"Selamat bergabung dengan tim voli bos," Nia yang baru saja mendekat ke arah mereka tersenyum senang karena mendengar pembicaraan barusan tentang Dave yang ikut bergabung dengan tim voli. Mendengar perkataan Nia, Dave langsung tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepalanya, sedang Laurel langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain sambil menggigit bibir bawahnya dan menahan nafasnya sebentar.
Benar-benar celaka 12 ini, mimpi apa aku tadi malam, bisa-bisanya bernasib buruk harus satu tim voli dengan bos besar, Laurel menyeka keringat di dahinya yang tiba-tiba saja muncul bahkan sebelum dia memulai pemanasan sebelum latihan.
"Laurel!" Dengan wajah dipenuhi dengan senyum ceria Nia yang baru saja datang ke lapangan menarik lengan Laurel, mengajaknya berkumpul dengan satu tim voli lainnya untuk bersiap melakukan pemanasan sebelum latihan dimulai.
"Laurel, sudah dengar bos satu tim dengan kita? Kalau ada bos, pasti tim kita bisa jadi pemenang pertandingan," Mendengar perkataan Nia, Laurel tidak dapat berbuat banyak, hanya bisa meringis sambil buru-buru mencoba fokus memandang ke arah Nia karena dilihatnya Dave dengan pandangan tajamnya menatap ke arahnya dengan posisi kedua tangan dilipat di depan, seolah sengaja sedang menunggu tanggapan Laurel terhadap pertanyaan Nia tentang keikut sertaannya dalam tim voli.
"Syukurlah kalau bos bisa bergabung untuk mendukung tim voli kita, yang lain pasti semangat dengan adanya bos di tim kita," Setelah menanggapi perkataan Nia, Laurel buru-buru melangkahkan kakinya ke tengah-tengah lapangan voli untuk memulai pemanasan tanpa menunggu aba-aba, sengaja menenangkan hatinya sekaligus untuk menghindari tatapan dingin dari Dave. Entah kenapa walaupun saat ini tatapan mata Dave terlihat tidak bersahabat tapi ingatan tentang tatapan lembut Dave malam itu terus terbayang di pikiran Laurel sampai detik ini, tatapan lembut malam itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah menolongnya dulu, dokter berambut coklat dengan mata coklat mudanya yang lembut.
"Ayolah, kita mulai latihan kita," Raga, salah seorang perawat yang ditunjuk untuk menjadi koordinator latihan tim voli memberi aba-aba. Begitu mendengar perkataan Raga, anggota tim voli lainnya langsung berlari-lari kecil ke arah lapangan voli termasuk Dave dan Nia.
Selama latihan voli terlihat sekali bahwa Dave dan Laurel memang benar-benar mumpuni dalam hal olahraga voli, sehingga tidak memberikan kesempatan buat yang lain untuk unjuk kebolehan. Dave dengan tinggi badannya yang di atas rata-rata pria normal daerah Asia tentu saja menjadikannya seorang smasher (pemain yang mempunyai tugas untuk melakukan smash dalam bola voli, merupakan salah satu pemain utama) yang hebat, sedang Laurel yang merupakan seorang tosser (tosser atau set-upper mempunyai tugas sebagai pengatur serangan tim. Pada umumnya seorang tosser akan mengumpan bola ke arah teman satu tim dengan berbagai variasi umpanan untuk smasher sehingga bola akan di smash oleh smasher tersebut. Selain sebagai pengatur serangan tosser juga harus menguasai teknik smash dan blocking karena tempatnya yang selalu di depan), posisi tersebut menjadikannya pasangan sempurna bersama Dave, membuat lawan latihan tim mereka terlihat kewalahan karena adanya mereka berdua. Leo yang berdiri di samping lapangan voli sambil mengamati apa yang terjadi hanya bisa tersenyum sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya.
Andai saja di luar lapangan kalian juga sekompak itu, Leo berkata dalam hati sambil terus memperhatikan tim voli dengan posisi kedua tangan terlipat di depan.
# # # # # # #
"Prittttt...!!!" Suara peluit panjang secara otomatis membuat orang-orang yang berlatih voli langsung menghentikan gerakannya, karena suara peluit itu merupakan tanda waktunya untuk beristirahat sejenak. Nia langsung berlari-kecil ke arah Laurel.
"Hebat, kamu dan bos terlihat hebat sekali, sampai seolah-olah membuat kami yang lain hanya sebagai penggembira saja. Ada tidak ada kami rasanya tim kita pasti bisa menang asal ada bos dan kamu," Laurel tersenyum mendengar pujian dari Nia, sekilas diliriknya Dave yang berjalan menjauhi lapangan, menuju kursi-kursi beton yang tersusun rapi di pinggiran lapangan, berjarak sekitar 2 meter antara satu kursi dengan kursi yang lain. Begitu Dave duduk di salah satu kursi beton tersebut dan dari arah lain Hana langsung mendekat ke arah Dave dengan membawa sebotol air mineral dan langsung menyodorkan botol itu kepada Dave, kemudian dia mengambil posisi duduk di samping Dave.
"Ayo, kita istirahat dulu," Nia menarik tangan Laurel dan mengajaknya duduk di kursi beton yang posisinya di sebelah kanan kursi beton yang ditempati oleh Dave dan Hana.
Begitu duduk di kursi beton, mata Laurel memandang ke arah Barat dimana Arnold, Feri dan Roy masih berlatih di lapangan basket. Laurel tersenyum melihat para dokter muda itu unjuk kebolehan di lapangan basket, sepertinya benar apa yang dikatakan Dave beberapa waktu lalu kalau banyak dokter di rumah sakit ini yang jago basket. Melihat asyiknya permainan basket para dokter itu seolah membuat kaki dan tangan Laurel terasa gatal, ingin sekali bergabung bersama mereka di lapangan basket, tapi apa daya, dari awal dia sudah diperintahkan oleh bos besar bergabung di tim voli campuran.
"Ah...., capeknya," Lusiana yang baru saja datang langsung menggerakkan pinggulnya ke bahu Nia yang duduk di sebelah Laurel yang langsung mengerti bahwa Lusiana meminta dia menggeser duduknya agar dia bisa ikut duduk di kursi beton bersama mereka.
"Hufttt..., capek sekali rasanya hari ini, tidak seperti latihan-latihan kemarin," Lusiana menarik nafas panjang dan mengeluarkannya lewat mulutnya, menunjukkan dia memang benar-benar capek sore ini.
"Kenapa? Kurang fit hari ini?" Mendengar kata-kata Nia, Lusiana tersenyum dan langsung meneguk air mineral dari botol di tangannya.
"Kemarin malam aku tidak bisa tidur dengan tenang karena adikku demam tinggi, padahal dia sedang hamil. Terpaksa malam-malam aku harus mengantarnya ke rumah Feri untuk minta bantuannya," Nia menepuk bahu Lusiana pelan. Selama ini memang Lusiana tinggal dengan adik perempuannya yang kebetulan sudah menikah lebih dahulu dibandingkan dengan dia, dan sekarang dalam kondisi hamil, suaminya sering bertugas diluar kota, sehingga Lusiana memaksa adiknya untuk sementara waktu tinggal dengannya, mengingat kedua orang tua Lusiana juga sudah meninggal, sehingga sebagai kakak satu-satunya sampai saat ini membuat Lusiana mengambil peran sebagai pengganti orang tua bagi adik semata wayangnya. Dengan rasa tanggung jawab yang sedemikian besar itu yang membuat Lusiana malas menjalin hubungan dengan pria, takut jika kelak dia menikah tidak ada lagi yang bisa diandalkan oleh adiknya.
"Kamu ini selalu begitu, coba sekali-sekali pikirkan kesenanganmu sendiri, jangan selalu memikirkan orang lain," Lusiana langsung menoleh mendengar perkataan Nia.
"Dia bukan orang lain, tapi adikku," Nia tersenyum mendengar kata-kata balasan dari Lusiana.
"Ok ok, adikmu, tidak ada salahnya sekali-sekali fokus pada dirimu sendiri, mau sampai kapan kamu terus melajang? Masak belum pernah ada laki-laki yang membuatmu tertarik? Kalau tidak bisa menemukannya di luar sana, bagaimana kalau kamu lihat para dokter tampan di rumah sakit kita, masih banyak yang bujangan juga," Mendengar perkataan Nia, Lusiana langsung tertawa ringan, sambil melirik ke arah Laurel yang sedari lebih memilih diam dan memperhatikan pembicaraan kedua temannya.
"Laurel, dengar kata-kata Nia, siapa menurutmu dokter paling tampan di rumah sakit ini?" Laurel langsung tertawa mendengar pertanyaan Lusiana.
"Manurutku atau menurutmu? Belum tentu selera kita sama," Laurel balik bertanya dan tanpa sadar matanya melirik ke arah Dave yang duduk di kursi beton di sebelahnya yang ternyata sedang asyik mengobrol dengan Hana, membuat tanpa disadari oleh dirinya sendiri Laurel menarik nafas panjang.
Kalau boleh jujur, bagiku dia pria paling tampan yang pernah aku temui selama ini, Laurel berbisik pelan dan langsung mengalihkan pandangannya kembali ke arah lapangan basket, tepat sedetik sebelum Dave melirik ke arahnya karena mendengar pertanyaan balik Laurel kepada Lusiana tentang siapa pria paling tampan di rumah sakit ini.
"Sebut saja salah satu dari dokter yang sedang berlatih basket itu, mereka kumpulan para pria tampan disini," Nia menyenggolkan bahunya ke bahu Laurel yang langsung tersenyum simpul. Pandangan mata Lusiana pun beralih ke lapangan basket.
"No comment," Laurel menjawab singkat sambil tertawa membuat Lusiana yang duduk di sebelah Nia menjulurkan tangannya untuk mencubit lengan Laurel.
"Arnold, Feri, Roy, tiga bujangan itu wajahnya semua jauh di atas rata-rata, benar tidak Laurel? Selain wajah tampan mereka, latar belakang keluarga mereka juga tidak main-main. Arnold selain seorang dokter, dari keluarga pengusaha kaya juga, ayahnya yang pengusaha batubara cukup kaya lho. Si Feri, dari keluarga militer, ayahnya orang berpangkat yang berpengaruh di kota ini, belum lagi si Roy, keluarganya memiliki usaha pengolahan minyak kelapa sawit. Mereka bertiga sering membicarakan tentang kamu. Masak tidak ada satupun yang membuatmu tertarik?" Laurel langsung melotot mendengar pertanyaan Lusiana. Harusnya hari ini yang jadi bahan pembicaraan awalnya adalah tentang Lusiana, kenapa tiba-tiba berubah menjadi dia yang jadi fokus pembicaraan?
"Laurel, jangan lupa, selain ketiga dokter itu, bos kita juga termasuk hitungan seorang laki-laki tampan juga dengan wajah blasterannya yang lebih condong seperti bule. Kamu tahu sendiri, bahkan ketampanannya tidak kalah dibandingkan dengan ketampanan artis-artis hollywood, dan dengar-dengar selain sebagai kepala rumah sakit ini, di keluarganya yang kaya raya dia adalah seorang CEO dari perusahaan farmasi terbesar di Irlandia. Makanya kadang dia beberapa hari tidak datang ke rumah sakit karena harus mengunjungi perusahaannya di Irlandia. Sayangnya sampai sekarang aku dengar dia tidak tertarik menjalin hubungan dengan seorang wanita manapun, hanya dokter Hana yang seringkali menempel terus padanya, tapi buktinya sampai sekarang bos tetap cuek-cuek saja. Kalau memang bos punya perasaan yang sama dengan dokter Hana harusnya mereka sudah menikah sekarang, tapi kenyataannya sampai sekarang hubungan mereka hanya sebatas teman. Mungkin kamu mau mencoba keberuntunganmu? Ada niat untuk menaklukan hati bos?" Nia berbisik pelan ke telinga Laurel.
Menaklukkan hati bos? Uhhh, hanya membayangkan saja, hal itu langsung membuat Laurel merinding, bagaimana bisa dia punya kesempatan menaklukan hati Dave, sedang dari cara Dave memandangnya sejak pertama kali mereka bertemu seringkali terlihat dingin dan tidak bersahabat, kecuali malam itu. Ah, Laurel melenguh pendek dalam hati, kenapa tatapan lembut Dave malam itu begitu mengusik pikirannya.
"Eh, bukannya kita sedang membicarakan jodoh buat Lusiana? kenapa sekarang aku yang jadi korban?" Lusiana dan Nia langsung tertawa mendengar protes Laurel.
"Siapa suruh sejak kedatanganmu di rumah sakit ini semua pegawai pria terus menerus membicarakanmu. Sekarang rumah sakit kita seperti kedatangan seorang artis," Nia yang duduk tepat di sebelah Laurel menepuk paha Laurel pelan sambil tertawa pelan.
"Tapi jujur saja, aku benar-benar penasaran, ke depannya gadis seperti apa yang akan menjadi istri bos kita ini. Eh, ngomong-ngomong, ceritakan pada kami, kenapa gadis secantik kamu sampai sekarang belum punya kekasih? Atau kamu sengaja menyembunyikan statusmu sekarang?" Laurel tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari Nia, yang membuatnya langsung teringat akan pengkhianatan Devan dan pernikahannya dengan laki-laki tak dikenal 7 tahun lalu.
"Kisah cintaku benar-benar mengerikan untuk diceritakan, aku tidak mau mengingatnya, terlalu menyakitkan," Lusiana dan Nia sama-sama mengerutkan keningnya begitu mendengar perkataan Laurel, tapi mereka segera berusaha mengalihkan pembicaraan begitu melihat mata Laurel yang tampak menerawang jauh dengan menyodorkan sebungkus permen ke arah Laurel yang langsung menerimanya, membuka bungkus dan memasukkan dalam mulutnya yang tiba-tiba terasa pahit.
"Ahhh, semoga kita bertiga cepat mendapatkan jodoh kita," Nia menarik kedua tangannyanya ke atas, meregangkan otot-otot tubuhnya, membuat Lusiana dan Laurel tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
hati"kalau bicara Laurel
bisa bisa nanti dipanggil lg ke kantor boss😁
2022-10-17
0
OrrieOn
Dave pasti sdh tahu ttg kisah cinta L
2022-04-24
0
Sri Astuti
ayo Dave.. mulailah bersikap manis ke laurel.. jgn sampai di sambar yg lain
2022-02-14
0