Laurel yang berjalan beriringan dengan Lusiana dan Mira sedikit menahan nafasnya ketika mereka harus memasuki ruang meeting rumah sakit untuk perkenalan dirinya kepada para pegawai di rs ini. Berdiri di hadapan banyak orang bukan hal yang baru bagi Laurel, tapi mengingat tatapan dingin dan tidak bersahabat dari kepala rumah sakit ini yang membuatnya tidak nyaman.
"Mari dokter Laurel, silahkan masuk," Mira mengarahkan tangannya ke ruangan meeting. Laurel melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan itu. Dilihatnya di bagian depan sudah duduk dokter Dave sebagai kepala rumah sakit, terlihat sudah bersiap untuk memimpin pertemuan, sedang di depannya berjajar kursi-kursi yang baru terisi sekitar 30% nya dari jumlah kursi yang ada.
"Tenang saja, bos kita seorang pimpinan yang baik, semua dokter, perawat dan karyawan disini mengidolakan bos. Kamu pasti akan betah bekerja disini," Lusiana menepuk bahu Laurel dan langsung menarik tangannya untuk mengajaknya duduk di kursi di posisi tengah.
Lusiana sengaja mengatakan tentang kebaikan bosnya karena melihat wajah Laurel yang tampak tegang saat memasuki ruangan meeting apalagi saat mata Laurel melirik sekilas ke arah Dave, tampak bahwa Laurel terlihat tidak nyaman. Laurel melirik ke arah Lusiana, salah seorang dokter umum di rs ini yang baru dikenalnya pagi tadi. Usianya lebih muda darinya, tapi Laurel senang sekali bisa mengenal gadis yang terlihat ramah dan baik ini, sepertinya ke depannya mereka berdua bisa menjadi sahabat.
"Lihat, yang ada di depan itu dokter Dave, kepala rumah sakit kita, mestinya tadi pagi kamu sudah bertemu dengannya, kita biasa memanggilnya dengan bos, yang duduk di depan sendiri sebelah kiri kita itu dokter Leo, wakil dari dokter Dave, dia dokter spesialis ortopedi (tulang) di rumah sakit ini, yang lain-lain nanti pelan-pelan kamu pasti akan mengenal mereka," Lusiana berbisik di telinga Laurel berusaha mengenalkan dua dokter yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di rumah sakit ini.
"Hai, kita ketemu lagi," Hana yang baru datang bersama dengan seorang laki-laki tampan yang kelihatannya juga seorang dokter langsung menyapa Laurel dan mengambil duduk di sebelah Laurel, sedang laki-laki yang datang bersama Hana langsung mengambil duduk di kursi di depan Laurel. Tindakan laki-laki itu cukup membuat Laurel kaget karena dia langsung duduk dengan posisi menghadap ke arah Laurel.
"Akhirnya ada pemandangan indah di rumah sakit ini," Laki-laki itu berkata sambil tersenyum manis kepada Laurel.
"Arnold, jangan harap kamu bisa menjadikan Laurel korbanmu selanjutnya," Lusiana langsung menepuk bahu Arnold yang tampak tidak perduli, yang dengan senyum menggoda di wajahnya, justru dengan sengaja mengamat-amati Laurel dari atas ke bawah, membuat Laurel sedikit jengah.
"Ehem," Suara deheman dari Dave langsung membuat Hana memberi tanda pada Arnold agar menghentikan tindakannya.
"Ok cantik, nanti kita lanjutkan obrolan kita," Tanpa rasa bersalah Arnold berdiri dan membalikkan tubuhnya mengambil posisi duduk menghadap ke arah yang sudah semestinya.
"Jangan terlalu memperdulikan dokter Arnold, dia selalu bersikap seperti itu kepada pegawai baru, terutama jika itu gadis secantik dirimu. Mungkin karena dia dokter spesialis anak, kadang sifatnya jadi seperti anak-anak, seringkali bertindak kekanak-kanakan, walaupun sebenarnya dia cukup tampan, asal kamu tahu, di rumah sakit ini pusatnya dokter-dokter tampan dan cantik," Lusiana berbisik pelan ke telinga Laurel yang hanya tersenyum geli, dilihatnya sekitarnya, memang rata-rata para pegawai di rs ini sepertinya memiliki penampilan di atas rata-rata, namun senyumnya langsung menguap saat dia melihat ke depan dan mendapati Dave sedang memandang ke arah mereka dengan tatapan tajam. Seolah seperti seorang murid yang baru saja tertangkap basah oleh guru karena mencontek, Laurel sedikit menundukkan wajahnya, menghindari tatapan tajam Dave yang baginya terasa begitu menusuk.
"Ok, semua sudah berkumpul di tempat ini," Mendengar kata-kata pembukaaan dari Dave, Laurel memandang ke sekelilingnya, tempat duduk yang ada sudah terisi sekitar 70 % dari kapasitas kursi yang ada.
"Hari ini saya akan perkenalkan ada anggota baru di team kita, saya persilahkan dokter Laurel Tanputra untuk memperkenalkan diri di depan," Mendengar perintah dari Dave, Laurel bangkit berdiri dan berjalan ke arah depan ruangan diiringi suara siulan lirih dari Arnold.
"Selamat siang semua, senang sekali bisa bergabung bersama dengan anda sekalian di rumah sakit ini. Perkenalkan nama saya Laurel Tanputra, saya mengambil kuliah kedoteran di Universitas Harvard di Amerika dan melanjutkan spesialis penyakit dalam di universitas yang sama. Saya mohon bantuannya kepada semua senior selama saya bekerja disini," Laurel menutup perkenalannya dengan sedikit membungkukkan badannya untuk memberi hormat kepada pegawai lain yang hadir di ruangan itu.
"Ada pertanyaan tentang dokter Laurel?" Dave mengarahkan pandangannnya kepada para peserta meeting. Dokter Feri langsung mengangkat tangannya.
"Dokter Laurel masih single atau sudah ada yang punya?" Untuk beberapa saat Laurel hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu, Dave segera mengarahkan pandangannya ke arah Laurel.
"Silahkan dijawab," Mendengar perintah dari Dave Laurel sedikit menggelengkan kepalanya.
"Saya masih ingin mengejar karir saya, belum terpikir ke arah sana," Mendengar jawaban itu beberapa karyawan dan para dokter pria yang masih single langsung bersorak heboh, sedang Arnold langsung mengangkat tangannya.
"Boleh saya mendaftar menjadi pacar dokter Laurel?" Mendengar pertanyaan Arnold, Feri yang awalnya duduk di belakang kursi Laurel dan kebetulan membawa kertas segera menggulung kertas di tangannya, bangkit berdiri dan memukul pelan kepala Arnold dengan gulungan kertas di tangannya, membuat Arnold sedikit tersentak kaget dan tertawa geli.
"Bersaing yang sehat ya, jangan main belakang," Feri berkata sambil kembali ke posisi duduknya semula, sedang Arnold tampak terkikik dengan wajah tidak perduli dengan teguran Feri barusan.
"Saya mau menanyakan sesuatu kepada dokter Laurel," Dokter Arman, seorang dokter berusia hampir 50 tahun, dengan kepala sedikit botak mengangkat tangannya. Beberapa kepala para peserta meeting langsung menoleh ke arahnya, suasana berubah menjadi sedikit tegang.
Sial, semoga bukan pertanyaan mematikan seperti biasanya, Arnold berkata dalam hati, karena dia hafal betul dengan karakter dokter umum yang satu ini. Di usianya yang sudah tidak lagi muda dokter Arman selalu menganggap semua dokter yang lebih muda darinya, apalagi yang baru bergabung di rumah sakit ini sebagai saingannya dan berusaha untuk menjatuhkan mental para dokter muda itu.
"Anda kan lulusan dari Amerika, pasti penyakit-penyakit yang anda pelajari dan hadapi selama ini adalah penyakit yang umum dialami oleh warga disana. Kenapa anda begitu percaya diri masuk ke rumah sakit swasta terbaik ini padahal anda tidak berpengalaman dengan penyakit-penyakit daerah tropis?" Laurel sedikit kaget dengan pertanyaan yang jelas-jelas ditujukan untuk menyerangnya secara terang-terangan, mata Dave melirik ke arah Laurel, seolah-olah ikut menunggu bagaimana cara Laurel menanggapi pertanyaan tersebut.
"Saya percaya tidak ada ilmu yang terlalu sulit untuk kita pelajari asal kita serius dan bekerja keras untuk mempelajarinya, karena itu saya secara pribadi masih membutuhkan banyak bimbingan dari para senior saya disini. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk rumah sakit ini," Dokter Arman mengernyitkan keningnya, dari wajahnya tampak kalau dia tidak suka dengan jawaban dari Laurel yang sebenarnya cukup bijaksana, tapi justru itu menunjukkan niatnya untuk memojokkan Laurel gagal.
"Anda yakin bisa dengan cepat menyesuaikan diri disini setelah 7 tahun terbiasa dengan kehidupan anda di Amerika?" Laurel baru saja hendak membuka bibirnya untuk menjawab pertanyaan dari dokter Arman, tapi sekilas dilihatnya Dave bangkit berdiri dari duduknya.
"Untuk pertanyaan yang bersifat pribadi mungkin nanti bisa ditanyakan langsung kepada dokter Laurel saat kalian makan siang bersama atau di waktu luang kalian, hari ini cukup sampai disini. Sudah waktunya jam makan siang siang kita. Selamat siang semua," Perkataan Dave langsung membuat dokter Arman terdiam dengan wajah belum puas, sedang Arnold sedikit menarik nafas lega karena dokter Arman tidak berhasil mempermalukan Laurel di depan pegawai yang lain.
Begitu menutup meeting, Dave langsung berjalan ke arah luar ruangan, sedang Lusiana langsung mendekati Laurel.
“Untung saja bos menolongmu lepas dari dokter Arman, mungkin karena bos juga alumni dari Harvard sepertimu juga,” Laurel memandang ke arah Lusiana dalam-dalam mendengar bisikan dari Lusiana di telinganya.
“Benarkah? Dokter Dave juga lulusan Harvard?” Lusiana mengangguk pelan.
“Benar, 7 tahun lalu dia kuliah di Harvard, tapi untuk spesialis nya saja dia kuliah disana, aku dengar kedokteran umum dia kuliah di Oxford,” Laurel mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari Lusiana.
# # # # # #
"Boleh kami duduk disini?" Laurel memandang ke arah Feri dan Arnold yang berdiri di sebelah meja tempat Laurel sambil membawa nampan berisi makan siang mereka. Lusiana dan Nia sudah duduk lebih dulu bersama Laurel untuk makan siang bersama di kantin rumah sakit.
Tanpa mengeluarkan kata-kata, baik Laurel, Lusiana dan Nia langsung menggeser duduknya, memberi kesempatan untuk Feri dan Arnold bergabung di meja mereka.
"Tadi kita belum sempat berkenalan, Feri Kusuma, panggil saja Feri," Feri menyodorkan tangannya ke arah Laurel untuk mengajaknya bersalaman, dengan tersenyum Laurel menjabat tangan Feri, tapi dengan cepat tangan Arnold menarik tangan Feri dan menggantikannya dengan tangannya sendiri untuk menjabat tangan Laurel.
"Arnold, high quality jomblo di rumah sakit ini," Lusiana dan Nia langsung tertawa mendengar perkataan Arnold, sedang Laurel hanya bisa tersenyum geli dan berusaha menarik tangannya kembali, sedang Arnold yang duduk tepat di depan Laurel terus memandangi Laurel dengan wajah kagum sehingga membuat Laurel harus mengalihkan pandangannya ke samping kiri agar mereka tidak terus menerus bertatapan.
Ketika Laurel mengalihkan pandangan matanya ke kiri sekilas, dilihatnya di meja samping kirinya duduk Dave dan Hana. Tanpa sadar keberadaan mereka membuat Laurel sedikit tertegun. Yang satu seorang laki-laki tampan yang terlihat berwibawa dan berkharisma, hanya dengan memandangnya saja orang akan tahu bahwa laki-laki ini bukan dari kalangan orang biasa-biasa saja, apalagi didukung dengan wajah bulenya, sedang di hadapannya duduk seorang gadis muda yang boleh dibilang cukup cantik, tapi yang membuat gadis itu cukup menarik adalah dandanannya yang terlihat modis dan anggun. Dari jepit yang dikenakan di rambutnya, pakaian sampai dengan sepatu bewarna senada. Laurel penasaran apakah jika besok dia bertemu Hana penampilannya akan seperti hari ini juga, memakai pakaian dan aksesories senada dari ujung rambut sampai kaki.
Melihat mereka duduk berdua seperti itu bagi Laurel seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan. Merasa ada sepasang mata yang mengamatinya Dave yang awalnya sedang memotong daging di piringnya mengangkat kepalanya dan langsung mengarahkan tatapannya kepada Laurel yang langsung terlihat salah tingkah saat mata mereka saling beradu pandang. Laurel langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Arnold yang sempat melihat kejadian itu langsung berdehem pelan.
"Laurel, dengan ketampanan dan kharismanya bos memang memiliki banyak penggemar, tapi kamu jangan coba-coba mendekati bos, kalau tidak mau dokter Hana menerkammu," Arnold berbisik pelan, Laurel langsung memandang ke arah Arnold.
"Apa dokter Hana itu kekasih dokter Dave?" Semua yang ada di meja itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya bersamaan.
"Bukan, bos sih terlihat tenang-tenang saja, dia juga tidak pernah bersikap mesra kepada dokter Hana, jika ditanya juga tidak pernah mengakui bahwa dokter Hana adalah kekasihnya, tapi dari sikap dokter Hana yang selalu memonopoli bos setiap ada kesempatan benar-benar terlihat kalau dokter Hana benar-benar menyukai bos. Walaupun terlihat anggun, jangan coba-coba mencari gara-gara dengan dokter Hana," Laurel mengangguk, mulai sekarang dia akan berhati-hati bersikap di depan Dave kalau tidak mau menimbulkan salah paham bagi Hana, tapi entah kenapa Laurel tetap tidak bisa menahan keinginan matanya untuk kembali melirik ke arah Dave yang menurutnya memang memiliki pesona yang membuatnya tidak tahan untuk tidak menatapnya. Dan ternyata ketika Laurel mencuri kesempatan untuk melirik ke arah Dave, laki-laki itu sedang menatapnya, membuat Laurel kembali salah tingkah, seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
Bacanya g mau berenti uyyy😁👍
2022-10-17
0
Sri Astuti
sdh mulai ni..
2022-02-14
1
Risa Aprilia
mampir baca lg ,,, yg cindella udah selesai baca,wild wild rose blm,,,, yg ini baca dulu,,menarik ceritanya,,
2022-01-27
1