"Ini informasi yang saya dapat, Tuan" Joni menyerahkan sebuah map coklat pada Alfred.
Pria itu membukanya dan melihat isi serta membaca semua informasi yang tertera disana.
Alfred membacanya dengan seksama, alisnya mengerut tatkala membaca sebuah berita yang membuat sedikit terkejut.
"Jadi dia sudah menikah?" Lirihnya kecewa.
"Ya Tuan, sekitar dua bulan yang lalu Nona Itu menikah dengan seorang CEO dari perusahaan Ed. Corp" Jelas Joni.
"Apa kau yakin informasi ini sudah benar?"
"Saya yakin Tuan"
Alfred melempar kertas tersebut ke atas meja kerja, rasa kecewa dan sedih bercampur di dalam lubuk hatinya.
"Pergilah, jika kau memiliki informasi yang lainnya beritahu aku segera"
"Baik Tuan, saya permisi" Joni pun berlalu dari ruang kerja Alfred.
Alfred lagi-lagi hanya bisa menghela nafas berat, tak dipungkiri jika ia sendiri merasa memiliki perasaan berbeda padaDianka, tetapi sayang harapannya kali ini kembali harus ia kubur dalam-dalam.
"Lagipula mana mungkin wanita secantik dia tidak memiliki pasangan" Alfred tersenyum getir memikirkan kebodohannya.
Ia pun kembali fokus pada pekerjaan, berharap rasa kecewa dihatinya perlahan hilang sedikit demi sedikit.
***
Tiga hari pun berlalu, kini Dianka sudah bisa bernafas lega. Tiga puluh menit yang lalu ia baru saja selesai mengerjakan rancangan busana yang dipesan oleh Alfred. Kini ia hanya tinggal menunggu lelaki itu datang.
Wanita itu menduduki bokongnya di atas kursi kerja, Dianka memijit pelapisnya yang terasa pusing. Tiga hari kebelakang ia memang kurang tidur dan telat makan, bahkan tengah malam pun ia masih terus mengerjakan rancangan busana.
Rasa mual dan pusing pun kian menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tok tok tok
"Masuk"
Terlihat Mitha membuka pintu disana.
"Ada apa Mitha?"
"Maaf Bu, di bawah sudah ada Tuan Alfred, beliau bilang mau mengambil pesanannya" Ujar Mitha.
"Baiklah, aku akan kesana sekarang"
Mitha mengangguk dan keluar dari ruang kerja Dianka.
Saat Dianka akan berdiri tubuhnya mendadak lemas dan tak bertenaga, tetapi ia tetap mencoba untuk berdiri sembari mengambil sebuah paper bag yang berisikan setelan jas didalamnya.
Ketika sudah berada di lantai bawah ia melihat Alfred dan rekannya yang kemarin, mereka tengah duduk di sofa tunggu. Dianka lalu menghampiri kedua pria tersebut.
"Permisi Tuan-tuan, maaf membuat kalian menunggu" Ucap Dianka dengan nada yang terdengar sangat pelan.
Seketika Alfred berdiri dari duduknya.
"Tidak apa, mana pesanan ku?" Ucapnya datar.
"Ini Tuan, semoga anda puas dengan rancangan saya. Dan mohon maaf untuk kejadian kemarin"
Alfred mengambil paper bag tersebut dan melihat isinya, setelah itu ia pun mengangguk melihatnya.
"Sejauh ini bagus, aku cukup puas dengan hasil rancangan mu"
Dianka tersenyum simpul mendengar penuturan Alfred.
"Terima kasih Tuan atas........ "
Dianka tak meneruskan ucapannya, kepalanya mendadak pusing dan pandangannya berubah menjadi kabur.
Alfred yang melihat gerak-gerik tak biasa dari Dianka pun dibuat kebingungan.
"Kau kenapa?"
Dianka memegang kepalanya, perlahan-lahan penglihatannya menggelap dan ia pun jatuh tak sadarkan diri.
"DIANKA..!!"
Alfred yang masih berada disana dibuat terkejut saat Dianka tiba-tiba saja pingsan dan hampir terjatuh, untung saja dirinya dengan sigap menahan tubuh Dianka.
"Dianka sadarlah..... Dianka.... Dianka.... !" Alfred terus menepuk-nepuk pipi wanita itu tetapi hasilnya nihil, Dianka tetap tidak bangun.
"Bu Dianka....!! Ya Tuhan ada apa ini...?" Semua pegawai yang berada disana pun tak kalah terkejutnya, mereka semua histeris saat melihat Dianka pingsan.
"Tuan sebaiknya kita bawa Nona ke dokter"
"Ya, kau benar. Siapkan mobil sekarang juga" Dengan sigap Alfred menggendong tubuh Dianka.
"Kalian tetaplah disini, aku akan membawanya ke dokter" Ucap Alfred pada semua pegawai tersebut.
"Baiklah, tolong kabari kami jika ada apa-apa"
Alfred tak menjawab, lelaki itu langsung keluar dan memasuki mobilnya.
Alfred meletakkan kepala Dianka di atas pahanya dan membiarkan tubuh perempuan itu ber selonjoran di kursi penumpang.
"Ada apa denganmu sebenarnya?" Gumam Alfred.
Dengan perlahan lengan Alfred menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Dianka, dan tampaklah wajah cantik yang selalu memenuhi otaknya belakangan ini.
Tanpa sengaja kulit tangan Alfred menyentuh kulit wajah Dianka yang terasa panas, dan hal itu berhasil membuatnya semakin khawatir.
"Jalankan mobilnya lebih cepat!" Titah Alfred pada Joni.
"Baik Tuan"
Sekitar dua puluh menit akhirnya mereka sampai di rumah sakit terbaik, Alfred langsung menggendong Dianka kembali dan membawanya ke ruang UGD.
Disana para perawat langsung memeriksa kondisi Dianka, cukup lama sampai akhirnya Dianka di pindahkan ke ruangan pasien.
Alfred dan Joni pun masih tetap menunggu Dianka di ruang tunggu, sedari tadi Alfred tak henti hentinya mondar-mandir dengan wajah cemas. Joni yang melihat itu merasa kalau Tuannya ini benar-benar aneh sekali.
"Kenapa lama sekali?!" Keluh Alfred.
Sekitar setengah jam menunggu akhirnya dokter dan perawat pun keluar dari ruangan Dianka dirawat. Alfred langsung menghampiri mereka dan bertanya seputar kondisi Dianka.
"Bagaimana kondisi teman saya dok?"
"Pasien hanya kelelahan, dan lagi pasien juga mempunyai riwayat asam lambung yang tinggi. Tolong untuk jaga kesehatan dan pola makannya, untuk beberapa hari kedepan saya sarankan untuk di rawat terlebih dahulu sampai sakitnya benar-benar pulih" Jelas dokter panjang lebar.
"Baik dok, Terima kasih. Apa saya sudah boleh masuk?"
"Ya, silahkan. Kami juga permisi dulu" ucap sang dokter berkacamata.
Alfred pun bergegas masuk ke dalam ruang inap Dianka, matanya langsung tertuju pada seorang wanita yang tengah terbaring lemah di atas brangkar.
Kakinya melangkah ke arah wanita itu berada, dan seketika hatinya mencelos saat melihat wajah pucat Dianka. Dianka nampak lemah dan tak berdaya.
Dan saat itu juga Alfred merasakan adanya dorongan untuk menyentuh pipi wanita tersebut. Hatinya semakin bergetar kata kulitnya bersentuhan dengan kulit Dianka.
"Maaf, pasti karna aku kau jadi seperti ini. Maaf, maafkan aku... Maafkan aku Dianka. Karna paksaan ku kau jadi lupa pada dirimu sendiri"
Segumpal penyesalan kian menjadi-jadi di benak Alfred, ia mengutuk dirinya sendiri yang sudah terlalu memaksakan Dianka hingga membuat wanita itu sepertinya lupa untuk menjaga dirinya sendiri.
Tangan Alfred pun berpindah dan menggenggam tangan lembut milik Dianka, dia mengusap lembut jari-jari lentik itu dengan Ibu jarinya.
"Aku janji aku pasti akan menebus kesalahan ku, tak akan aku biarkan kau seperti lagi Dianka. Maafkan aku"
Tanpa sadar Alfred mengarahkan lengan Dianka pada bibirnya, lalu mengecup lama di punggung tangan perempuan cantik tersebut. Kemudian ia pun duduk di kursi yang berada di samping ranjang pasien tanpa melepas genggaman tangannya dari tangan Dianka.
*Jangan Lupa Vote Karya Mamie Hari Ini🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Barti Alfred ini emang sejenis sama Adelia ya ... sama2 modelan makhluk perusak rumah tangga orang ...
Adelia tau kalo Darwin sudah menikah sama Dianka, tp tetep aja ngarep dan coba2 kasih perhatian.
Alfred juga tau kalo Dianka sudah menikah sama Darwin, tp nyentuh2 seenaknya.
Jadi ya gitulah ... Alfred dan Adelia sama2 b4ngs4d ... 😡
2025-04-15
0
Marhaban ya Nur17
gw udh nebak pasti konfliknya riweuh akan jd cinta segi empat wkkwkw
2024-10-16
0
Ayu galih wulandari
Waduuuh gmn ini ceritanya akankah Alfred jodoh Dianka ,Darwin & Adelia ...hanya kak Aithor yg tahu 🤔🤔☺
2024-06-30
0