Aku Bukan Perawan Tua
... وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَا فِلَةً لَّكَ ۖ عَسٰۤى اَنْ يَّبْعَـثَكَ رَبُّكَ مَقَا مًا مَّحْمُوْدًا...
...wa minal-laili fa tahajjad bihii naafilatal laka 'asaaa ay yab'asaka robbuka maqoomam mahmuudaa...
..."Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."...
...(QS. Al-Isra' 17: Ayat 79)...
...🌼🌼🌼...
Dia tiba-tiba terbangun setelah mendengar suara alarm yang memekakkan telinga. Wajahnya yang sayu karena kelelahan berusaha terangkat dari tumpukan dokumen-dokumen penting kasus yang sedang dia tangani sekarang.
"Allah sudah memanggil." Katanya di sela-sela rasa lelah.
Dia mengusap kedua matanya yang masih berat agar terbiasa dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam retina.
"Aku ketiduran sampai-sampai lupa membereskan pekerjaan ku." Dia kemudian duduk.
Mengumpulkan lembaran-lembaran kertas yang ternoda tinta hitam menjadi satu dan memasukkannya ke dalam map coklat. Dia lalu bangun dari duduknya, menaruh map coklat yang dia pegang di atas meja kerja bergabung dengan map-map yang lain.
"Jam 3 pagi tepat, waktu yang sangat baik untuk berbicara dengan Allah." Ujarnya ketika melirik jam weker yang ada di atas nakas samping tempat tidur.
Mengulum senyum yang manis, dia menyibak gorden jendela kamar. Memperlihatkan hamparan langit yang cerah cerah dipenuhi cahaya bintang-bintang yang indah. Lalu, diluar suara kokok ayam bergema dimana-mana. Memberitahu siapapun hamba yang bangun bahwa Allah kini sedang turun ke dunia menjamu para hamba-Nya yang setia nan tulus.
Mungkin karena merasakan perasaan hangat dan damai itu dia langsung membuka jendela. Membiarkan angin malam yang dingin dan segar masuk ke dalam kamar tanpa bisa dicegah.
"Mashaa Allah, malam ini sangat indah. Aku harap Engkau mau berkunjung ke rumah ku ya Allah karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan lagi dengan Mu." Ucapnya memohon penuh rendah hati dan pengharapan.
Dia berharap malam-malam dingin yang ia lalui dapat diijabah oleh Allah dan diberkahi dalam ridho Allah.
Samar namun masih bisa didengar dari masjid terdengar suara lembut nan mengalun indah sedang menggemakan surat cinta Allah kepada seluruh umat manusia. Suara yang selalu membuatnya rindu dan pada saat yang bersamaan mendambakan.
"Allah, aku akan segera menemui mu." Katanya tidak bisa menahan senyum.
Dia bergegas mengikat rambut panjang hitam yang sedari tadi dibiarkan lepas tergerai. Lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Setelah berwudhu, dia memakai mukena putih yang Kakak keduanya berikan tahun lalu ketika pulang umroh. Kemudian menggelar sajadah yang Kakak pertamanya berikan setelah pulang dari Mekkah beberapa bulan lalu ke arah kiblat.
Dia berdiri lurus di atas sajadah menghadap kiblat, kedua matanya yang cantik merendah menatap sisi sajadah yang akan dia sentuh nanti selama beribadah.
"اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى"
Bibir merahnya berbisik lembut mengalunkan niat hati yang tulus untuk berubah kepada Allah, kekasih seluruh umat manusia yang sejati.
"اَللّهُ اَكْبَرُ"
Suaranya lirih berdengung di dalam telinga, merasuk ke dalam hati dan menyebarkan sebuah getaran halus penuh rindu. Dia berusaha khusyuk agar bisa mendapatkan Rahmat Allah. Membisikkan kata-kata suci nan penuh cinta kepada Allah seolah-olah saat ini Allah ada di depannya. Menyentuh puncak kepalanya saat sujud seraya membisikkan sebuah kata-kata yang sangat dinantikan seluruh umat muslim di dalam telinga, "Aku mencintaimu wahai hamba-Ku."
Tak terasa sebuah cairan hangat jatuh mengalir lembut dari pipi. Dia merasa sesak karena perasaan rindu yang tidak kunjung puas. Semakin dia merasa penuh dosa dan penyesalan semakin rindu pula dia ingin bertemu dengan Sang Kekasih. Semakin rindu dia pada Sang Kekasih semakin sesak pula jantungnya.
Dia merasa dosa namun juga merasa rindu, ingin bertemu namun tidak layak karena hidupnya yang bergelimang dosa.
"ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ"
Syukurnya mengakhiri sholat malam yang sunyi nan sepi namun penuh akan kedamaian.
Dia mengangkat kedua tangan tinggi tapi kepalanya menunduk sebagai ungkapan kerendahan hati dan jiwanya. Dalam heningnya malam yang damai dia mulai menangis terisak menahan kelelahan hati. Siapapun yang mendengar akan langsung tersentuh dengan isak tangisnya yang pilu karena ini bukanlah tangisan karena dunia yang hina tapi karena kerinduannya pada Sang Kekasih.
"اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ"
Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq.
Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
(Artinya “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.
Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”)
Dia kemudian menahan nafas, terdiam untuk menahan suara isak tangisnya agar tidak menjadi-jadi. Lama terdiam dia akhirnya bisa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Suaranya tidak terbata-bata lagi jadi dia kembali menyuarakan kelelahan hatinya yang cukup meresahkan.
"Ya Allah ya Tuhanku, aku malam ini datang lagi kepada-Mu untuk mengadu kegundahan hati ini. Aku ingin mengadu kepada-Mu bahwa hari-hari yang telah ku lewati tidak sedamai dulu lagi. Orang-orang yang ada di sekitar ku pergi satu demi satu bersama jodoh mereka. Membangun sebuah rumah tangga yang manis dan membesarkan anak-anak yang soleh-soleha. Ya Allah ya Tuhanku, hati ini menjadi resah dan sedih melihat mereka akhirnya bisa menyempurnakan agama namun diri ini belum kunjung juga menyempurnakan. Aku dilanda ketakutan ya Allah karena belum juga Engkau pertemukan dengan pemilik tulang rusuk ini. Aku takut bila Engkau masih belum meridhoi ku untuk bertemu dengan calon imam ku. Ya Allah.. ampunilah dosa-dosa ku dan ridhoilah aku tetap berada di dalam agama dan ampunan-Mu. Ridhoi aku ya Allah, pertemukan aku dengan imam ku agar agamaku menjadi sempurna dan melahirkan anak-anak yang sholeh-sholeha. Ridhoi aku ya Allah.. ridhoilah hamba-Mu ini berada di jalan yang Engkau kasihi dan Cintai."
"رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "
Robbanaa Aatinaa Fid Dun-Yaa Hasanah, Wa Fil Aakhiroti Hasanah, Wa Qinaa 'Adzaaban Naar.
(Artinya: “Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”)
"آمِيْن اللّهُمَّ آمِيْن"
Dia menyelesaikan pembicaraannya dengan Allah tapi tidak langsung melepaskan mukenanya. Air mata yang meninggalkan jejak di pipi ia usap dengan beberapa lembar tissue. Setelah itu dia membuang tissue ke tempat sampah dan berdiri diam memandangi langit yang masih gelap dipenuhi cahaya lembut bintang.
"Dia masih membaca Al-Qur'an di masjid." Katanya takjub menatap penuh kagum puncak masjid tempat suara itu berasal.
Dia tidak tahu siapa pemilik suara ini tapi mendengarkannya adalah kegiatan alami yang ia lakukan secara diam-diam. Karena setiap kali mendengar suaranya dia merasa sangat damai dan nyaman, seolah-olah ayat-ayat itu dibacakan hanya untuknya seorang.
"Suaranya sangat indah, aku belum pernah mendengar suara seindah ini sebelumnya." Selain bacaannya yang benar orang itu juga punya suara yang indah, mengalun lembut dan membuat pendengar menjadi rileks.
"Semoga Allah senantiasa melindungi mu wahai pemilik suara yang indah." Dia mendoakan dengan tulus.
Dia kemudian berjalan mendekati nakas, mengambil sebuah Al-Qur'an dengan hati-hati yang sengaja dia taruh bersebelahan dengan jam weker.
"Aku juga tidak boleh kalah dengan pemilik suara indah itu." Bisiknya bertekad.
Dia kembali duduk di atas sajadah, membaca doa dan mulai membaca ayat-ayat indah nan suci Allah yang ada di dalam Al-Qur'an. Suaranya sangat lembut, mengayun indah di malam yang sunyi dan tidak menyadari bila suaranya ini ternyata sampai kepada pasangan paruh baya yang juga terjaga untuk menghidupkan malam yang dingin.
"Abi, suara Safira sangat indah. Kemampuan tilawahnya sudah maju pesat beberapa tahun ini." Seorang wanita paruh baya tidak bisa menahan takjub ketika mendengar lantunan ayat suci yang dibaca merdu oleh sang putri tercinta.
"Dia adalah anak kita jadi kemampuannya harus melebihi kita berdua. Anak ini, Safira..aku harap sudah saatnya dia memikirkan masa depannya."
"Seandainya dia tidak menjadi jaksa mungkin hari ini kita sudah bisa berbicara dengan anaknya." Mata tua wanita paruh baya itu mengenang masa lalu, tahun-tahun muda ketika anaknya masih aktif kuliah.
Abi melambaikan tangannya tidak senang, menegur istrinya agar tidak mengatakan kata-kata itu lagi.
"Umi jangan pernah mengatakan kata 'seandainya' lagi karena segala sesuatu di dunia ini sudah direncanakan oleh Allah SWT. Hal ini sudah dijelaskan dalam Shahih Muslim terdapat hadits Abu Hurairah yang mengandung larangan penggunaan kata “seandainya”, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu'. Tetapi katakanlah, 'Qadarullah wa ma sya-a fa’al' (hal ini telah ditakdirkan Allâh dan Allâh berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya). Karena ucapan “seandainya” akan membuka pintu perbuatan syaitan”. [HR. Muslim]."
"Astagfirullah, Umi khilaf Abi." Umi merasa bersalah.
Abi menggelengkan kepalanya tidak berdaya, menepuk tangan Umi agar kembali fokus pada Al-Qur'an yang ada di depan mereka.
"Lain kali jangan diulangi, Umi. Baiklah, lebih baik sekarang kita membaca Al-Qur'an sebelum azan Subuh berkumandang. Manfaatkan waktu berkah ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT."
Umi mengangguk cepat, membawa Al-Qur'an lebih dekat dengannya dan mulai membaca ayat-ayat suci yang ada di dalam. Berdoa di dalam hati semoga putrinya lekas dipertemukan dengan sang jodoh dan segera menikah menyusul kedua Kakaknya yang sudah lebih dulu berumah tangga.
Aamiin Allahumma Aamin ya Allah. Batinnya memohon.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 453 Episodes
Comments
adning iza
langsung ksni stelh dr annisa
2023-03-21
0
NO NAME
.
2023-01-23
0
VERALI
Mampir dan Nyimak Thorr
2023-01-09
0