Gabriel memarkir mobilnya di depan lobby mansion rumah orang tuanya. Gabriel memang punya apartemen sendiri namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya.
Saat ia memasuki ruang keluarga, ia terkejut melihat wanita kesayangannya sedang duduk sambil menonton TV.
"Mommy, kau sudah kembali?" tanya Gabriel dan langsung mendekati mamanya sambil memeluk wanita berusia 40an itu yang masih terlihat cantik dan menarik. Mommy selama 3 hari berangkat ke Bali untuk melihat cafenya di sana.
Giani menepuk punggung putranya dengan lembut. Ia menikmati pelukan anaknya yang kini sudah menjadi pria dewasa.
"Hallo sayang...." Kata Giani lalu melepaskan pelukannya dan mencium pipi putranya secara bergantian kiri dan kanan.
Jeronimo, papa Gabriel yang baru menuruni tangga langsung berseru. "Duh, tadi saat aku pulang dan menyapa mommy mu, aku hanya mendapatkan satu ciuman di tangan."
Gabriel melirik papanya. "Come on, dad. Kau masih saja cemburu jika mommy menciumiku lebih banyak darimu."
Jeronimo mendekati istri dan putranya. Ia sungguh menyayangi semua anggota keluarganya.
"Bagaimana perusahaan mu? Kapan kau akan gabung dengan perusahaan daddy?" Tanya Jero saat Giani meninggalkan suami dan putranya untuk membuatkan mereka kopi.
"Dad, usiaku kan baru 22 tahun, aku ingin merintis karirku sendiri. Lagian, daddy kan masih kuat mengolah perusahaan tanpa bantuan ku."
"Daddy kadang merasa sedih. Gabrian masih sibuk dengan bisnisnya di London, kamu masih sibuk dengan bisnismu di Jakarta, kapan daddy akan istirahat dan akhirnya bisa bulan madu lagi bersama mommy kalian."
"Kita kan sudah biasa liburan bersama, dad"
"Daddy ingin hanya daddy berdua dengan mommy mu."
Giani yang datang membawa kopi untuk suami dan putranya tersenyum. "Nantilah sayang. Kita pasti akan punya waktu untuk pergi berdua. Yang sekarang harus kita lakukan adalah, bagaimana caranya membuat Ian pulang. Dia kayaknya sudah sangat betah tinggal di sana."
"Iel, kemarin saat kamu berkunjung ke London, apa yang saudaramu katakan?" tanya Jero.
Gabriel menyesap kopinya. "Kakakku itu sudah ambil program studi S3 nya. Jadi sambil kuliah, ia menjadi dosen sekaligus menjalankan perusahaan bersama paman Beryl di sana. Mungkin juga karena ia sedang dekat dengan Figia."
"Sanche Figia? Ponakannya si Fidel?" Giani terkejut.
"Iya. Yang aku lihat sih begitu. Mereka dekat namun Ian tak mengatakan apapun."
Giani nampak tak suka. Perempuan itu adalah anak dari Veronika, mantan Jeronimo yang sempat menjadi gila karena Jeronimo memutuskannya.
"Jangan-jangan dia sama gilanya dengan pamannya Fidel." Cicit Jero tampak tak suka juga.
"Fidel yang sampai sekarang masih tergila-gila pada mommy kan?" Gabriel menahan senyumnya. Ia tahu daddy-nya pasti akan cemburu.
"Iya. Pada hal usianya sudah 50an. Ia juga sudah punya istri. Namun masih saja sering mengirimi mommy mu dengan bunga mawar nya." Jero nampak kesal.
Giani tersenyum. "Biarkanlah ia mengirimi aku seribu mawar setiap hari. Namun hatiku hanya untukmu, sayang."
Gabriel tersenyum. Inilah yang paling ia suka pada orang tuanya. Kemesraan mereka tak pernah lekang oleh waktu. Ia begitu ingin menjadi seperti mereka dengan pasangannya. Saling mencintai dan selalu romantis saat menikmati waktu bersama.
Wajah Eilaria tiba-tiba saja melintas di kepalanya. Bagaimana gadis itu menolaknya tadi. Jantung Gabriel berdetak dengan sangat cepat saat ia membayangkan gadis itu. Apakah aku sudah jatuh cinta padanya?
"Mommy, mengapa seorang gadis menolak kita pada hal sudah jelas terlihat kalau dia menyukai kita?" tanya Gabriel.
"Seorang Dawson ditolak perempuan? Sungguh memalukan." Jero menatap putranya sambil geleng-geleng kepala.
Giani menatap suaminya tajam. "Memangnya aku tak pernah menolakmu dulu?"
"Sayang, jangan ingatkan masa lalu."
Gabrian terkekeh. "Dad, jangan ganggu diskusi ku dengan mommy."
"Ok. Aku mau melihat kedua putriku dulu. Apakah mereka sedang belajar atau malahan main game." Jeronimo mengangkat gelas kopinya dan berjalan ke ruang kerjanya yang sering dipakai oleh Joselin dan Stevany untuk belajar.
Giani menatap putranya. "Jika seorang gadis menolak kita, pada hal kita yakin kalau dia menyukai kita, kemungkinannya ada dua. Pertama, ia sudah memiliki pacar dan hanya terpesona padamu, dan kedua, dia belum percaya padamu."
"Belum percaya?"
"Ya. Rasa suka kadang datang bisa saja di pertemuan pertama. Namun rasa percaya pada seseorang akan datang dengan seringnya kita bersama. Buatlah dia percaya padamu barulah dia akan menerimamu menjadi bagian dalam hidupnya."
"Thanks, mommy."
"Siapa dia?"
"Gadis blesteran Indonesia-London. Tapi dia kuliah di sini."
"Kapan dikenalkan pada mommy?"
"Jika dia sudah menerima lamaran ku."
"Lamaran?"
"Ya. Mommy lupa kalau aku ingin menikah muda? Kali ini aku menemukan gadis yang tepat. Mommy doakan saja ya?"
Giani hanya bisa mengangguk. Brian dan Briel bisa saja kembar. Namun semakin mereka dewasa semakin nampak ada yang berbeda. Yang satu ingin menikah muda, yang lain ingin menikah jika sudah berusia 30 tahun. Yang satu suka sekali makan nasi, yang satu lebih suka sayur dan daging. Yang satu suka bola basket dan yang satu suka sepak bola.
*********
Eilaria terkejut saat melihat kalau Gabriel berdiri di depan mobilnya yang ada di halaman parkir kampus.
2 hari berlalu semenjak Eilaria menolak untuk diantar pulang oleh Gabriel. Kini cowok tampan yang punya sejuta pesona itu muncul lagi di hadapannya.
"Sudah selesai kuliah?" tanya Gabriel.
Eilaria mengangguk. Suaranya seakan tersekat di tenggorokan dan tak mampu bicara. Ia sungguh kehilangan seluruh akal sehatnya jika menatap mata Gabriel.
"Punya waktu untuk bicara denganku hari ini?"
"Bicara apa?" Eilaria akhirnya bisa mengeluarkan suaranya.
"Tentang diriku dan juga tentang dirimu."
Dahi Eilaria berkerut.
"Aku menyukaimu, Eil. Aku juga tahu kalau kamu menyukaiku. Aku ingin kita saling mengenal supaya kamu tahu siapa aku dan aku tahu siapa kamu. Aku ingin kau percaya bahwa aku orang baik dan bahwa apa yang kurasakan padamu bukanlah sesuatu yang main-main."
Perkataan Gabriel membuat jantung Eilaria berdetak sangat cepat. Lelaki itu mengutarakan isi hatinya. Eilaria memang memikirkannya beberapa hari ini. Ia bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak karena wajah cowok itu seperti menghantuinya.
"Baiklah. Di mana kau ingin kita bicara, kak?"
Senyum di wajah Gabriel mengembang. "Kemana saja yang membuatmu merasa aman."
"Bagaimana kalau ke apartemenku."
"Apa?"
"Eh, jangan salah mengerti, kak. Kebetulan tadi aku meminta bibi untuk menyiapkan ayam sambal balado kesukaanku. Aku bahkan menahan lapar karena ingin menikmatinya di apartemen. Bukankah sebaiknya kita pergi makan dulu sebelum berbagi cerita? Berbicara dengan perut yang kosong rasanya akan kurang konsentrasi."
Gabriel menatap wajah cantik di depannya dengan gemas. Ingin rasanya ia mencubit pipi mulus itu yang nampak cantik walaupun tanpa lapisan riasan wajah.
"Baiklah."
"Kita naik mobilku saja?"
Gabriel mengangguk. Ia pun memberi kode pada Gerry untuk mendekat.
"Gerry, kau pergilah makan siang nanti aku telepon lagi untuk menjemput ku."
Gerry mengangguk. "Baik, tuan!" lalu ia segera pergi meninggalkan halaman kampus. Gabriel pun masuk ke dalam mobil Eilaria dimana gadis itu sudah menunggunya dengan duduk di balik stir mobil. Perlahan mobil itu berjalan meninggalkan kampus.
Jarak dari kampus ke apartemen Eilaria ternyata memakan waktu sampai 20 menit. Apartemen Eil adalah salah satu apartemen mewah yang ada di Jakarta dan merupakan apartemen yang dibangun oleh perusahaan daddy Jeronimo. Namun Gabriel menahan diri untuk tidak menceritakan hal itu pada Eil. Termasuk juga unit apartemen Gabriel yang berada di gedung yang berseberangan dengan gedung apartemen Eil.
"Ayo masuk!" ajak Eilaria ramah. Seorang wanita berusia sekitar 50an menyambut mereka dengan senyum ramahnya. Ini memang bukan pertama kali Eil membawa teman kampus pria ke apartemen.
"Satu kampus ya?" tanya bi Uli sambil berbisik. Keduanya sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang.
"Bukan bi. Dia cowok yang aku ceritakan waktu itu."
"Yang empunya novel?"
Eil mengangguk malu-malu.
"Ya ampun, non. Pantas saja non jatuh cinta padanya. Dia tampan dan kelihatannya sopan."
"Dia memang tampan." Eilaria merasakan jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Ia sesekali melirik ke arah Gabriel yang sedang berdiri di balkon ruang tamu sambil menelepon seseorang. Cowok itu kelihatan modis tanpa jas kerjanya.
Akhirnya mereka pun makan berdua. Bi Uli sengaja meninggalkan mereka berdua dan memilih untuk ada di kamarnya.
"Kakak suka makanan pedas juga?" tanya Eil
"Iya. Mamaku juga suka masak makanan yang pedas. Namun di rumah hanya aku dan mama yang suka memakannya."
"Aku juga suka makanan pedas. Walaupun awalnya waktu pindah ke sini agak susah namun lama-kelamaan jadi terbiasa juga."
"Katanya sejak SMA kamu sudah sekolah di sini ya?"
"Iya. Sejak kecil aku suka Indonesia. Aku suka daerah beriklim tropis. Sebenarnya aku punya alergi dingin. Jika di London Sedang musim salju, aku harus memakai pakaian tebal berlapis-lapis dan tak pernah melepaskan kaos kaki dan kaos tanganku. Kulitku akan menjadi merah jika udara terlalu dingin dan aku akan cepat batuk. Makanya, Oma dan Opa akan selalu mengajakku liburan ke daerah-daerah tropis jika musim salju tiba. Akhirnya aku harus menjalani homeschooling sampai SMP. Makanya saat akan masuk SMA, aku tinggal di Indonesia."
Gabriel menatap Eil dengan bangga. "Kau sangat mandiri. Apakah hanya tinggal berdua dengan pengasuhmu?"
"Sebenarnya kami tinggal bertiga dengan anak bi Uli. Namun sejak 6 bulan yang lalu, ia sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Malang."
Selesai makan siang dengan berbagi cerita bersama, mereka pun berpindah ke ruang tamu sambil menikmati puding yang dibuat Eilaria kemarin. Gabriel ternyata sangat menyukai puding coklat buatan Eil.
"Ternyata kita memiliki banyak kesamaan ya? Suka membaca novel, suka makanan pedas dan suka puding coklat." Ujar Eil.
"Dan karena itulah aku yakin kalau kita akan memiliki kecocokan sebagai pasangan kekasih."
Eil terkejut mendengar perkataan Gabriel. Pasangan kekasih? Bukankah ini terlalu cepat?
"Tapi, kita baru saja kenal dan ...."
"Kita harus menjadi pasangan kekasih supaya bisa saling mengenal." Gabriel yang tadinya duduk berhadapan dengan Eil, kini berpindah di samping gadis itu. Di raihnya tangan Eil dan digenggamnya dengan lembut. "Maukah kau menjadi kekasih ku?"
Eilaria mendongak dan pandangannya langsung bertemu dengan manik hitam Gabriel. Walaupun ia selama ini belum pernah pacaran, namun dia dapat melihat kesungguhan di mata itu.
"Bagaiman, Eil?" tanya Gabriel dengan sangat gugup. Ia takut ditolak lagi oleh Eilaria.
"Aku mau." Jawab Eilaria sambil tertunduk malu.
Gabriel mencium kedua tangan Eilaria yang ada dalam genggamannya secara bergantian. Ia sungguh bersyukur karena gadis itu menerimanya. Ada perasaan bahagia sekaligus bangga di dalam hatinya. Walaupun jauh dikedalaman hatinya, ada bayangan wajah Ian yang melintas. Ian pasti mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
neng ade
ya benar kata orang tua kalau anak
kembar akan jatuh cinta pada orang yg sama .. duuhh .. rumit juga ya
2023-05-16
0
novi 99
Iel bohong ni.
ngaku yang punya novel .......
nanti eil pasti kecewa.
2023-02-02
0
Becky D'lafonte
briel gercep langsung nembak eil
2022-12-30
0