"Mencariku?" Tanyanya datar.
Wanita itu tersenyum miring.
"Oh jadi ini pelakor yang telah mengganggu rumah tangga ku dan Dimas! Tidak heran dia ingin menceraikan ku kemarin karena faktanya kamu memang cantik tapi sayang hatimu kotor!"
Hati istri mana yang tidak terluka mendengar suami tercinta menginginkan perpisahan. Tanpa alasan dan kesalahan yang pasti dia di ceraikan oleh sang suami, bukankah itu amat sangat menyakitkan?
"Ada bukti?" Safira mengerutkan keningnya terganggu dengan suara teriakan wanita itu.
"Bukti? Dimas ingin menceraikan ku adalah bukti yang paling penting. Dia bilang ingin menikahi kamu, wanita genit yang selama ini merusak keharmonisan rumah tangga kami." Wanita itu bersikeras menyalahkan Safira.
"Anda salah paham, aku dan Pak Dimas tidak punya hubungan apa-apa. Bila Pak Dimas ingin menceraikan Anda maka itu adalah urusan pribadi kalian dan tidak ada sama sekali sangkut pautnya dengan diriku." Safira membantah dengan suara dan ekspresi stabil.
"Pembohong! Jelas-jelas Dimas menyebut namamu ketika menceraikan ku kemarin." Teriak wanita itu putus asa.
"Aku tekankan sama sekali bahwa Pak Dimas dan aku tidak punya hubungan sama sekali selain rekan kerja." Safira masih kukuh.
"Aku tidak percaya! Semua wanita yang menjadi pelakor pasti mengatakan hal yang sama. Mereka menolak mengakui padahal faktanya mereka adalah penggoda-"
"Tolong gunakan bahasa yang sopan." Potong Safira dingin.
"Aku sudah bilang berkali-kali jika aku tidak ada hubungannya dengan Pak Dimas. Bila Anda masih tidak percaya maka itu adalah urusan Anda, toh aku juga sudah mengatakan yang sebenarnya."
"Dan juga, tolong segera pergi dari sini sebelum aku menganggap masalah ini serius." Safira memperingatkan.
Wanita itu jelas gugup dengan tatapan dingin Safira. Dia ingin melanjutkan membuat keributan di sini tapi dia takut Safira tidak main-main dengan peringatannya.
Namun, dia masih belum puas mempermalukan Safira jadi dia sangat enggan pergi.
"Ibu silakan keluar jika tidak ingin masalah ini dibawa ke jalur hukum." Pihak keamanan yang sedari tadi diam menyimak akhirnya turun tangan.
Bersama rekannya dia menarik wanita itu menjauh dari kerumunan.
"Aku..aku.." Wanita itu dibawa pergi oleh pihak keamanan.
"Dasar pelakor menjijikkan! Masalah ini jangan pernah memikirkannya sampai di sini saja! Aku akan terus meminta pertanggungjawaban mu!"
Crack
Dia mengambil telur dari dalam tasnya dan melemparkannya langsung ke arah Safira. Naas, Safira tidak langsung menghindari telur itu dan mengenai pakaian kantornya.
"Ya Allah.. wanita ini benar-benar gila.."
"Habislah, Pak Dimas pasti akan sangat marah.."
Safira terbelalak kaget melihat kejutan yang dia dapatkan dari wanita itu, hatinya kesal tapi dia tidak bisa marah karena ia juga tahu bagaimana sakitnya dikhianati.
Jadi, dia mengerti.
"Mbak Safira-"
"Tidak apa-apa, kalian bawa saja wanita itu pergi." Perintah Safira tidak mau mempermasalahkannya.
Dia kemudian masuk ke dalam ruangannya, mengambil tas kerja dan bergegas pulang ke rumah. Di kantor banyak rekan-rekan kerja senior maupun junior menawarkan pakaian ganti tapi langsung ditolak oleh Safira. Dia memilih pulang saja karena sudah tidak tahan dengan kantor itu.
Di dalam taksi, dia menyandarkan kepalanya menatap keluar jendela. Pemandangan yang dia lihat tidak pernah berubah dan selalu itu-itu saja, sangat monoton. Namun meskipun monoton, Safira sama sekali tidak bosan mengamatinya.
"Sekarang hal yang paling aku takutkan akhirnya terjadi. Aku dituntut atas kehancuran rumah tangga orang lain dan malah dicap sebagai pelakor, padahal di dalam hatiku tidak ada niatan sama sekali untuk memikirkan suami orang lain apalagi dia adalah atasanku di kantor. Hah.. Allahurabbi tolong kuatkan hatiku ini, dekap aku agar selalu dalam lindungan dan ampunan-Mu. Karena sungguh, aku bukanlah siapa-siapa tanpa-Mu ya Allah." Bisiknya bermunajat.
Seteguh apapun hatinya, Safira tetap merasa malu dan sakit hati jika dipermalukan seperti oleh orang sekalipun dia sama sekali tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan orang itu.
Sejujurnya, dia juga berdosa dengan kehancuran rumah tangga wanita itu karena semua itu tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan Umi. Pak Dimas tidak mungkin menceraikan wanita itu bila tidak mendapatkan lampu hijau dari Umi.
"Umi.." Safira mendesah lelah.
"Apa yang harus aku lakukan agar Umi sadar bahwa pilihannya tentang Pak Dimas adalah jalan yang salah.. katakan ya Allah, apa yang harus aku lakukan untuk membuat Umi sadar?"
Setiap waktu mereka harus berdebat tentang masalah yang sama dengan akhir yang sama pula, Safira lelah dan cukup kesal membahas topik yang sama. Padahal dia sudah bilang berkali-kali tidak ingin terikat dengan Pak Dimas tapi Umi sungguh keras kepala dengan pilihannya sendiri.
Ali, bila kita memang berjodoh tidak bisakah kamu segera datang mengikatku? Sungguh, aku lelah terombang-ambing dalam harapan hati yang terus melangit. Batin Safira merindukan Ali.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 453 Episodes
Comments
Risa Istifa
sakit ..benar2 sakit ,aq juga pernah ada dlm posisi safira ...mlh yg sbtlnya tersakiti adalah sy ,tp malah difitnah seperti safira 😭😭😭😭
2022-03-30
0
angger aplod
ini sperrti film zahrana... cuman di film zahrana jd dosen.
2022-01-25
0
Lia ajalah 💋
mengaguminya dalam diam itu rasanya emg sakit
2022-01-08
2