Xiuhuan keluar dari lingkungan Sekte Teratai Biru. Dia senang sekali mendapat 10 keping emas dari Ketua Sekte. Sambil berjalan keluar, ia memikirkan mau ke mana lagi hari ini.
“Tetua keenam, apa kau akan ke rumah bordil?” sapa dua murid senior yang berjaga di pintu gerbang Sekte.
"Hei ...." Xiuhuan menunjuk mereka dengan mata melotot. "Apa kau tidak diajarkan Xiao Liu untuk sopan santun! Mana mungkin orang sebaik aku ke rumah bordil."
"Maaf tetua ...." Kedua murid senior itu bersujud memohon ampunan. "Kami bersalah pada tetua! Silahkan tetua hukum kami!"
"Sudahlah ... ayo berdiri, kali ini kalian kuampuni. Besok-besok jangan diulangi lagi."
Xiuhuan kemudian pergi ke arah kota Hua dengan suasana hati yang kacau, dia mulai merasa apakah terlalu lembek menjadi tetua, sehingga beberapa murid mulai kurang ajar padanya.
Memikirkan hal itu, membuat kepala Xiuhuan pening dan memutuskan ke rumah bordil untuk menemui manager rumah bordil yang merupakan istri ketiganya. Namun, belum banyak yang mengetahui itu, kecuali ketua Sekte dan tetua kitab yang merupakan istri pertamanya.
Xiuhuan masih ragu-ragu untuk memasuki rumah bordil, karena sekarang masih pagi, takutnya ada yang melihatnya masuk ke sana dan dia menjadi pembicaraan di dalam Sekte Teratai Biru.
“Ah, ke tempat Shan Yuncan sajalah,” gumam Xiuhuan berbalik arah.
***
"Hei, Xiuhuan mana hutangmu?" Shan Yuncan berpura-pura menagih hutang padanya, karena mereka menikah secara diam-diam juga. Janda beranak satu itu belum siap tinggal seatap dengan Xiuhuan yang bergaji kecil itu. Namun, ketampanan Xiuhuan, tetap membuatnya meleleh.
"Aduh ... bolehkah aku bayar setelah pulang dari ibukota? atau kau mau jatah batin?" goda Xiuhuan mendekatinya. Dia menepuk bokong semok Shan Yuncang yang telah berusia kepala tiga itu. Namun, kecantikannya tak kalah dengan gadis-gadis muda lainnya, walaupun ia selalu berdandan sederhana.
"Kau ini ...." Shan Yuncan berpikir sejenak. Sudah sebulan ini, Xiuhuan tak pernah datang malam-malam ke rumahnya, setelah mereka digerebek kepala desa. Namun, Xiuhuan berhasil kabur dan Shan Yuncang beralasan sedang berbicara sendiri saja di rumah—makannya terdengar berisik.
Beberapa tetangga tak percaya dengan ucapannya, tetapi mereka tidak memiliki bukti, kalau janda beranak satu itu membawa pria ke dalam rumahnya.
"Bagaimana?" tanya Xiuhuan bingung, sebab Shan Yuncan cuma mengemaskan dagangannya saja, tanpa menjawab pertanyaan darinya.
"Jangan keras-keras bicaranya. Nanti tetangga dengar, kau pergi ke rumahku sekarang. Nanti jendela akan aku buka." Shan Yuncan menebar senyum genit.
"Dasar emak-emak genit!" bisik Xiuhuan pergi menuju rumah Shan Yuncan. Sesampainya di rumah Shan Yuncan. Dia melompat ke atas pohon mangga dekat jendela kamar. Xiuhuan tak ingin ada orang yang melihatnya. Tak terbayang jika tetua, orang yang sangat dihormati itu, tiba-tiba ketahuan meniduri janda dan diarak keliling kota, walaupun sebenarnya mereka sudah menikah secara diam-diam. Pasti penduduk tidak akan percaya dengan alasan itu.
Beberapa saat menunggu, tiba-tiba jendela kamar terbuka. Dengan sigap Xiuhuan menerobos masuk dan menutup kembali jendela kamar itu.
Shan Yuncan telah terbaring di ranjang. Dia berpose menggoda dengan senyum genit. "Ayo cepat kau lakukan! Aku sudah tak sabar ini." Shan Yuncan menarik tangan Xiuhuan ke pelukannya.
"Jangan buru-buru, kau masih bau kacang tahu! Mandi dulu sana!" sahut Xiuhuan mendorong tubuh Shan Yuncang, ia buru-buru ke dapur mencari makanan. Lumayanlah mendapatkan makanan gratis, tanpa harus memberi nafkah materi, cukup nafkah batin saja sesekali.
"Ah, aku tak mau, cepat lakukan. Nanti anakku datang, sebentar lagi ia pasti akan pulang, karena melihat lapak daganganku kosong." Shan Yuncan menghempaskan Xiuhuan ke ranjang. Kini Shan Yuncan berada di posisi atas.
"Kau agresif sekali, tak ada romantis- romantisnya. Pantaslah anakmu botak!" ejek Xiuhuan.
"Apa hubungannya bodoh ...." Shan Yuncan kemudian mengeksekusi Xiuhuan.
Dia hanya pasrah saja. "Jeng ... jeng ...jeng." Kameranya kemudian mengarah ke langit pertanda siaran sedang disensor.
***
Setelah olahraga ekstrim mereka selesai, Xiuhuan kemudian makan gratis di rumah Shan Yuncan. Walaupun cuma ada lauk sederhana, tetapi Xiuhuan makan dengan lahap.
“Jangan dihabiskan bodoh!” Shan Yuncan mengekerutkan keningnya. "Anakku belum makan tahu, apalagi akhir-akhir ini hasil penjualan tahu menurun drastis. Mungkin orang-orang sudah mulai bosan, apalagi banyak restoran berdiri di dekat lapak jualanku.”
Shan Yuncan menghela nafas panjang memikirkannya. Kalau tahun lalu ia masih bisa santai-santai, karena suaminya seorang pedagang. Namun, suaminya ketahuan selingkuh dengan wanita muda desa sebelah dan Shan Yuncan memutuskan bercerai dengannya.
Sebagai wanita dewasa ia mulai kesepian dan enam bulan yang lalu dengan bercanda mengajak Xiuhuan menikah, karena hutangnya sudah menumpuk.
Tanpa basa-basi Xiuhuan setuju dengan ajakannya. Dia sendiri sempat tercengang, bagaimana Pemuda tampan itu mau menjadi suaminya.
Tak lama berselang anaknya, Fat Kai datang.
"Paman ... kenapa kau ada di rumahku?" tanya anak kecil berusia delapan tahun itu.
"Paman membantu ibumu, dia butuh tenaga Paman." Xiuhuan menjawab pertanyaan anak kecil itu dengan santai.
"Tenaga apa paman?" tanyanya lagi penasaran.
"Tenaga dalam, seperti yang ayahmu lakukan," jawabnya santai.
Shan Yuncan sangat marah mendengarnya dan ansung menjewer telinga Xiuhuan dan mengusirnya keluar.
"Astaga ... aku hanya bicara jujur saja. Habis manis sepah dibuang!" keluh Xiuhuan sambil mengambil tiga keping emas dari kantongnya. “Ini semoga cukup sampai aku kembali dari Kota Tianwu. Aku berencana mencari uang sampingan nanti di sana.”
“Hmm, tumben sekali kamu menjalankan kewajibanmu sebagai suami,” sahut Shan Yuncan tersenyum lebar dan mengecup bibir Xiuhuan dengan buas. Bahkan anaknya sampai tercengang melihatnya.
“Sampai jumpa!” Xiuhuan mendorong wajah Shan Yuncan, karena takut ketahuan tetangga. Apalagi si botak, Fat Kai sangat ribut menarik tubuh ibunya, karena cemburu melihat ibunya malah bermesraan dengan orang lain.
***
Ketika Xiuhuan menuju Sekte, ia melewati Kedai teh milik Xiao Xia, kakak dari Xiao Liu. Kakaknya itu seorang janda cantik, yang sangat terkenal di kota Hua. Banyak orang yang sudah melamarnya, namun semua ditolaknya.
Xiao Xia dulu menikah dengan seorang Pendekar Pedang tahap 80 dari Sekte Pedang Surgawi. Xiao Xia sendiri juga alumni dari sana. Dia berada di Level Pendekar Pedang tahap 63 sekarang. Termasuk orang yang disegani di kota Hua.
Suaminya dikabarkan tewas ditangan assasin. Hingga sekarang, tak ada yang mengetahui motif pembunuhan itu. Xiao Xia sangat sedih sekali dan memutuskan kembali ke kota kelahirannya.
Xiao Xia kemudian membuka kedai teh sepuluh tahun lalu. Dia kemudian mengundang banyak tokoh penting di kota Hua dan mengadakan jamuan makan malam diikuti dengan minum-minum arak saat malamnya.
Entah direncanakan atau tak disengaja. Xiuhuan yang mabuk kemudian melakukan olahraga malam dengan Xiao Xia. Ketika paginya mereka berdua kaget, sudah tidur bersama dan tak ada sehelai benangpun yang tertinggal di badan mereka.
Xiao Xia tak menceritakan kejadian itu, karena ia malu sekali dan Xiuhuan juga setuju untuk tutup mulut dengan syarat, ia mendapatkan gratis teh dalam sekali sebulan. Xiao Xia dengan terpaksa menerima tawaran itu.
"Halo ... Nyonya Xia. Apa kabar?" sapa Xiuhuan ketika melihat Xiao Xia sedang berdiri di pintu kedainya.
"Tak mampir dulu sayang ...," goda Xiao Xia.
"Kapan-kapan saja, aku takut nanti tergoda dengan kecantikanmu itu." Xiuhuan membalas menggodanya.
"Ayolah kemari dulu, aku akan mentraktirmu minum teh untuk menemaniku hari ini." Xiao Xia kembali mengajaknya.
"Hmm, tak biasanya ia memaksaku. Apa ada orang yang mengganggunya?" gumam Xiuhuan memasuki kedai teh Xiao Xia.
"Sungguh terhormat melayani tetua keenam Sekte Teratai Biru." Xiao Xia merangkul tangan Xiuhuan.
"Tentu saja sayangku, kau tambah cantik saja," goda Xiuhuan. Ternyata ada Lima Pendekar Pedang tahap 40 di sana.
"Hahahaha ... kau romantis sekali tetua." Xiao Xia mencium pipi Xiuhuan.
"Dasar iblis betina ini, dia mau melempar masalahnya padaku," gumam Xiuhuan.
Padahal bila Xiao Xia mau, dengan mudah ia akan mengalahkan mereka, tetapi ia tidak melakukannya, karena menjaga profilnya sebagai wanita anggun yang disegani di kota Hua.
Xiao Xia kemudian menyuguhkan teh pada Xiuhuan. Dengan senyum lebar, Xiuhuan meminum teh itu. Apalagi ada beberapa roti juga dihadapannya, tentu makanan gratis tak boleh disia-siakan.
...~Bersambung~...
*****
Revisi terakhir: 14-9-2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 488 Episodes
Comments
Eneng Eneng
Obrolanya sungguh sangat menarik ha ha haaaaa
2024-12-17
1
Rhakean Djati
uedhan Thor.wkwkwkk
2024-09-03
1
Bintang7
Liat sekali perilaku karakter utama nya,🤭🤭🤭
2024-01-03
0