah ... apa itu Ian yang gantikan iel Sementara makannya selalu jaga jarak.
2023-02-03
0
Mirfa Linda
ada apa sebenarnya Thor? jgn lama2 kasih tau thot
2023-01-10
1