Laurel memandangi wajahnya sendiri di kaca yang terlihat cantik dengan gaun pengantin putihnya yang begitu indah. Gaun pengantinnya dipenuhi dengan pernak pernik kristal dari atas sampai ujung. Laurel yakin calon suaminya menghabiskan cukup banyak uang untuk membeli gaun ini.
Freya yang sedari tadi menemaninya sudah memberikan begitu banyak pujian tentang kecantikan Laurel dalam balutan gaun indah itu.
Sudah sejak sebulan lalu Laurel dan keluarganya meninggalkan rumah peninggalan papanya setelah dibeli oleh pengusaha muda yang hari ini akan menikahinya. Laurel memandangi kamarnya yang baru, jauh lebih kecil dan sederhana dibandingkan dengan kamarnya di rumah lama.
Bagi Laurel sebenarnya bukan masalah besar jika dia harus berpindah dari rumahnya yang nyaman ke rumah sederhana ini, tapi persetujuan mama tirinya untuk menjual rumah sekaligus menikahkannya dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, benar-benar membuatnya putus asa dan kecewa.
Rencananya setelah Laurel menikah dia akan kembali menempati rumah peninggalan papanya bersama suaminya, sedang mama Denia dan Freya akan tinggal di rumah sederhana ini. Walaupun rumah itu telah dibeli oleh calon suami Laurel, tapi setelah mereka menikah calon suaminya ingin agar Laurel memiliki rumah itu kembali sebagai hadiah pernikahan mereka, selain hadiah mobil, sebuah villa di daerah puncak, setumpuk pakaian, sekotak perhiasan, selusin sepatu dan belum lagi hadiah lainnya yang telah disiapkan untuknya.
Sepertinya dia laki-laki yang cukup murah hati, tapi kalau memang benar dia seorang yang baik kenapa kebaikannya harus bersyarat? Laurel berkata dalam hati dengan senyum sinis.
“Freya, kakak akan ke kamar mandi dulu,” Freya yang mendapat tugas menemani Laurel hanya mengangguk tanpa menaruh kecurigaan apapun, sesampainya di kamar mandi Laurel segera membuat riasan wajahnya berubah menjadi pucat, diminumnya obat pencahar yang sudah dia siapkan sedari pagi.
# # # # # # #
“Mama, Kak Laurel sakit!” Denia yang masih sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke gedung pertemuan untuk melangsungkan pernikahan Laurel segera berlari ke arah kamar Laurel, disusul oleh Lina.
“Kenapa denganmu nak?” Denia bertanya dengan wajah khawatir, Laurel mengernyitkan dahi, sambil memegang perutnya, bibirnya mengeluarkan suara mendesis karena menahan sakit.
“Perutku sakit sekali ma, rasanya mau pingsan,” Lina, tante Laurel yang baru saja masuk mengerdipkan sebelah matanya ke arah Laurel.
“Aku akan antar Laurel ke rumah sakit,” Lina mendekati tempat tidur dimana Laurel duduk sambil memegang perutnya, Denia yang tampak gelisah langsung meraih handphonenya.
“Tunggu sebentar, aku akan tanyakan dulu kepada pihak pengantin pria,” Lina hanya mengangguk mendengar perkataan adik iparnya, dia segera mendekati Laurel dan duduk di sampingnya.
Entah apa yang dibicarakan oleh Denia kepada pihak keluarga calon pengantin pria, tapi beberapa saat kemudian tampak Denia keluar kamar sebentar dan setelah dia kembali memegang sesuatu di tangannya.
“Kak, kita antar Laurel ke rumah sakit setelah dia menandatangani ini,” Denia menyodorkan sesuatu yang langsung membuat mata Laurel dan Lina terbeliak, sesuatu yang harus ditandatangani Laurel di atasnya tertulis “SURAT NIKAH”.
“Ma, apa maksudnya ini?” Denia menarik nafas panjang.
“Pihak keluarga disana sudah lama menunggumu, mendengar kamu sakit mereka mengirimkan ini, kamu hanya perlu menandatanganinya, setelah itu kamu bisa beristirahat tanpa harus mengikuti resepsi,karena mereka sudah mengumumkan bahwa kamu sedang sakit dan menuju rumah sakit saat ini,” Laurel melirik ke arah tantenya, Lina langsung memberikan isyarat untuk menuruti permintaan mamanya. Dengan setengah hati Laurel menandatangani surat nikah tersebut, tanpa membaca sepatah katapun yang tertulis disana.
“Ah, kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit,” Tante lina berusaha membantu Laurel yang terlihat pucat dan lemas untuk bangkit berdiri.
“Freya temani kakak ya ma?” Dengan wajah polosnya Freya mendekati mamanya untuk meminta ijin menemani Laurel.
“Jangan, kamu dan mamamu harus hadir di acara resepsi kalau tidak masalah ini akan jadi pembicaraan banyak orang,” Denia menatap Lina karena ucapannya barusan dengan wajah bingung, tapi apa yang dikatakan Lina ada benarnya.
“Baiklah, tolong antar Laurel ke rumah sakit, kalau ada apa-apa tolong kabari aku, aku akan ke gedung untuk memberikan info tentang kondisi Laurel,” Lina langsung mengangguk mengiyakan.
“Aku akan bantu kamu mengganti pakaianmu Laurel, tidak mungkin kamu ke rumah sakit memakai gaun pernikahan seperti itu,” Tante lina menarik tubuh Laurel dibantu seorang saudara yang lain untuk berjalan, membantunya mengganti pakaiannya, setelah itu mereka berdua memapah Laurel untuk berjalan ke depan rumah dan masuk ke mobil, melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.
Di dalam mobil Laurel langsung meminum obat untuk menghentikan kerja obat pencahar di tubuhnya.
“Hufttt…. Semoga semua berjalan lancar,” Lina memandang Laurel dengan tersenyum lega.
“Ayo, kita harus segera ke bandara, koper-koper yang sudah kamu siapkan minggu lalu sudah tante minta sopir untuk mengantarnya ke bandara juga, kita akan bertemu disana untuk mengambilnya,” Laurel memegang dadanya yang berdebar-debar karena tegang.
“Apa menurut tante kita akan berhasil?” Lina yang sedang menyetir menoleh sekilas ke arah Laurel.
“Bagaimana dengan surat nikah yang sudah terlanjur aku tandatangani tante?” Lina kembali menarik nafas panjang.
“Sudah biarkan saja, kalau tadi kamu tidak mau menandatanganinya mereka tidak akan mengijinkan kita ke rumah sakit. Menurut info, calon suamimu seorang pengusaha muda yang cukup kaya. Laki-laki seperti itu, paling-paling setahun dua tahun lagi akan mengajukan gugatan cerai ke kamu dan dia akan menikah lagi, tenang saja,” Laurel menahan nafasnya, benar-benar berharap seperti apa yang dikatakan tantenya, benar akan semudah itu.
“Tenang saja, sejauh ini semua lancar, aku harap kita bisa tepat waktu sampai di bandara. Jangan Khawatir, sesampainya di sana, keponakan tante akan menjemputmu. Sampaikan salam tante kepada keluarga disana ya,” Laurel mengangguk.
Laurel teringat kejadian beberapa waktu lalu ketika Tante Lina memberikan ide nekat untuk melarikan diri ke Amerika.
Sore itu Laurel datang ke rumah tantenya untuk berkunjung sekaligus memberinya info tentang surat pemberitahuan bahwa dia diterima di salah satu universitas terkenal jurusan kedokteran di Amerika. Mendengar berita itu tante Lina yang dari semula tidak setuju Laurel menikah langsung mengusulkan agar Laurel berangkat ke sana untuk melarikan diri dari pernikahannya. Walaupun bukan keluarga yang sangat kaya, tante Lina tergolong mampu, dia dan suaminya sudah sepakat untuk membantu kebutuhan biaya Laurel selama di Amerika.
Suami Tante Lina memiliki seorang adik laki-laki yang sudah lama menetap di Amerika, bahkan sudah diangkat menjadi penduduk tetap, menjadi warga negara Amerika, dan dia bersedia membantu Laurel dengan menjadikan dirinya sebagai penjamin Laurel untuk menetap di Amerika selama melanjutkan studinya.
# # # # # # #
Setelah cukup beristirahat karena perjalanan panjangnya selama hampir 24 jam, Laurel membuka matanya, bangun dari tidurnya, diraihnya handphone di atas meja kecil tempat diletakkannya tas jinjingnya yang belum sempat dirapikannya.
Sesampainya di bandara keponakan Tante Lina yang bernama Johan sudah menunggunya. Laurel langsung mengenalinya dari warna baju yang dikenakannya (sesuai kesepakatan yang tertulis di pesan di hanpdhone Laurel dua hari yang lalu, Johan akan memakai t shirt bewarna kuning cerah dan celana jeans biru) dan kertas bertuliskan Laural-INA yang dipegangnya. Johan langsung mengantarnya ke salah satu homestay. Homestay merupakan pilihan akomodasi terbaik karena bagi Laurel selain biayanya tidak semahal kontrak atau sewa apartemen Laurel ingin mengenal kebiasaan dan kebudayaan warga setempat.
Pihak universitas mempunyai daftar keluarga yang menerima mahasiswa internasional untuk homestay di rumah mereka. Tuan rumah homestay biasanya akan menyediakan makanan. Untuk homestay, Laurel harus mematuhi peraturan keluarga tersebut, termasuk jam malam dan peraturan-peraturan lain.
Saat membuka layar handphonenya, mata Laurel melihat ada 20 misscall di handphonenya, 18 diantaranya dari nomer tidak dikenal, 1 dari mamanya, 1 dari tantenya dan 2 pesan belum dibaca. Laurel menarik nafas panjang, dibukanya pesan di handphonenya, dari tante lina menanyakan bagaimana kabarnya dia di Amerika, dari mamanya hanya tertulis kata: maaf, mama tidak bisa menjadi mama yang baik untukmu.
Membaca pesan dari mamanya rasanya mata Laurel memanas kembali, antara haru, jengkel, marah, kecewa, kasihan menjadi satu. Selain masalah penikahan yang dipaksakan, sebenarnya mama tirinya merupakan mama tiri yang baik, memperlakukannya seperti mama kandungnya.
Mama tirinya selalu menjaga dan menyayanginya, tidak pernah membeda-bedakan perlakuannya antara Laurel dan Freya, karena masalah pernikahan itu yang membuat Laurel kecewa terhadap mamanya, walaupun dia tahu mamanya dengan sangat terpaksa melakukan itu padanya, karena sudah tidak ada jalan lain yang bisa dia pikirkan untuk menyelamatkan keluarga kecilnya.
Laurel menyeka air mata yang sudah unjuk gigi di ujung-ujung matanya, ditariknya nafas panjang melalui hidungnya yang sedikit berair karena menahan tangisnya.
Belum lagi Laurel membalas pesan baik dari tante atau mamanya, sebuah panggilan dari nomer tidak dikenal terlihat di layar handphonenya, untuk beberapa saat Laurel terdiam, berpikir apakah dia perlu mengangkat panggilan tersebut atau tidak. Akhirnya dengan ragu Laurel mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo," Untuk beberapa saat Laurel tidak mendengar suara sahutan dari seberang sana, Laurel hampir saja menutup telponnya, tapi tiba-tiba sebuah suara yang terdengar lirih menyapanya.
"Bagaimana kabarmu disana? Kapan kamu pulang?" Laurel tersentak kaget, suara disana jelas-jelas merupakan suara seorang laki-laki yang tidak dikenalnya, rasanya selama ini dia belum pernah mendengar suara seperti suara laki-laki yang saat ini sedang berbicara dengannya di telephone.
"Maaf, dengan siapa saya bicara sekarang?" Laurel mendengar orang yang ada di seberang sana menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Laurel.
"Ini aku. Suamimu," Mendengar jawaban itu Laurel benar-benar tersentak kaget, dadanya berdebar-debar dengan hebatnya, tangannya yang memegang handphone bergetar. Kekagetan Laurel seperti tersambar petir di siang bolong saat musim panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
apa yg jd dokter yaa?
2022-10-16
0
This Is Me
Emang Dave itu siapa? Dia ada di novel yg mana sebelumnya?
2022-04-23
2
Muajidah Firdausi
Suka Thor ceritanya. Ada dikit tipo.namanya
2022-01-09
0