"Sial ... apa aku akan mati disini?" gumam Li Ying Cai melesat di atap rumah-rumah penduduk.
Sementara itu Sang Assassin melihat Li Ying Cai kabur segera menghabisi sisa pasukannya. Karena perbedaan level mereka sudah mencolok, satu persatu kepala Pendekar Pedang itu lepas dari raganya.
"Langkah Kilat!" Assassin itu melesat dengan cepat.
Li Ying Cai terkejut Assassin sudah berada di belakangnya. "Cih ... Tebasan Phoenix!" Dia menebaskan pedangnya ke arah Assassin itu. Roh Pedang miliknya menyemburkan api besar.
Assassin itu melompat kesamping dan melakukan gerakan zig zag dan menebas kepala Li Ying Cai.
"Trang!"
Tebasan Assassin itu ditangkis oleh Xiao Liu yang datang membantu walikota, Li Ying Cai.
Assassin itu mundur beberapa langkah.
"Terimakasih tetua kedua ... mari kita habisi dia!" Li Ying Cai kembali bersemangat, ia yakin sebentar lagi bala bantuan pasti akan datang.
Assassin mengarahkan Pedangnya ke langit, kilatan listrik mulai menyelimuti seluruh pedangnya. "Langkah Kilat!" Assassin itu melesat ke depan.
"Pedang Roh Rubah Putih!" Teriak Xiao Liu, kemudian pedangnya mengeluarkan hawa dingin. Xiao Liu menebaskan pedangnya membekukan permukaan depan Li Ying Cai.
Assassin itu menebas bongkahan es itu hingga hancur berkeping-keping. "Tebasan Halilintar!" Assassin itu kembali melakukan gerakan Zig zag.
Li Ying Cai sulit mengikuti pergerakannya.
"Gelombang Api Phoenix!" Dia menancapkan pedangnya ke tanah. Gelombang api besar kemudian menghempas area sekelilingnya.
Li Ying Cai sudah pasrah, ia memilih melakukan serangan bunuh diri. Setidaknya ia berharap ikut membawa Assassin itu mati bersamanya.
Xia Liu kaget, Li Ying Cai membakar habis sekitarnya. Dia belum sempat menggunakan jurusnya untuk membekukan area sekitarnya.
"Langkah Kilat!" Assassin itu menarik Xiao Liu. Ketika sudah agak jauh dari area ledakan, ia melepaskan pegangannya.
Xiao Liu jatuh berguling-guling puluhan meter berhenti menabrak tembok rumah. Assassin itu melompat ke atap rumah dekat Xiao Liu mendarat. Assassin itu kemudian melambaikan tangannya dan kabur.
"Tunggu! Ah, sial!" Xiao Liu merasakan tubuhnya kesakitan. Dia gagal menyelamatkan Li Ying Cai. Bukan hanya itu beberapa penduduk tak berdosa juga ikut terkena ledakan .
Di luar kota Hua, Xiuhuan mandi di sebuah sungai membersihkan dirinya. Kemudian ia memasuki kota. "Kau tak apa tetua? apa yang terjadi disini?" Xiuhuan menatap beberapa warga telah tewas dan lainnya terluka.
"Tadi ada lagi Assassin yang datang menyerang. Kali ini dia menargetkan walikota, Li Ying Cai. Dia mengorbankan dirinya, namun Assassin itu tetap lolos juga." Xiao Liu duduk lemas, ia tak menceritakan jika telah diselamatkan oleh Assassin itu—takut nanti dianggap komplotannya. Karena penduduk kota Hua kini saling mencurigai sebagai komplotan Assassin itu.
"Malang sekali nasib walikota Li Ying Cai. Kau juga harus berhati-hati. Kakakmu, Xiao Xia sudah menjadi target. Tak menutup kemungkinan, kau jadi target selanjutnya." Xiuhuan memperingati Xiao Liu.
"Terimakasih tetua keenam sudah mengkhawatirkanku. Namun, aku penasaran, kau ke mana tadi, sebab di Sekte kau tak terlihat,” tanya Xiao Liu.
"Hahahaha, tadi aku membantu janda—"
"Cih ... menjijikkan sekali, sana kau bantu para warga!" Belum selesai Xiuhuan menjelaskan, Xiao Liu sudah mengusirnya.
Dengan senyum masam Xiuhuan pergi meninggalkan Xiao Liu yang masih merasa kesakitan. Xiuhuan ikut memadamkan api yang membakar rumah penduduk. Xiuhuan merasa sedih, tugas berat yang diberikan oleh Tang Yin ternyata beresiko besar.
"Ibu ... ayah ... kalian di mana?" Seorang gadis kecil berusia 10 tahun—memanggil-manggil orang tuanya. Dia sendiri penuh luka di sekujur tubuhnya.
"Apa kalian melihat orang tuanya?" Xiuhuan bertanya pada seorang penduduk.
"Orangtuanya telah ...." Penduduk itu tak sanggup melanjutkan perkataannya.
"Terimakasih, ternyata mereka ikut menjadi korban." Xiuhuan menepuk pundaknya.
Xiuhuan kemudian memadamkan api didekat gadis kecil itu. Namun, gadis itu tak pindah dari tempat duduknya. Padahal beberapa penduduk sudah menjelaskan apa yang terjadi, tetapi ia tetap kukuh menunggu ibunya di situ.
Xiuhuan mendekatinya, "Dik ..." Dengan senyum ramah, ia menyapa.
"Ada apa tetua bejad," jawabnya polos.
"Aish ... aku seburuk itukah, hehehe. Apa kau sudah punya Roh Pedang?" Xiuhuan mencoba menghiburnya.
"Sudah ... ini—"
"Wau cahaya merah yang sangat terang ... ini seperti Roh Salamander." Xiuhuan memperhatikan cahaya terang kecil itu. "Hehehe, aku menemukan murid jenius. Kalau dipoles dengan baik, ia akan menjadi Pendekar Pedang hebat nih," gumam Xiuhuan tersenyum tipis.
Gadis kecil itu kebingungan melihat Xiuhuan melamun. "Tetua bejat! kau kenapa senyum sendiri?" tanyanya.
"Kau mau menjadi muridku, Nak?" Dengan senyum hangat Xiuhuan mengulurkan tangannya.
"Tapi aku cuma penduduk miskin, tak punya uang tetua bejat," jawab gadis kecil itu—polos.
"Aku tak bejat kok, cuma membantu mereka yang membutuhkan kok. Panggil aku tetua keenam. Mulai sekarang kau akan menjadi murid pertamaku."
Xiuhuan senyum bahagia, ia tidak menyangka pertaruhannya dengan Xiao Liu akan dimenangkan dengan cepat. Padahal penerimaan murid baru belum dilaksanakan. Namun, Sekte Teratai Biru mengecualikan untuk murid bertalenta tinggi.
"Siapa namamu nak?" Xiuhuan lupa menanyakan nama gadis kecil itu.
"Shuyan tetua keenam," jawabnya sambil berdiri didekat Xiuhuan.
"Bagus ... ayo kita berpamitan pada orangtuamu. Kau berdoa pada mereka, berjanjilah untuk menjadi kuat dan menumpas segala kejahatan. Supaya kejadian seperti ini tak terulang kembali," seru Xiuhuan sambil mengelus kepalanya.
"Siap ... tetua keenam." Gadis itu pergi ke makam orangtuanya, sebab tadi penduduk langsung memakamkan penduduk yang tewas akibat serangan bunuh diri yang dilakukan oleh Li Ying Cai.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri tetua keenam?" Xiao Liu keheranan.
Dia baru selesai ikut membantu para penduduk mematikan kobaran api. Namun, ia heran melihat Xiuhuan berbicara dengan anak kecil dan sepertinya mereka cukup akrab.
"Tentu saja membayangkan hadiah darimu hehehe ...." Xiuhuan tertawa.
"Apa maksudmu? Penerimaan murid baru masih lama." Xiao Liu panik, ia tak menyangka kesuciannya akan diserahkan kepada pemuda bejad dihadapannya.
"Aku menemukan murid dengan roh Pedang yang sangat terang." Bisik Xiuhuan ditelinga Xiao Liu.
Xiuhuan tak mengatakannya dengan keras, takut nanti mata-mata Sekte besar mendengar. Sebab jika menyangkut murid bertalenta tinggi, maka segala cara pasti dilakukan oleh berbagai Sekte untuk merekrutnya.
"Apa????" Xiao Liu kaget. "Kau serahkan saja padaku. Hadiahnya bisa kau ambil sekarang." Xiao Liu tergiur untuk merekrutnya.
"Oh, tidak bisa!"
"Aku berikan kau 10 murid sebagai gantinya." Xiao Liu membujuknya.
"Ingat tetua ... murid yang sudah direkrut tetua lain tak boleh diambil. Peraturan tetua Sekte nomor sembilan." Xiuhuan mengingatnya, walaupun ia sangat menginginkan hadiah itu. Namun, Xiuhuan lebih memprioritaskan murid jenius ini.
Xiao Liu hanya tersenyum masam, ia tak menyangka Xiuhuan akan mendapatkan murid. Belum lagi ia harus menyerahkan kesuciannya, akibat kalah bertaruh dengan Xiuhuan. Membayangkannya saja—Xiao Liu sudah menggigil. Kenapa ia dengan bodoh menerima taruhan itu. Namun, nasi sudah menjadi bubur ayam, dikasih sedikit sambal pasti enakkkkkkk.😁
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 488 Episodes
Comments
Rhakean Djati
jadi laper. inget janda tetangga.hahahaha
2024-09-03
0
Dhika aja
wkwkwk mantap
2023-10-17
0
kang Deden
pakai telur dan ati ampela wkwkwk
2023-09-28
1