"Kakak jangan pikirkan apa yang Bibi katakan. Semua itu sudah berlalu dan menjadi masa lalu, tidak patut untuk kita ingat." Ucap Safira merasa bersalah.
Saqila tersenyum, menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kak Safira?"
Safira dan Saqila sontak menoleh ke arah sumber suara. Di pintu masuk ruang tamu berdiri seorang gadis cantik dengan senyuman yang manis. Di tangannya ada sebuah kotak coklat kurang sedang yang cukup menonjol.
"Sifa?" Safira tidak menyangka bisa bertemu dengan Sifa di sini karena antara blok A dan B sebenarnya cukup jauh.
Lagipula kehidupan dua komplek perumahan antara A dan B punya perbedaan yang besar sehingga kebanyakan mereka tidak saling mengenal.
"Kak Safira ternyata di sini juga, aku pikir Kakak gak bakal ke sini soalnya aku tadi sempat liat ada tamu yang berkunjung ke rumah Kakak." Sifa menghampiri Safira dan Saqila.
"Assalamualaikum Kak Saqila?" Mulut kecilnya menyapa Saqila.
Saqila bingung tapi tetap menjawab salamnya.
"Waalaikumussalam."
"Oh itu.. atasan Kakak di kantor. Dia datang ke rumah untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua Kakak." Safira melirik ke belakang Sifa, harap-harap cemas menunggu seseorang.
"Oalah, aku kira itu adalah pacar Kakak. Habisnya dia datang bertamu terlalu pagi sambil membawa bunga mawar merah, membuat seseorang cemburu saja." Katanya dengan makna tertentu.
Bunga mawar merah?
Safira tidak memperhatikan apa yang Pak Dimas bawa tadi pagi. Dia langsung pergi setelah Saqila menariknya ke sini. Tapi membuat seseorang cemburu?
"Oh, aku bawa makanan untuk Kak Safira. Ini dimasak langsung olehnya jadi Kakak harus maklumi kalau rasanya agak aneh. Tapi ini aman kok dimakan sama manusia dan gak beracun untuk orang yang hamil. Kakak bisa yakin, deh."
Safira yang masih bingung menerima kotak coklat itu dari Sifa.
"Siapa yang memasak?" Tanya Safira penasaran.
Sifa tersenyum,"Dia."
Dia kemudian menoleh ke belakang seperti mencari seseorang. Beberapa detik kemudian dia melihat orang yang dia cari sedang berjalan ke arahnya tapi tidak mau bergabung dan hanya menunggu di depan pintu masuk ruang tamu.
"Sifa ke atas dulu ya, Kak. Kasian Karina udah nunggu dari tadi."
Setelah melihat orang yang ada di depan pintu masuk, semua kebingungan Safira akhirnya terjawab. Dia tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya membiarkan Sifa pergi ke kamar Karina bersama Kayana.
Kemudian matanya jatuh pada kotak coklat di tangan, makanan di dalam pasti buatan Kayana. Gadis itu cukup pemalu untuk berbicara dengannya tapi dia tetap ramah pada orang baru.
Hah, tapi kesan di toko buku waktu itu tidak terlalu baik. Dia melihat ku dengan tatapan curiga, anehnya. Batin Safira lucu.
"Dia siapa, dek?"
"Dia tetangga kita dari perumahan blok A, sepertinya teman Karina juga." Safira tidak terlalu tertarik mengurusi kehidupan orang lain.
Dia ikut duduk di samping Saqila dan mulai memilah bunga yang akan dia rangkai.
"Yakin sebatas tetangga? Kok Kakak perhatiin kamu cukup kaget lihat dia di sini?" Untungnya mata Saqila jeli.
"Itu karena dia tiba-tiba berada di sini, aku pikir dia gak kenal sama orang-orang komplek B." Jawab Safira jujur tapi tidak sepenuhnya.
Karena alasan sebenarnya cukup dia pendam di dalam hati saja.
"Kakak mau makan, gak?" Safira mengalihkan topik pembicaraan.
Dia mengambil kotak coklat yang Sifa berikan dan membukanya. Ternyata di dalam kotak itu ada kue bolu kukus hijau yang masih hangat. Sepertinya kue bolu kukus ini baru saja dibuat tadi pagi mungkin subuh?
"Keliatannya enak, jauh lebih baik dari yang Kakak bayangkan tadi." Dia sempat memikirkan bentuk makanan yang aneh dengan rasa yang aneh pula.
"Biar aku coba dulu. Bismillah," Safira menggigit potongan bolu yang ada ditangannya.
Sambil mengunyah dia mencari-cari rasa aneh yang Sifa bilang tapi nyatanya tidak ada. Meskipun tidak terlalu mengembang seperti bolu biasanya tapi ini tetap enak dan bisa dimakan.
"Gimana?" Saqila sudah mendecakkan lidahnya tidak sabar.
"Enak kok, coba deh."
Mereka berdua makan sambil merangkai bunga. Kegiatan ini membuat mereka berdua tidak terlalu bosan di sini sehingga sampai lupa waktu. Tahu-tahu sudah azan Zuhur, mereka harus segera pulang untuk sholat apalagi Saqila sedang dalam kondisi yang tidak baik terus berlama-lama melakukan aktivitas. Sekalipun itu hanya duduk saja, tetap saja Safira tidak suka melihatnya bekerja.
Mereka berdua pulang ke rumah bahu membahu, terlihat lebih santai. Namun ketika melihat mobil sedan hitam itu masih terparkir di halaman rumah Saqila dan Safira kompak mendengus. Mereka berdua tidak habis pikir dengan Pak Dimas karena terlalu keras kepala. Padahal sudah jelas-jelas kode yang mereka berikan agar mulai menjaga jarak. Mereka kira Pak Dimas akan langsung pulang tadi tapi siapa yang tahu wajah Pak Dimas terlalu tebal untuk merasakan malu.
"Kakak makin gak suka kamu dekat sama dia." Gumam Saqila kesal.
"Kayaknya aku harus berhenti kerja di sana, Kak." Kata Safira tidak punya solusi lain.
"Kakak pikir juga begitu, ini lebih baik daripada harus terlibat dengan laki-laki menyebalkan itu."
Masuk ke dalam rumah, Saqila berpura-pura berpegangan kepada Safira agar Pak Dimas tidak mengajak bicara.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 453 Episodes
Comments
adning iza
sperty ali jg pya rsa deh sma fira
2023-03-22
0
Martha
bukan Kanaya pasti yg buat, tp Ali... apakah mereka sama² merayu sang Pemilik Hati di sepertiga malam ??? aaah indahnya cinta yg seperti itu
2021-12-07
1
hannina
jangan jangan itu si Ali
2021-09-24
0