Sesampainya di toko buku Safira langsung masuk ke dalam dan di sambut hangat oleh karyawan yang sudah mengenal Safira. Ini adalah toko buku Gio yang selalu Safira datangi ketika ada luang.
Tapi karena Gio sekarang sudah mengambil alih pondok pesantren maka toko buku ini beralih ke tangan sepupunya yang kebetulan tinggal di kota ini. Meskipun sudah bukan milik Gio lagi tapi pelayanan yang Safira dapatkan masih sama dan tidak berubah. Sepupu Gio juga baik dan selalu memberikan Safira buku-buku terbaru secara gratis.
"Mbak Safira tumben datang lagi ke sini. Biasanya sekali dua bulan baru nongol." Seorang gadis muda tiba-tiba mendatangi Safira, sangat antusias melihat pelanggan spesial toko mereka.
"Aku masuk siang hari ini jadi menyempatkan diri untuk melihat-lihat buku. Mungkin saja ada buku yang menarik minatku." Katanya tanpa semangat.
"Kebetulan banget, Mbak. Kami baru saja kedatangan pasokan buku yang baru rilis bulan ini jadi Mbak bisa puas melihat-lihat." Gadis itu langsung memimpin jalan.
Menunjukkan Safira jalan menuju rak-rak yang memuat buku baru yang datang kemarin.
"Terimakasih, kamu sekarang bisa pergi." Kedua mata Safira menyusuri deretan buku-buku baru itu.
Masih terbungkus rapi dan mempunyai wangi khas buku baru yang kuat.
"Labirin kematian? Aku tidak suka filsafat. Pembicaraannya terlalu dalam dan bisa menyesatkan apabila tidak bisa memahami maksud tujuan penulis." Safira meletakkan lagi buku dengan cover hijau dan gelap ke tempatnya.
"Mengejar Cinta Angkasa? Aku tidak terlalu suka membaca novel akhir-akhir ini." Dia meletakkan lagi buku bersampul biru langit ke tempat asalnya.
Buku-buku di sini memang banyak tapi sulit mendapatkan buku yang menarik minatnya.
"Bagaimana dengan buku ini?" Tiba-tiba suara berat menginterupsi kebosanan Safira.
Safira sontak terkejut, dia tidak asing dengan suara berat ini karena terkadang ketika akan terlelap dia kadang membayangkan pemilik suara ini berada dalam jangkauannya.
"A-ya?" Dia hampir saja memanggilnya.
Laki-laki tinggi itu berjalan lebih dekat dengan Safira dan menjulurkan tangan panjang nan kuat itu ke depan Safira.
"Mengetuk Pintu Langit di Sepertiga Malam, aku sudah membacanya semalam dan isinya sangat bagus. Aku yakin kamu tidak akan menyesal membeli buku ini." Katanya seraya menyerahkan sebuah buku bersampul gelap bercampur biru langit.
Di sampul buku itu ada seorang laki-laki dan seorang perempuan duduk di atas sajadah seraya menangkup kedua tangan untuk berdoa tapi dihalangi oleh sebuah dinding tipis.
Dari sampulnya saja Safira tahu apa yang penulis ingin jelaskan di dalam buku.
Deg
Deg
Deg
Jantung Safira berdebar kencang saat mengambil buku itu dari tangannya. Dia menatap nanar buku yang baru saja laki-laki itu pegang dengan perasaan suka cita yang tidak bisa digambarkan.
Safira ingin melihat wajah tampan itu tapi dia tidak bisa karena saat ini tubuhnya diluar kendali. Safira sangat takut membuat pemuda ini ketakutan jika dia sampai diluar kendali.
"Aku pikir juga isinya pasti bagus." Ucap Safira lembut tidak berani mengangkat kepalanya.
"Ini tentang doa seorang hamba kepada Allah. Hamba itu bercerita kepada Allah bahwa dia jatuh cinta dengan seseorang namun dia tidak berani mendekatinya karena beberapa alasan. Dia tidak punya keberanian dan mengandalkan Allah untuk mendapatkan hati orang yang dia sukai. Bangun di sepertiga malam untuk merayu Sang Pencinta agar ridho menyatukannya dengan orang yang dia sukai. Sekilas, ini mirip dengan kisah Ali dan Fatimah putri Rasulullah Saw. Jadi, kamu pasti akan menyukainya."
Merayu Sang Pencinta di waktu sepertiga malam, itulah yang Safira lakukan untuk mendapatkan calon imamnya. Dia tidak berani menyebut nama orang yang dia sukai tapi Safira yakin Allah tahu apa isi hatinya dan kepada siapa doa itu dilayangkan.
"Kisah cinta suci Ali dan Fatimah adalah kisah cinta yang Allah ridhoi sampai-sampai membuat takjub seluruh penghuni langit. Tiada kisah cinta yang paling indah kecuali milik Ali dan Fatimah." Kata Safira merindu.
Bila Allah mengabulkan doanya maka alangkah indahnya hidup Safira. Hidup menua bersama suami yang dia cintai.
"Kisah cinta mereka adalah tauladan bagi seluruh umat muslim. Mungkin setelah ratusan tahun terlewati sudah ada ratusan pasangan yang mengikuti jejak Ali dan Fatimah. Aku yakin hari ini pun masih ada, berjuang di sepertiga malam merayu Sang Pencinta agar dipersatukan dengan seseorang yang dicintai. Mereka pasti masih ada di dunia ini."
Safira tertegun, dia merasa ada sebuah ketukan halus di dalam hatinya. Membuat Safira lengah mengangkat kepalanya untuk bertatapan langsung dengan bola mata gelap nan pekat itu.
"Apa kamu juga percaya?" Laki-laki itu bertanya pelan.
Safira seolah terhipnotis,"Aku..percaya-"
"Mas Ali?" Perhatian mereka berdua langsung teralihkan.
Safira menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang datang. Di belakangnya ternyata ada adik Ali yang Safira tahu bernama Sifa sedang berdiri bersama Kayana.
"Katanya tadi ada urusan penting tapi kok malah di toko buku?" Sifa menarik tangan Kayana berjalan mendekati Ali.
Dia lalu menatap Safira yang masih terkejut melihat kedatangannya, di tangan Safira ada buku bersampul hitam bercampur putih yang cukup familiar.
Melihat buku itu Sifa tanpa sadar tersenyum simpul. Memeluk lengan Ali intim seraya menyapa Safira sopan.
"Kakak baru aja selesai. Pulang dari kantor Kakak mampir dulu ke sini." Jawab Ali tampak santai.
Safira melihat Ali heran karena perasaannya dia masih melihat Ali di rumah sebelum datang ke sini. Itupun tidak sampai 30 menit jadi bagaimana bisa Ali menyelesaikan urusan di kantor begitu cepat?
Sama seperti keheranan Safira, Kayana juga bertanya-tanya bagaimana bisa Ali menyelesaikan urusan pekerjaan hanya dalam kurang 30 menit.
"Oh, di sini gak sengaja ketemu sama Kak Safira?" Tanya Sifa tampak polos.
Safira lagi-lagi terkejut, dia tidak menyangka Sifa tahu nama bahkan sampai mengenal dirinya.
"Safira?" Kayana mengernyit halus sambil menatap wajah cantik Safira.
Dilihat dari caranya berpakaian, Kayana menyimpulkan jika Safira adalah wanita karir.
"Iya Kak, ini Safira tetangga kita dari perumahan blok B." Sifa mengenalkan.
"Kak Safira ke sini mau beli buku juga?" Sifa bersikap ramah dan sopan kepada Safira.
Tersenyum sopan,"Benar, aku mampir untuk membeli buku. Tapi karena buku yang ku cari sudah kutemukan maka aku harus segera pergi ke kantor sebelum terlambat. Aku permisi, assalamualaikum."
Safira tidak ingin mengganggu acara temu mereka. Lebih baik dia segera pergi ke kantor dan menyibukkan diri dengan berkas-berkas kasus daripada memikirkan masalah cinta yang tidak terbalaskan.
"Buku ini akan aku bayar." Safira mengeluarkan uang dari dompetnya tapi segera dihentikan oleh gadis yang sempat mengantarnya ke rak buku baru.
"Bos bilang buku ini sudah dibayar oleh seseorang." Kata gadis itu.
"Seseorang? Siapa? Mas Gio?"
"Kami gak tahu, Mbak, karena orangnya sendiri tidak ingin diketahui."
Safira menatap bisu buku baru yang ada di depannya. Di dalam hatinya segala macam pemikiran datang tapi dia tidak bisa menebak pemikiran mana yang paling tepat untuk situasi ini.
"Baiklah, tolong katakan kepada bos mu bahwa aku sangat berterimakasih pada orang yang membayarnya." Pesan Safira sebelum keluar dari toko buku.
Dia memesan taksi lewat sebuah aplikasi, beberapa menit kemudian taksi yang dia pesan datang.
Di dalam taksi, Safira mengalihkan matanya menatap keluar jendela. Matanya menatap jalanan diluar tapi pikirannya tidak di tempat, berkelana entah kemana.
"Kamu bertanya apakah aku percaya kisah Ali dan Fatimah masih ada di dunia ini? Jawabanku adalah ya, aku percaya karena salah satu peran Fatimah sedang ku lalui sekarang. Merayu Allah di sepertiga malam agar membalikkan hatimu kepadaku. Meskipun tidak secara langsung ku sebutkan namamu tapi aku yakin Allah lebih tahu isi hatiku. Allah tahu aku ingin bersama mu." Bisiknya setelah sekian lama sunyi.
Dia percaya dan masih akan percaya meskipun fakta di depannya mengatakan bahwa dia tidak punya kesempatan apapun. Namun, selama Safira bersama Allah semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Atau bisa saja Allah mengirimkan laki-laki yang jauh lebih baik dari Ali.
Apapun akhirnya itu adalah rahasia Allah. Safira hanya bisa berharap dan terus merayu Sang Pencipta.
Muhammad Ali Althalib, tidak pernah ku rasakan perasaan gundah semenyiksa ini hanya karena memikirkan mu. Muhammad Ali Althalib, tidak pernah ku rasakan perasaan gelisah sekejam ini hanya karena melihat mu. Muhammad Ali Althalib, tidak pernah ku rasakan perasaan cemburu sepekat ini hanya karena melihat mu berdiri bersama wanita lain. Muhammad Ali Althalib, bila kamu memang bukan jodoh ku maka ini adalah jalan terbaik yang Allah tuliskan untuk ku. Wahai Muhammad Ali Althalib, kamu adalah rasa sakit sekaligus obat di dalam hidupku. Muhammad Ali Althalib, aku mencintaimu. Sangat mencintai mu. Batin Safira pahit.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 453 Episodes
Comments
adning iza
kirain ali yg dipondoky gio tryta beda to thor
2023-03-22
0
Risa Istifa
dulu aq pernah mendapat harapan palsu ,disetiap doa sll ada namanya .. qodar dr Allah ternyata kamj tidak berjodoh ..
2022-03-29
1
Sudiyem Selsi
Novel pendidikan yang luar biasa
2022-03-08
0