"Hah?" Laurel tidak bisa mengendalikan bibirnya mengeluarkan suara untuk menyatakan keterkejutannya.
Suami? Laurel menggeleng-gelengkan kepalanya dengan masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Beberapa waktu kemudian dia baru sadar bahwa sebelum meninggalkan Indonesia dia memang sudah menandatangani surat nikahnya dengan laki-laki itu. Tapi dia benar-benar tidak menyangka bahwa laki-laki itu tetap menganggapnya serius mau menikah dengannya sedangkan pada hari pernikahan mereka Laurel memilih untuk berbohong dan melarikan diri.
"Aku tidak akan pulang ke Indonesia, jangan menungguku," Laurel berkata dengan nada sedikit ketus.
"Belajarlah dengan baik disana, aku akan menunggumu. Kalau kamu membutuhkan sesuatu...." Laurel menggeretakkan giginya menghadapi laki-laki yang baginya tidak tahu malu, memaksanya menikah, memaksanya menandatangani surat nikah, dan sekarang mau memaksanya pulang.
"Jangan menungguku, terimakasih untuk perhatianmu," Laurel langsung memotong perkataan laki-laki itu, dan tanpa menunggu jawaban dari seberang sana Laurel menutup handphonenya, tangisnya langsung pecah kembali, merasa dikhianati kekasih, dijadikan tumbal oleh mama tiri, sekarang dia harus menghadapi teror dari suami yang tidak dikenalnya.
Laurel mengusap pipinya dengan punggung telapak tangannya, ditariknya nafas dalam-dalam, rasanya percuma saja dia menangis saat ini, tidak akan menyelesaikan apapun. Laurel bangkit berdiri, dipandanginya wajahnya di depan kaca yang tertempel di dinding sebelah tempat tidurnya.
“Aku akan menyelesaikan kuliahku dengan baik, aku akan menjadi seorang dokter spesialis yang hebat, aku akan buktikan bahwa aku bisa bertahan dan mencapai impianku dengan kekuatanku,” Laurel berkata pelan di depan kaca, sambil menunjuk mukanya sendiri.
“Jangan menyerah Laurel, kamu bisa!” Laurel memaksakan senyum di bibirnya untuk menyemangati dirinya sendiri.
2 TAHUN KEMUDIAN
Laurel melirik ke arah handphone yang tergeletak di atas meja belajarnya, sejak panggilan telepon pertama dari suaminya saat dia baru tiba di Amerika, laki-laki itu tidak pernah menelponnya lagi, tapi setiap pagi selama 2 tahun ini dia di Amerika, selalu ada pesan baru dari laki-laki, entah dia mengucapkan selamat pagi, entah dia menanyakan kabar Laurel, ataupun menanyakan tentang studi Laurel, apakah ada kesulitan atau tidak, beberapa kali bahkan laki-laki menanyakan nomer rekeningnya untuk mentransfer uang. Tidak pernah sekalipun Laurel membalas pesan-pesan itu walaupun dia selalu membacanya.
Seperti biasa pagi itu Laurel membaca pesan baru dari di handphonenya, tapi kali ini bukan pesan dari suaminya, dari salah seorang saudara sepupunya yang sama-sama sedang kuliah di kedokteran tetapi di Indonesia. Begitu membaca berita dari Renata, saudara sepupunya, Laurel langsung menghubunginya.
“Renata, apa yang terjadi?”
“Aku juga baru mendengar berita itu tadi pagi,” Laurel menarik nafas panjang, hari ini dia mendengar dua kabar yang sungguh tidak mengenakkan, yang pertama Freya mengalami kecelakaan saat pulang sekolah dengan temannya saat mengendarai sepeda motor berboncengan, kedua, teman masa kecilnya, Cladia Sanjaya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah peninggalan papanya dulu mengalami musibah, menyaksikan sahabat karibnya diperkosa dan dibunuh di depan matanya, bahkan dia sendiri hampir menjadi korban pembunuhan juga.
“Freya mengalami cedera tulang ringan, tapi mamamu sedari tadi tidak berhenti menangis melihat kondisi Freya. Sebenarnya mamamu melarangku untuk memberikan info tentang Freya kepadamu, tapi ada baiknya kamu tahu supaya bisa menenangkan hati mamamu.” Laurel menarik nafas panjang. Sejak hari pernikahan dimana dia melarikan diri ke Amerika, selama dua tahun ini dia belum pernah menelpon mamanya sama sekali, hanya saling berkirim pesan, selain hubungan mereka belum terlalu membaik, mereka juga memikirkan tentang biaya panggilan telepon.
“Aku akan usahakan menghubungi mama nanti,”
“Ok, untuk masalah Cladia, aku juga dengar dari temanku yang merupakan anak buah Jeremy, kakak Cladia,”
“Bagaimana kondisi Cladia sekarang?” Laurel memijat-mijat keningnya yang tiba-tiba terasa sedikit pusing karena mendengar kabar buruk hari ini.
“Aku tidak begitu jelas, tapi menurut berita, sepertinya Cladia cukup terpukul, sejak kejadian itu dia hanya mengurung diri di kamar, malam hari dia sering mengalami mimpi buruk yang menyebabkan dia berteriak histeris.” Laurel hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dari Renata. Dia bisa membayangkan beban yang dialami Cladia, setahun yang lalu kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, hanya Jeremy kakak satu-satunya yang menjaganya setelah kematian kedua orang tuanya, dan beberapa hari lalu dia mengalami kejadian yang mengerikan seperti itu.
“Sayang sekali Ornado sudah kembali ke Itali, kalau belum, dia pasti akan bisa ikut menjaga Cladia,” Renata mengernyitkan keningnya.
“Siapa Ornado?”
“Teman masa kecil kami, tapi sedari kecil dia adalah cinta masa kecil Cladia, malaikat pelindung Cladia sampai 10 tahun lalu dia harus kembali ke Itali setelah mamanya meninggal. Ornado Xanderson, pewaris tunggal grup Xanderson.” Renata sedikit terbeliak mendengar penjelasan Laurel.
“Pewaris Grup Xanderson? Yang saat ini masih berusia 22 tahun dan baru saja menerima semua tanggung jawab karena Alberto Xanderson sedang sakit parah?” Laurel menggerakkan kepalanya ke samping, ternyata Renata cukup mengikuti berita tentang perekonomian dunia, sampai dia tahu tentang kabar detail tentang perkembangan Grup Xanderson, salah satu Grup besar penggerak perekonomian dunia.
“Betul, laki-laki itu, andai saja saat ini dia masih ada di sisi Cladia, tapi jodoh, lahir dan kematian, siapa yang bisa menduganya. Ok, terimakasih untuk infonya Renata, aku akan menghubungi mama, lain kali kita sambung lagi,”
“Ok, jaga dirimu baik-baik disana Laurel, disana kamu jauh dari keluarga dan saudara, di negeri orang, bye,” Renata menutup telponnya. Untuk beberapa saat Laurel terdiam memandangi handphonenya, dipikirannya silih berganti bayangan tentang Freya yang mengalami kecelakaan dan Cladia yang sedang mengalami musibah. Laurel menarik nafas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon Denia, mamanya untuk menanyakan kondisi terkini Freya.
5 TAHUN KEMUDAIAN
Laurel yang baru saja keluar dari taxi berdiri di depan pagar rumahnya, sudah 7 tahun berlalu sejak dia meninggalkan rumah sederhana ini, dan hari ini dia kembali lagi menginjakkan kaki di sini setelah menunda kepulangannya selama 6 bulan lalu.
Setahun yang lalu saat kuliah spesialis penyakit dalamnya kurang 1 tahun lagi untuk lulus, dia mendapatkan berita dari Tante Lina bahwa usahanya mengalami masalah sehingga dia sudah tidak bisa lagi mensupport biaya kuliah Laurel. Saat itu Laurel yang sudah menjalani kerja paruh waktu disana harus mengambil 2 pekerjaan paruh waktu sekaligus supaya dapat menutup kebutuhannya selama disana. Untuk biaya kuliah dia sama sekali tidak khawatir karena dia mendapatkan beasiswa dengan prestasi akademiknya yang menonjol, namun untuk biaya hidup sehari-hari, biaya homestay dan biaya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dia harus tetap mencarinya sendiri. Untung saja salah satu pekerjaan paruh waktunya adalah merawat nenek jompo berusia 85 tahun, pekerjaan itu cukup menghasilkan banyak uang.
6 bulan lalu dia menerima kabar kalau suaminya meninggal karena sakit, meninggalkan warisan berupa rumah peninggalan papanya dan sejumlah uang deposito, yang sebenarnya membuatnya sangat malu, merasa tidak pantas untuk menerimanya. Pada saat menerima kabar kematian tentang suaminya ada rasa bersalah yang cukup menghantui Laurel, karena tidak seperti dugaan Tante Lina bahwa dalam setahun dua tahun suaminya pasti mengajukan cerai, pada kenyataannya sampai berita kematian itu terdengar di telinga Laurel, suaminya tidak pernah sekalipun menyinggung masalah perceraian. Walaupun dia sama sekali tidak mencintai suaminya, tapi sebagai manusia normal, Laurel juga memiliki perasaan, bagaimanapun di hari pernikahannya dia melarikan diri, dia telah mempermalukan suami dan keluarga besar mereka, walaupun dengan uang mereka telah membungkam semua mulut agar tidak ada berita yang membahas tentang itu.
Penyesalan terbesar Laurel adalah kematian suaminya yang tiba-tiba tanpa memberinya kesempatan untuk meminta maaf. Rencana awal Laurel dia akan kembali ke Indonesia untuk meminta maaf kepada suami dan keluarganya sekaligus mengajukan cerai, tapi tampaknya rencana itu tinggal rencana, tidak mungkin lagi terlaksana.
Sejak suami Laurel meninggal, Denia hampir setiap hari memaksanya untuk pulang ke Indonesia, tapi sampai dia lulus dari spesialisnya Laurel bersikeras untuk tetap melanjutkan studinya di Amerika. Dengan status barunya sebagai dokter spesialis penyakit dalam, sebulan sebelum kepulangannya ke Indonesia dia dengan sukses diterima di Rumah Sakit Anugrah Indonesia yang merupakan rumah sakit swasta terbesar dan termodern di Indonesia.
“Kakak!” Seorang gadis cantik berlari ke arah Laurel dan langsung memeluknya dengan erat, lalu menciumi pipinya.
“Ma! Kakak sudah pulang!” Freya melepas pelukannya, menarik tangan Laurel untuk segera masuk ke dalam rumah.
Begitu mendengar suara teriakan dari Freya seorang wanita paruh baya keluar dengan tangannya yang basah karena buru-buru mencuci tangannya dan berlari keluar menyambut Laurel. Untuk beberapa saat Denia mematung, memandang Laurel dengan wajah tidak percaya sampai akhirnya airmatanya mengalir di pipinya tanpa bisa ditahan lagi. Laurel menarik nafas panjang, dadanya sedikit sesak karena rasa haru, dengan bergegas didekatinya mamanya dan dipeluknya dengan erat.
“Akhirnya kamu pulang nak,” Denia mengelus lembut rambut Laurel.
“Maafkan mama nak,” Laurel memeluk erat mamanya dengan airmatanya yang langsung menjebol pertahanannya, membanjiri pipinya.
“Maafkan Laurel ma, Laurel tidak bisa menjadi anak yang berbakti,” Denia menjauhkan wajahnya dari Laurel, dengan kedua tangannya dipegangnya wajah Laurel, lalu diciuminya kedua pipi Laurel bergantian, berulang-ulang.
“Laurel kangen ma….” Denia menghapus airmata di pipi Laurel.
“Apalagi mama, bagi mama, kamu tetap gadis kecil mama. Ayo kita duduk di dalam. Freya, masukkan semua barang-barang bawaan kakakmu,” Freya mengangguk dan langsung berlari ke arah gerbang, mengambil koper-koper Laurel, dibantu oleh sopir taxi dan asisten rumah tangga mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
seruuu dan bagusss ceritanya 👍👍👍
2022-10-16
0
OrrieOn
wahhh.. meninggal?? Prank ya..
2022-04-24
1
Sri Astuti
waaaa.. Laurel bgt keras kepala.. untung suaminya bener" spt malaikat... laurel pulang krn berita kematian palsu.. 😃😃
2022-02-14
2