Pukul 8 malam Safira sudah selesai membersihkan meja kerja. Dia membawa tas kerjanya yang lebih ringan dari tadi siang keluar dari gedung kantor. Berdiri di depan kantor menunggu taksi pesanannya datang.
"Assalamu'alaikum, Safira?
Suara memuakkan itu lagi.
"Waalaikumussalam, ada apa Pak Dimas?" Pak Dimas kini sudah ada di depannya dengan mobil hitam mewah mengkilat yang menonjol.
"Kamu pulang sama siapa?" Pak Dimas berniat mengantarkan Safira.
Namun, sayangnya Safira sudah tahu isi kepala menyebalkan itu. Dia akan langsung menolak Pak Dimas karena tidak ingin mengundang prasangka-prasangka buruk. Apalagi Umi sudah mulai tertarik dengan Pak Dimas dan malah menyarankan Safira untuk menikah dengannya. Membuat keinginan Safira untuk menjauh dari laki-laki ini semakin menjadi-jadi.
"Maaf Pak, aku sudah memesan taksi tadi dan sedang dalam perjalanan ke sini." Safira melambaikan ponselnya kepada Pak Dimas, menunjukkan aplikasi jasa taksi yang dia gunakan.
"Cancel aja, biar saya yang anterin kamu." Suruh Pak Dimas enteng.
"3 menit lagi pesanan aku sampai, sudah tidak bisa di cancel." Safira membuat alasan.
"Biar saya yang bayar taksi itu tapi kamu pulangnya sama-"
"Pak Dimas, apa selama ini aku masih belum jelas?" Potong Safira dingin, wajahnya datar tanpa minat.
"Belum jelas, maksud kamu?" Pak Dimas tidak mengerti atau tepatnya pura-pura tidak mengerti.
Safira tersenyum dingin, melirik ekspresi sok polos wajah memuakkan itu.
"Aku pikir selama ini sudah cukup jelas di depan Pak Dimas. Aku adalah bawahan dan Pak Dimas adalah atasanku jadi tidak seharusnya kita terlalu dekat. Apalagi Pak Dimas sudah menikah, mempunyai seorang istri dan anak yang setia menunggu kepulangan Pak Dimas di rumah. Maka tidak sepatutnya Pak Dimas bersikap terlalu perduli kepadaku, mendekatiku kemana-mana dan bersikap seolah Pak Dimas masih belum punya siapa-siapa di rumah. Maaf Pak, tapi aku sama sekali tidak berniat merusak rumah tangga siapa pun karena Allah pernah berfirman di dalam surat An-Nur bahwa aku hanya menikahi laki-laki yang masih sendiri dan layak untuk dinikahi.
وَاَ نْكِحُوا الْاَ يَا مٰى مِنْكُمْ وَا لصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَا دِكُمْ وَاِ مَآئِكُمْ ۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
wa angkihul-ayaamaa mingkum wash-shoolihiina min 'ibaadikum wa imaaa`ikum, iy yakuunuu fuqorooo`a yughnihimullohu ming fadhlih, wallohu waasi'un 'aliim
'Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.' (QS. An-Nur 24: Ayat 32)"
Safira tersenyum manis, terlihat hangat namun sebenarnya penuh akan cibiran.
"Namun, dari yang aku lihat Pak Dimas tidak sendiri dan sudah menikah apalagi mempunyai anak maka jatuhnya tidak layak. Seharusnya Pak Dimas sudah mengerti bukan?" Kemudian dia melihat taksi pesanannya tiba.
"Oh, taksi ku sudah datang. Pak Dimas kita berpisah di sini, harap hati-hati diperjalanan pulang, Pak." Ucap Safira datar.
Dia langsung pergi meninggalkan Pak Dimas tanpa perlu menunggu responnya. Membuat Pak Dimas yang ada di dalam mobil menjadi kesal dan marah.
"Oh ya, hari ini kamu masih bisa bersikap angkuh Safira namun tidak akan lagi di masa depan karena aku yakin sekuat apapun kamu menolak suatu hari nanti kamu tidak akan kuat menahan pesona ku. Hah, jangan berpikir untuk melepaskan karena aku Dimas Wijaya tidak akan pernah melepaskan kamu. Kamu hanya bisa menjadi milikku. Menjadi milik Dimas Wijaya!" Tekad Pak Dimas belum menyerah.
Sementara itu di dalam taksi Safira diam-diam memperhatikan buku yang Ali sarankan kepadanya untuk dibaca. Sampai saat ini dia masih belum membuka bungkus plastik bening khas buku baru pada umumnya.
Tangan Safira yang ramping menyusuri buku itu dalam kebisuan menahan rindu. Begitu sakit dan tidak nyaman rasanya ketika memikirkan laki-laki yang dicintai tidak ditakdirkan untuk dimiliki.
"Kenapa kita punya usia yang berbeda jauh? Kenapa kita tidak seumuran saja agar aku tidak malu menyapamu. Kenapa..aku harus jatuh cinta kepadamu disaat Allah tidak mentakdirkan kita bersama?" Bisiknya pahit.
Kenapa harus Ali ya Allah?
Bersambung...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat menjalankan ibadah puasa semuanya. Untuk edisi bulan puasa author sengaja mengangkat tema islami dan mengambil dari Squel Bunga Pengantin. Author selama menulis sudah banyak dosa jadi khusus untuk bulan Ramadhan author ingin selain mendapat hiburan kalian juga mendapatkan manfaat dari hasil tulisan author. Bukan hanya kalian saja yang belajar di sini karena author juga kok, jadi ayo sama-sama kita buat bulan ramadhan ini lebih nyaman selalu senantiasa berharap Allah meridhoi puasa kita.
Okay segini aja hehe...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 453 Episodes
Comments
Fransiska Siba
ini bukan Dimas nya Nanda kan?
2022-07-12
0
Risa Istifa
terkadang perasaan dtg tanpa mengenal tempat ,situasi & kondisi ,
lebih mwnyakitkan lagi setiap yg kita harapkan sll tdk sesuai ..
2022-03-29
1
Zaskia Putri
vvv1b
2022-03-11
0