Laurel menggerakkan tubuhnya untuk bangkit dari tidurnya dengan tiba-tiba karena baru sadar bahwa dia tidak sengaja tertidur di sofa, disingkirkannya selimut yang menutupi tubuhnya. Sebentar dia mengernyitkan alisnya, karena seingatnya tadi dia sedang asyik membaca buku tentang bedah saraf ketika tiba-tiba dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan tertidur, dan entah siapa yang sudah menyelimuti tubuhnya tadi. Buku yang tadi sempat dibacanya pun sudah tergeletak rapi di atas meja yang ada dekat sofa dia tertidur barusan.
Begitu Laurel bangkit berdiri dan memandang ke arah pintu keluar ruangan yang dikelilingi kaca tersebut, Laurel melihat sosok tubuh Dave yang berdiri memandang ke arah jalan setapak yang dibuat dari potongan batu alam yang disusun rapi. Tangan kiri Dave tampak dimasukkan ke dalam saku celananya, sedang tangan kanannya tampak memegang sebuah gelas. Dengan melihat punggung Dave yang masih mengenakan pakaian resmi, rasanya Laurel bisa merasakan ada sesuatu yagn tidak beres yang sudah terjadi padanya. Mendengar ada suara gemerisik, Dave langsung membalikkan badannya dan menghadap ke arah Laurel.
Ketika dilihatnya Dave tidak bergerak dari posisinya, Laurel melangkah mendekat ke arahnya. Begitu mereka berhadap-hadapan Laurel dengan jelas bisa melihat mata Dave yang tampak begitu merah, terlihat jelas bahwa matanya menunjukkan tanda-tanda bahwa laki-laki itu habis menangis, wajahnya terlihat kusut dan benar-benar lelah. Laurel menarik nafas dalam-dalam, melihat kondisi Dave, dia segera bisa mengira-ngira apa yang sudah terjadi terhadap pasien korban kecelakaan tadi sore, yang merupakan sepupu Dave.
"Bos sudah melakukan yang terbaik," Mendengar kata-kata Laurel, Dave langsung mengalihkan pandangannya dari Laurel, tampaknya dia tidak ingin Laurel melihat matanya yang kembali berkaca-kaca, karena merasa menjadi orang yang gagal.
"Operasinya berjalan lancar, tapi dia mengalami gagal jantung (gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak mampu memompa darah dan oksigen secara efektif ke seluruh organ tubuh yang membutuhkan. Akibatnya banyak fungsi organ tubuh akan terganggu), aku tidak berhasil menolongnya, aku tidak bisa menyelamatkannya," Dave berkata dengan suara pelan sambil menundukkan kepalanya, terdengar jelas adanya nada penyesalan yang begitu dalam dari kata-kata Dave.
Laurel tahu saat ini Dave benar-benar menahan dirinya agar tidak lagi menangis di depannya, dan hal itu justru membuat Laurel salah tingkah, karena dia sendiri menjadi canggung dengan keberadaannya di tempat itu. Laurel tahu jelas, sebagai dokter pasti bukan kali pertama ini Dave melihat kematian seseorang, tapi seberapa banyakpun seorang dokter sudah melihat itu, kadang itu bukannya membuat seorang dokter menjadi kebal, justru kadang emosi semakin teraduk-aduk, apalagi jika kematian itu dialami oleh orang yang dikenal atau orang-orang terdekatnya, yang pastinya seringkali menganggap para dokter adalah dewa yang dianggap punya kemampuan untuk menyelamatkan mereka.
"Umur manusia kita tidak pernah bisa tahu bos. Jangan terlalu menyiksa diri dengan rasa bersalah, kita manusia hanya bisa berusaha yang terbaik, Tuhan yang menentukan akhirnya," Dave mendongakkan kepalanya sambil menarik nafas panjang, untuk beberapa saat dia tetap terdiam, sampai akhirnya dia menoleh ke arah Laurel, baru kali ini Laurel melihat tatapan mata lembut dari si mata elang. Walaupun si empunya mata menatap Laurel tanpa senyum di bibirnya karena baru saja kehilangan salah seorang saudaranya, tapi tatapan lembut itu benar-benar menggetarkan hati Laurel.
"Terimakasih sudah menemaniku hari ini," Laurel mengangguk pelan mendengar ucapan terimakasih dari Dave, sebentar kemudian Laurel melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, melihat tindakan Laurel, sepertinya Dave bisa menebak apa yang dipikirkan Laurel.
"Sudah dini hari, aku bukannya tidak mau mengantarmu pulang, tapi rasanya tidak pantas seorang gadis pulang pukul 3 dini hari. Lebih baik kamu beristirahat di kamar tamu yang di sebelah barat. Kamar itu biasa dipakai adik perempuanku, di lemarinya ada beberapa pakaian baru yang belum pernah dia kenakan, kalau kamu tidak keberatan, pakai saja salah satu pakaiannya." Laurel mengernyitkan alisnya, mencoba berpikir apakah dia harus menerima tawaran dari Dave atau menolaknya.
"Jangan khawatir adikku tidak akan keberatan, lagipula sepertinya ukuran badan kalian tidak jauh berbeda, kemungkinan besar salah satu dari pakaian baru itu ada yang cocok denganmu," Melihat Laurel tetap terdiam tanpa meresponnya, Dave memberi kode kepada Bi Yuni sehingga Bi Yuni mendekat ke arah mereka.
"Mari non, saya antar kesana supaya non bisa beristirahat walaupun sebentar," Bi Yuni menarik tangan Laurel lembut dan berniat membawanya ke arah tangga menuju lantai 2.
"Eh, sebentar bi," Dave yang awalnya sudah kembali membalikkan badannya ke arah jalan setapak, kembali menggerakkan tubuhnya menghadap ke arah Laurel mendengar suara penolakan dari Laurel.
"Maaf bos, rasanya tidak pantas seorang gadis menginap di rumah seorang laki-laki single, apa tidak lebih baik saya pulang saja. Bos tidak perlu repot-repot mengantar saya, kebetulan saya bawa mobil adik saya kemarin." Dave meletakkan gelas yang ada di tangan kanannya ke atas meja.
"Kamu tidak perlu khawatir, 5 menit lagi aku akan pergi, bagaimanapun aku harus ikut membantu acara pemakaman sepupuku," Laurel tertegun, sebenarnya dia ingin tetap menolak tawaran Dave, tapi rasanya wajah sedih Dave sudah cukup untuk menjadi alasan kuat buat Laurel agar membatalkan niatnya berdebat dengan pria itu.
"Kamu tidak perlu berpikir macam-macam, rumah ini merupakan daerah pribadiku, tidak akan ada seorangpun yang akan berani mendekati tempat ini tanpa seijinku." Dave meraih jaketnya yang tergeletak di kursi dekat tempatnya berdiri, kemudian meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja dekat pintu masuk.
"Supaya kamu merasa nyaman lebih baik aku pergi sekarang," Tanpa menunggu jawaban dari Laurel, Dave langsung membuka pintu rumahnya dan berjalan melangkah keluar meninggalkan Laurel dengan Bi Yuni, menyusuri jalan setapak yang ada di antara rumah dan kantornya.
Begitu Dave keluar dari rumahnya, Bi Yuni segera mengajak Laurel menaiki tangga menuju ke arah kamar yang disebutkan oleh Dave tadi. Begitu memasuki pintu kamar yang terbuat dari kaca, Bi Yuni mengambil remote yang ada di dekat pintu masuk, lalu menekan sebuah tombol sehingga dengan tiba-tiba kamar yang seluruhnya berdinding kaca yang awalnya tampak transparan itu dengan perlahan berubah menjadi gelap, sehingga seperti dinding, tidak bisa lagi ditembus oleh mata. Setelah itu Bi Yuni berjalan ke arah lemari pakaian yang ada di pojok ruangan.
"Non, silahkan pilih pakaian tidur non, besok setelah mandi non bisa memakai baju kerja di sebelah sini," Bi Yuni menunjuk pada lemari yang posisinya bersebelahan dengan lemari yang baru dibukanya.
"Iya bi," Laurel menjawab singkat, karena jujur saja dia belum bisa berpikir apa yang sebaiknya dia lakukan sekarang di tempat asing ini.
"Baik non, Bi Yuni akan kembali ke bawah," Laurel mengangguk mengiyakan sambil kakinya melangkah ke arah lemari yang baru ditunjukkan Bi Yuni, dibukanya lemari pakaian yang berisi pakaian tidur tersebut, yang cukup membuat Laurel terkejut, karena tadi Dave mengatakan bahwa ada beberapa pakaian baru, tapi kenyataannya seluruh pakaian yang ada di lemari itu merupakan pakaian baru, baik pakaian tidur ataupun pakaian resmi yang ada di lemari sebelahnya, terlihat dari kertas label yang masih terpasang rapi di setiap pakaian itu. Dan terus terang dalam hatinya saat ini Laurel bisa menebak bahwa Dave berbohong saat mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu milik adik perempuannya, walaupun Laurel juga tidak berani menebak siapa pemilik pakaian-pakaian itu sebenarnya.
Setelah membersihkan diri dan mengenakan salah satu pakaian tidur yang ada, Laurel melangkah ke arah tempat tidur, mencoba membaringkan tubuhnya untuk beristirahat barang sejenak karena pagi ini dia harus kembali bekerja. Tiba-tiba Laurel teringat sesuatu, diraihnya handphonenya, dilihatnya pesan ataupun panggilan di handphonenya, karena dia tidak pulang semalaman pasti Freya apalagi mama Denia khawatir. Tapi apa yang dikhawatirkan Laurel tidak terjadi sama sekali, ternyata tidak ada satupun pesan atau miscall dari kedua orang tersebut, membuat Laurel menarik nafas panjang, mencoba berpikir apakah telah terjadi sesuatu di rumah, sampai kedua orang terdekatnya itu tidak perduli sama sekali dia tidak pulang ke rumah semalaman tanpa memberi kabar.
Pagi mam, maaf, Laurel semalam tidak pulang karena ada pasien yang harus ditangani, apa mama dan Freya baik-baik saja? Laurel memencet tanda send (mengirim) di layar handphonenya, dan tidak lebih dari 1 menit kemudian terlihat notifikasi pesan balasan dari Mama Denia. Laurel melirik ke arah jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul 3:30 dini hari. Sejak mamanya memulai bisnis kue basah Laurel tahu mamanya selalu bangun pukul 3 dini hari untuk mulai membuat kue, karena itu Laurel selalu meminta maksimal pukul 9 malam mama Denia harus sudah tidur, supaya istirahatnya cukup, walaupun seringkali mamanya melanggar aturan tersebut kalau sedang menunggu Laurel pulang terlambat dari rumah sakit.
Semua baik-baik saja di rumah, jaga kesehatanmu. Melihat pesan balasan dari mamanya yang begitu singkat baginya, Laurel langsung mengernyitkan dahinya. Tidak ada pertanyaan, tidak ada protes, benar-benar sesuatu yang aneh karena Laurel tahu sekali mamanya seorang wanita yang ketat terhadap jam malam anak-anaknya. Pernah sekali dilihatnya Freya melanggar jam malam dengan kekasihnya, walaupun hanya terlambat 10 menit, mama Denia sudah berdiri menunggu dengan setia di dekat pintu masuk, dan begitu melihat kedua sosok mereka, mama Denia langsung memanggil mereka dan memberikan ceramah panjang lebar kepada mereka berdua, membuat Laurel antara kasihan tapi juga merasa geli.
Laurel mencoba memikirkan apa yang terjadi sehingga mamanya terlihat tidak perduli dia tidak pulang semalaman tanpa kabar. Laurel penasaran apakah mamanya akan tetap bersikap cuek jika mengetahui semalam dia tidak pulang bukan karena benar-benar bertugas di rumah sakit, apalagi kalau sampai mamanya tahu bahwa saat ini dia berada di rumah bosnya, tapi belum lagi dia menemukan jawaban atas pertanyaan di pikirannya sendiri, tampaknya rasa kantuk mengalahkan pikirannya, membuatnya tertidur kembali.
# # # # # # #
"Pagi cantik, tampaknya semakin hari kamu semakin cantik saja," Laurel sedikit terbeliak karena tiba-tiba saja Arnold sudah berjalan di sampingnya, diantara dia dan Lusiana.
"Kamu ini, tidak bosan ya menggoda orang?" Laurel memandang ke arah Arnold sambil tertawa ringan, sedang Arnold langsung meletakkan kedua telapak tangannya di dadanya melihat tawa Laurel dengan gaya seseorang yang seolah-olah terkena tusukan di bagian dadanya.
"Benar-benar dewi aphrodite (Aphrodite adalah dewi cinta, kecantikan, kenikmatan dan prokreasi dalam mitologi Yunani, diasosiasikan, dan sering digambarkan dengan laut, lumba-lumba, angsa, merpati, apel, mawar, limau, tongkat, cangkang kerang, pohon myrtle, remis, dan mutiara) pun tidak akan berani jika disandingkan denganmu, melalui tatapan matamu, rasanya dewa cupid pun (Cupid adalah dewa cinta Romawi. Sebutan lainnya bagi dewa ini adalah Amor. Sebagai Amor, ia digambarkan sebagai anak kecil bersayap yang nakal, serta membawa busur dan panah, yang dapat membuat manusia maupun dewa jatuh cinta) sudah berhasil memanah jantungku," Laurel tertawa mendengar entah itu pujian atau hanya sekedar rayuan gombal Arnold.
"Memang benar-benar tukang gombal nomer satu kamu," Laurel berkata sambil pura-pura mencubit lengan Arnold yang langsung pura-pura meringis kesakitan, tapi tawa Laurel, Arnold dan Lusiana langsung terhenti ketika mereka melihat tak jauh dari mereka bertiga berdiri, dari arah berlawanan terlihat Dave dan Hana berjalan beriringan ke arah mereka bertiga.
"Pagi bos," Dave tersenyum dengan tatapan hangat mendengar sapaan dari Lusiana, namun pandangan Dave berubah begitu matanya melirik ke arah Laurel, tajam dan dingin, membuat Laurel cukup terkejut. Lirikan mematikan Dave hanya sekilas, mungkin hanya Laurel yang melihat dan merasakannya, karena dia yang mengalaminya, dan Laurel hanya bisa menahan nafasnya melihat itu. Kalau dia bercerita kepada karyawan lain disini pasti tidak akan ada yang percaya bos mereka yang begitu baik hati, ramah dan sopan melakukan itu kepada Laurel, lagipula untuk apa bos mereka yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Laurel bersikap tidak bersahabat seperti itu tanpa alasan yang jelas.
Setelah kejadian 2 hari lalu di bangunan pribadi Dave memang Laurel belum bertemu lagi dengan Dave, karena selama 2 hari ini Dave tidak datang untuk bekerja di rumah sakit, mungkin karena masih sibuk dengan prosesi pemakaman sepupunya. Tapi saat ini Laurel benar-benar tidak menyangka hari ini tatapan dingin dan tajam kembali dia dapatkan dari Dave, seolah-olah tatapan lembut Dave malam itu hanya sekedar mimpinya di siang bolong.
"Pagi, jangan lupa hari ini ada latihan untuk persiapan lomba ulang tahun IDI," Dave mengingatkan tentang latihan nanti sore pukul 4 di lapangan rumah sakit yang ada di bagian selatan bangunan rumah sakit.
"Siap bos! Jangan khawatir, sejak dua hari lalu kami sudah berlatih keras, semoga hasilnya tidak mengecewakan," Dave tersenyum mendengar kata-kata optimis dari Lusiana yang mendaftar di tim basket wanita.
"Dua hari ini aku tidak sempat mengawasi latihan kalian, nanti sore aku akan usahakan datang melihat,"
"Yes!" Arnold langsung bersemangat, karena kalau bos sudah ikut pasti latihan sore ini bisa dipastikan akan ada support konsumsi istimewa tidak seperti biasanya kering kerontang jika mereka melakukan latihan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Mama lilik Lilik
sepertinya Dave suami Laurel,apa mungkin pura pura meninggal demi melihat seberapa cinta / rasa bersalah nya Laurel ke suaminya dulu🤔
2023-02-13
0
Edah J
pokoknya jempolya selalu di klik biar berubah warna😁
2022-10-17
0
Alexandra Juliana
Ya iyalah mamanya g akan hwtr, wong Laurel sedang ada di rumah suaminya...😁😁😁
2022-10-12
1