“Iya granny, memang kadang gadis muda dan cantik jaman sekarang cuma bisa dijadikan kekasih, tapi tidak untuk istri,” Nenek Nuri tertawa mendengar jawaban dari Dave, sedang Laurel yang yang mendapat lirikan tajam dari Dave hanya bisa meringis dalam hati karena entah kenapa dia merasa perkataan itu seolah-olah Dave tujukan untuknya.
“Dokter selain sangat tampan juga sangat cerdas,” Nenek Nuri mengacungkan kedua jempol tangannya ke arah Dave.
“Maaf granny, saya harus mengontrol pekerjaan dokter yang lain, saya permisi dulu,” Dave berpamitan sambil tersenyum manis ke arah Nenek Nuri, membuat Laurel hanya bisa mengelus dada, karena dalam hitungan detik, dari lirikan tajam ke arahnya yang terkesan sangat dingin Dave dapat langsung mengubah wajahnya menjadi begitu ramah dan tersenyum manis di depan Nenek Nuri, membuat Nenek Nuri semakin terpana, memandangnya tanpa berkedip.
“Iya dok, jangan lupa waktu saya kontrol lagi kita bisa bertemu lagi,” Sekali lagi melihat tindakan genit pasien di depannya rasanya Laurel benar-benar ingin tertawa terbahak-bahak tapi benar-benar ditahannya, apalagi Dave langsung melirik Laurel, begitu mendengar Nenek Nuri berkata dengan genit kepadanya. Laurel langsung sedikit menundukkan kepalanya agar tidak terlihat bahwa saat ini dia sedang menahan tawanya, sedang Dave yang baru saja keluar dari pintu ruangan Laurel langsung menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dari hidung, benar-benar lega bisa melepaskan diri dari pandangan Nenek Nuri, dia benar-benar tidak menyangka ternyata selama ini ada wanita tua segenit itu yang menjadi pasien rumah sakitnya. Membayangkan bagaimana repotnya Johan selama ini harus menghadapi wanita tua itu, Dave sedikit tersenyum geli.
# # # # # # #
“Ayolah, kita hampir terlambat, aku baru saja menyelesaikan operasi impaksi gigi (Gigi bungsu dapat tumbuh miring ke arah yang berbeda-beda. Gigi geraham bungsu juga dapat terjebak di dalam gusi. Pertumbuhan gigi bungsu yang tidak semestinya dan menyebabkan rasa sakit disebut dengan impaksi gigi. Operasi impaksi gigi adalah prosedur mencabut gigi geraham bungsu yang tumbuh tidak wajar guna mencegah munculnya potensi masalah di masa depan. Prosedur operasi impaksi gigi geraham bungsu umumnya membutuhkan teknik yang berbeda dan lebih rumit dari cabut gigi biasa),” Nia menarik lengan Laurel dan dengan sedikit berlari bergegas mengajaknya ke ruang meeting. Laurel hanya bisa mengikuti gerakan Nia, kalau bukan karena dia harus menghadapi Nenek Nuri yang cukup rewel dan menghabiskan banyak waktunya, dia tidak perlu terburu-buru memasuki ruang meeting.
Begitu sampai di ruang meeting Laurel matanya langsung terpaku pada jam di dinding ruang meeting yang menunjukkan pukul10:59. Laurel menarik nafas lega, paling tidak masih ada 1 menit sebelum meeting dimulai, jadi bisa dikatakan dia belum terlambat. Nia dan Laurel langsung mengambil posisi di pojok kiri paling belakang, karena ternyata hari ini hanya beberapa kursi di bagian itu yang tersisa dan masih dalam kondisi kosong. Laurel memandang ke depan, dilihatnya Dave yang sudah bangkit berdiri didampingi oleh dokter Leo, bersiap membuka meeting siang ini. Di bagian depan ruangan kursi dipenuhi para dokter dan perawat wanita. Laurel hanya bisa menarik nafas panjang. Benar-benar bosnya merupakan idola para pegawai wanita di rumah sakit ini, hanya dia dan Ana yang merupakan pegawai wanita di rumah sakit ini yang duduk di posisi paling belakang dan pojok karena mereka baru saja datang ke ruang meeting 1 menit sebelum meeting dimulai. Memang benar-benar bukan sekedar isapan jempol cerita tentang bagaimana para pegawai wanita di rumah sakit ini begitu mengidolakan Dave, layaknya seorang artis terkenal.
“Selamat siang semuanya,” Laurel dan Nia masih mengatur nafasnya yang sedikit tersengal-sengal karena baru saja berlarian di koridor rumah sakit berusaha mengejar waktu agar tidak terlambat mengikuti meeting ketika Dave membuka suaranya untuk membuka meeting siang hari itu.
“Siang bos…” Semua yang hadir langsung serentak menjawab salam pembukaan dari Dave.
“Meeting hari ini akan dipimpin oleh dokter Leo selaku ketua panitia yang telah saya tunjuk untuk kita berpartisipasi pada serangkaian acara yang diadakan untuk memperingati hari ulang tahun IDI,” (IDI \= Ikatan Dokter Indonesia. Pada tanggal 24 Oktober 1950, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris. Pada tanggal itulah ditetapkan hari jadi IDI yang juga diperingati sebagai Hari Dokter Nasional di Indonesia). Dave mengarahkan pandangannya kepada Leo.
“Silahkan dokter Leo,” Leo mengangguk mendengar perintah dari Dave, sedang Dave langsung mengambil posisi duduk kembali ke kursinya.
“Selamat siang semua, terimakasih untuk kesempatan yang sudah diberikan oleh bos kita. Untuk acara ulang tahun IDI minggu depan ada serangkaian acara yang akan kita ikuti bersama dengan perwakilan dari 65 rumah sakit yang ada dikota ini, antara lain bakti sosial dengan membagikan sembako kepada warga tidak mampu sekaligus cek kesehatan gratis. Yang kedua tahun ini ada donasi dari perusahaan swasta yang memberikan kesempatan kepada para dokter di kota ini untuk mengadakan lomba olahraga diantaranya voli, basket dan futsal. Khusus futsal hanya berlaku untuk para pria, basket satu team pria satu team wanita, voli campuran,” Leo menghentikan bicaranya sebentar, para pegawai yang hadir langsung ribut satu dengan yang lain membicarakan rencana hari perayaan IDI tahun ini yang tidak seperti biasanya.
"Untuk tahun ini sepertinya perayaan ulang tahun IDI akan cukup meriah, saya minta kita semua bisa berpartisipasi, silahkan melakukan diskusi untuk membentuk team untuk perlombaan," Dokter Leo berjalan ke arah depan, mengambil spidol boardmarker dan mulai menuliskan jenis-jenis perlombaan di atas papan berupa kaca setebal 10 milimeter.
“Semua pemenang masing-masing perlombaan akan mendapatkan hadiah yang cukup besar. Kita tidak mengejar hadiah, yang penting partisipasi kita. Jangan membebani diri kita sendiri, asal kita sudah melakukan yang terbaik,” Laurel dan Nia saling berpandangan, mereka memilih untuk diam, karena sama-sama tidak tertarik untuk mengikuti perlombaan. Untuk acara bakti sosial Laurel tidak keberatan sama sekali, tapi tidak untuk acara perlombaan. Laurel tidak mau berpartisipasi, bukan karena dia tidak bisa permainan itu, dia cukup jago dalam basket dan voli, bahkan sejak dia duduk di bangku SMP, tapi dia cukup sadar diri sebagai karyawan baru belum mau terlalu terlibat, tidak mau dianggap cari perhatian.
Selanjutnya Leo sibuk menuliskan nama-nama peserta lomba yang akan ikut serta dalam perlombaan yang ada. Laurel memilih untuk diam sambil mengamati layar handphone di depannya karena baru saja ada pesan dari Freya yang mengatakan hari ini mama kurang enak badan dan meminta tolong kepada Laurel untuk sepulang kerja membelikan bubur ayam untuk makan malam mamanya.
“Laurel….” Laurel menoleh mendengar bisikan pelan dari Nia, wajahnya langsung terangkat, dan tanpa sadar sekilas dia melihat ke arah Dave sebelum matanya memandang ke arah Nia yang memanggilnya barusan. Entah hanya perasaannya saja atau memang benar-benar terjadi, Laurel melihat pandangan mata Dave yang menatapnya dengan pandangan aneh, yang dia sendiri tidak dapat mengartikannya, tapi yang jelas bukan pandangan dingin dan tajam seperti biasanya. Pandangan itu terasa lembut, yang hanya terlihat sekilas, karena saat Laurel kembali memandang ke arah Dave, dilihatnya Dave sudah mengarahkan pandangannya ke Leo.
Ah, mungkin aku yang salah, mungkin pandangan itu ditujukan untuk dokter Hana, Laurel berbisik dalam hati, karena dilihatnya Hana yang duduknya segaris lurus dengannya, tiga kursi di depannya.
“Laurel…” Nia kembali berbisik memanggil namanya, membuat Laurel sedikit tersentak dari lamunannya.
“Eh, ya Nia, kenapa?”
“Kamu ingin ikut perlombaan apa?” Mendengar pertanyaan Nia, Laurel langsung menggeleng.
“Biarkan yang lain saja, aku absen dulu, ikut bakti sosial aja,” Laurel berkata dengan sedikit berbisik ke arah Nia.
“Bagaimana dokter Laurel?” Mendengar namanya disebut oleh Leo, Laurel langsung mengarahkan pandangan matanya ke depan diikuti Nia yang ikut kaget.
“Ayo Laurel, ikut saja!” Feri mengepalkan tangannya dan menggerakkannya ke atas bawah untuk memberi semangat Laurel yang bingung dengan maksud pertanyaan Leo, karena barusan dia terlalu konsen dengan hal lain.
“Dokter Leo ingin kamu ikut salah satu perlombaan,” Lusiana menolehkan kepalanya ke arah Laurel dan memberinya bocoran maksud Leo bertanya kepadanya. Laurel langsung menggelengkan kepalanya pelan.
“Maaf dok, yang lain saja, saya ikut bakti sosial saja,”
“Jangan boleh dokter Leo, dokter Laurel harus ikut, supaya ada pemandangan cantik di arena perlombaan,” Mendengar komentar Arnold, Feri yang duduk di sebelahnya langsung menabrakkan lengan kanannya ke lengan kiri Arnold.
“Saya tidak terlalu bisa voli atau basket,” Laurel menjawab, berusaha menghindari partisipasinya dalam lomba kali ini, sekilas tampak Dave memandang ke arahnya dengan tajam, seolah-olah tahu bahwa saat ini Laurel sengaja menghindar untuk berpartisipasi.
“Tidak masalah, dengan kehadiran dokter Laurel dalam tim kita sudah cukup membuat lawan menyerah karena pesonanya,” Kali ini ganti Roy, salah satu dokter THT yang memberikan komentar. Perkataan Roy langsung disambut senyuman dan acungan jempol oleh peserta meeting yang lain. Leo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, belum genap seminggu Laurel bergabung dengan rumah sakit ini, pesonanya sudah membuat banyak dokter dan pegawai pria yang mengidolakannya. Boleh dibilang kalau selama ini Dave selalu menjadi bahan perbincangan diantara para pegawai perempuan, saat ini Laurel selalu menjadi perbincangan diantara para pegawai pria.
“Apa gunanya cantik kalau tidak bisa bertanding, sudahlah, lebih baik yang lain saja,” Laurel meringis mendengar sindiran dari Arman, tapi kali ini dia benar-benar mendukung perkataan Arman.
“Betul yang dikatakan dokter Arman, daripada nanti saya mempermalukan tim kita, lebih baik saya menjadi penggembira saja di samping lapangan.” Laurel menanggapi perkataan dokter Arman dengan senyum manisnya, membuat dokter Arman mengalihkan pandangannya dengan sedikit mendengus tidak senang.
“Wowwwww, serius ya? Kalau begitu aku daftar semua jenis perlombaan supaya dokter Laurel bisa memberiku semangat,” Arnold langsung mengangkat tangannya mendengar perkataan Laurel yang hanya bisa tersenyum dengan wajah sedikit salah tingkah.
“Aku juga, memangnya cuma kamu saja yang mau mendapatkan sorakan dari dokter Laurel?” Roy langsung mengikuti Arnold untuk mengangkat tangannya, membuat suasana di ruang meeting bertambah ribut, tidak menyadari sepasang mata yang mengawasi tindakan para dokter pria itu dengan tatapan tajam, menunjukkan ketidaksukaannya atas situasi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
like like like author 👍👍👍
2022-10-17
0
Alexandra Juliana
Dave cemburu niihhh istrinya jd idola para dokter laki2...😁😁😁
2022-10-12
0
OrrieOn
Dave harus sabar kendalikan diri 🤭
2022-04-24
0