Laurel berjalan mengikuti seorang wanita yang merupakan staff rumah sakit tempatnya akan bekerja. Ini merupakan hari pertamanya dia akan bekerja, hal pertama yang harus dilakukannya adalah menemui kepala rumah sakit tempatnya bekerja. Staff wanita yang diketahuinya bernama Mira (Laurel mengetahui namanya dari papan nama dada yang terselip di saku jas nya sebelah kiri) mengetuk pintu sebuah ruangan 2 kali.
"Masuk," Setelah dari dalam terdengar suara sahutan yang mempersilahkannya masuk, Melia membuka pintu pelan-pelan.
Begitu pintu dibuka tampak seorang laki-laki muda dan seorang gadis cantik berdiri bersebelahan sambil mengamati sebuah map terbuka yang dipegang oleh laki-laki tersebut. Sepertinya yang mereka bahas merupakan sesuatu yang menyenangkan, terlihat dari bekas tawa yang masih tersisa di wajah kedua orang tersebut ketika Laurel dan Mira memasuki ruangan.
"Pagi bos, dokter Laurel sudah datang," Laki-laki yang tadinya serius mengamati map yang dipegangnya langsung mengangkat kepalanya dan menatap Laurel dengan tajam, tawa yang awalnya masih ada, saat Laurel memasuki ruangan tiba-tiba menghilang, berubah menjadi wajah serius dan tatapan yang tajam. Gadis cantik yang berdiri di sampingnya menoleh ke arah laki-laki tersebut dan Laurel bergantian, merasa aneh dengan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang.
Laurel sedikit membungkukkan badannya sambil tersenyum untuk menyapa kedua orang di ruangan tersebut. Laki-laki tersebut menutup map di tangannya lalu meletakkannya di atas meja kerja di depannya.
"Ok, terimakasih Mira sudah mengantar dokter Laurel kesini, kamu boleh meninggalkan ruangan. Hana, nanti kita lanjutkan pembicaraan kita setelah makan siang," Gadis cantik yang dipanggil Hana langsung mengangguk sambil tersenyum, lalu berjalan ke arah pintu keluar, begitu berada di dekat Laurel, gadis itu berhenti, lalu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Hana, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik,"
"Laurel, terimakasih," Laurel membalas jabatan tangan dari Hana sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Suasana hening langsung terasa begitu Hana dan Mira meninggalkan ruangan tersebut. Laurel tetap berdiri diam di tempatnya menunggu perintah selanjutnya dari laki-laki yang sepertinya kepala rumah sakit tersebut. Laurel tidak menyangka pimpinannya masih semuda itu. Dalam angan-angannya bosnya seorang pria atau wanita berumur paruh baya, berwajah kebapakan atau keibuan, berumur sekitar 50 an. Ternyata apa yang dibayangkan Laurel benar-benar berbeda jauh dari kenyataan.
Laki-laki yang berdiri di hadapannya ini mungkin berumur di atas 25 tahun, tapi belum sampai 30 tahun, wajahnya jelas-jelas menunjukkan dia bukan orang Indonesia asli, karena terlihat jelas dari rambutnya yang bewarna coklat dan matanya yang bewarna biru, berhidung mancung, ditambah lagi dengan tinggi badan di atas 180 cm, kalaupun ada darah Indonesia di tubuhnya pasti hanya sebagian saja.
"Silahkan duduk," Begitu ada perintah dari laki-laki itu Laurel baru melangkahkan kakinya untuk mendekat ke meja kerja laki-laki tersebut.
"Selamat datang," Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya ke arah Laurel tanpa senyum. Laurel menyambut hangat uluran tangan bosnya walaupun dalam hati dia sedikit meringis melihat mata biru bosnya yang sebenarnya terlihat indah, tapi terasa dingin dan tajam, terlihat tidak bersahabat.
"Terimakasih pak,"
"Silahkan duduk," Setelah mempersilahkan Laurel duduk, bosnya juga langsung mengambil posisi duduk di kursi meja kerjanya.
"Ini curiculum vitae (daftar riwayat hidup) saya pak," Laurel menyodorkan map yang dibawanya, tanpa menanggapi perkataan Laurel, laki-laki itu langsung meraih map yang disodorkan Laurel, membuka dan membacanya.
Laurel melirik ke arah papan nama di atas meja di depannya, disana tertulis Dave Alexander Shaw, Sp.BS (Spesialis Bedah Saraf). Dari nama Shaw di belakang nama laki-laki itu Laurel bisa menebak bahwa laki-laki di depannya sekarang ini memiliki darah keturunan dari Irlandia.
"Apa yang membuat anda tertarik untuk bergabung dengan rumah sakit ini?" Laurel langsung mengalihkan pandangannya dari papan nama di depannya mendengar pertanyaan dari bosnya.
"Terus terang saudara saya yang memberikan info kepada saya tentang rumah sakit ini. Ketika saya pelajari website tentang rumah sakit ini saya merasa tertarik untuk mencoba bekerja disini. Saya harap dengan ilmu yang saya pelajari selama kuliah bisa membantu mengembangkan perusahaan ini," Laurel menjawab dengan senyum manisnya, walaupun dalam hati selain masalah ketertarikan, angka rupiah gaji tinggi yang ditawarkan di rumah sakit ini membuatnya cukup tergiur.
"Kenapa anda tidak tertarik untuk melamar pekerjaan di Amerika? Anda lulus dari universitas ternama dengan nilai cumlaude disana, saya rasa akan dengan mudah anda mendapatkan pekerjaan disana," Lagi-lagi Laurel harus tersenyum mendengar pertanyaan dari bosnya yang terdengar sedikit sinis, seolah-olah dia tidak percaya dengan keputusan Laurel untuk bergabung dengan rumah sakitnya.
"Saya lebih suka tinggal di Indonesia, disini masih ada mama dan adik yang harus saya jaga," Dave memandang Laurel dengan tajam. Lagi-lagi Laurel meringis dalam hati mendapat tatapan tajam dari Dave. Rambut coklat Dave mengingatkannya pada dokter yang menolongnya pada saat dia ditusuk 7 tahun lalu, tapi mata kedua orang itu sungguh berbeda, dokter penolongnya bermata coklat dan memiliki tatapan yang lembut, sedang pria yang ada di hadapannya sekarang memiliki mata biru yang terlihat tajam dan dingin.
"Kalau anda sebegitunya mencintai negara ini, kenapa 7 tahun lalu anda lebih memilih pergi ke Amerika?" Laurel sedikit tersentak mendengar pertanyaan bosnya.
"Maaf pak, saya mencintai negara kelahiran saya, tapi untuk pendidikan, jika saya bisa mendapatkan yang terbaik walaupun di negara lain saya akan mengejarnya, toh pada akhirnya saya kembali kesini untuk mengabdikan diri saya," Mendengar jawaban Laurel, Dave hanya diam, matanya kembali membaca lembaran curiculum vitae Laurel.
"Anda belum menikah? Kapan rencana anda menikah?" Biasanya pertanyaan semacam itu adalah hal biasa saat kita melamar pekerjaan, tapi entah kenapa saat ini Laurel merasa sedikit terintimidasi mendengar pertanyaan itu dari bibir bosnya yang terkesan dingin, apalagi bosnya memberikan pertanyaan itu tanpa memandangnya sama sekali, matanya tetap terpaku pada lembaran curiculum vitaenya.
"Saya belum ada rencana kesana pak, belum ada calon," Mendengar jawaban Cladia, Dave mengangkat kepalanya, menatapnya dengan tatapan tajam.
"Anda belum pernah jatuh cinta?" Laurel sedikit meringis mendengar pertanyaan yang baginya terlalu pribadi.
"Apa saya boleh tidak menjawab pertanyaan itu pak?" Alis sebelah kanan Dave sedikit terangkat mendengar penolakan dari Laurel.
"Apa menurutmu saya tidak berhak mengenal kehidupan karyawan saya?" Kali ini Laurel benar-benar memaksakan senyumnya agar tetap terlihat tenang.
"Tapi menurut saya itu terlalu pribadi, maaf kalau pendapat saya salah," Dave mengangkat kedua tangannya dan melipatnya di atas meja dan menyatukan kedua tangannya.
"Apa saudara berusaha memberikan pendapat bahwa kehidupan pribadi seseorang tidak memiliki pengaruh sedikitpun terhadap perkerjaan seseorang? Sehingga saya sebagai pemimpin di tempat ini tidak berhak untuk tahu tentang masalah pribadi anak buah saya?" Laurel menarik nafas sebentar sebelum mengeluarkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan bosnya. Kalau saja dia tidak ingat bahwa saat ini dia membutuhkan banyak uang untuk membantu mamanya, mengembalikan sebagian uang Tante Lina yang walaupun dia tidak pernah meminta balasan tapi Laurel cukup tahu diri saat ini kondisi keuangan Tante Lina cukup menyedihkan, dengan tegas Laurel akan membatalkan niatnya untuk bekerja di rumah sakit ini. Sepertinya bosnya merupakan seorang laki-laki dingin yang tidak berperasaan dan orang yang tidak mau mendengar tentang apa itu penolakan.
"Saya wanita yang sudah pernah menikah pak," Jawaban spontan Laurel yang sedikit dipenuhi emosi cukup membuat Dave tersentak kaget.
"Suami saya meninggal 6 bulan lalu bahkan saya belum sempat bertemu dengannya sampai maut memisahkan," Laurel memutuskan untuk meneruskan kata-katanya karena terlanjur mengungkapkan tentang kondisinya, sedang Dave berusaha menurunkan tingkat ketajaman tatapan matanya, seolah merasa sedikit bersalah membuat Laurel menceritakan tentang masalah pribadinya terlalu dalam, sehingga mata Laurel sedikit memerah karena menahan emosi, tampaknya membicarakan masalah itu benar-benar menyakitkan buat Laurel.
"Hari ini saya akan minta Mira untuk memberikan seragam dan menunjukkan kantor anda dan meminta dokter Lusiana untuk mengajak anda berkeliling," Dave langsung mengalihkan pembicaraan.
"Besok anda sudah bisa mulai bekerja normal, jadwal dan job desk anda sudah disiapkan oleh Mira, nanti dia juga akan mengirimkan kepada anda via email. Apa ada yang mau anda tanyakan?" Laurel benar-benar bersyukur bosnya menghentikan pembicaraan tentang kehidupan pribadinya. Laurel juga tidak mau banyak bertanya lagi, karena sebenarnya baginya sejak dia menerima pemberitahuan tentang dia diterima untuk bekerja di rumah sakit ini harusnya bosnya sudah cukup mempelajari curiculum vitaenya yang saat itu dia kirimkan via email.
"Tidak ada pak," Laurel menjawab singkat.
"Baiklah, silahkan anda menemui Mira, setelah berkeliling sebelum waktu istirahat makan siang saya akan mengenalkan anda kepada dokter dan karyawan rumah sakit ini," Laurel mengangguk, bangkit dari duduknya, sedikit menundukkan badannya untuk menunjukkan rasa hormat sekalian berpamitan pada bosnya. Dave hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, lagi-lagi tanpa senyum. Tanpa menunggu lama Laurel langsung membalikkan badannya berjalan menuju pintu keluar ruangan itu, saat ini rasanya dia benar-benar ingin segera keluar dari ruangan ini. Begitu Laurel keluar dari ruangannya, Dave langsung menghempaskan badannya ke sandaran kursi kerjanya, kedua telapak tangannya terkatup menutupi hidung dan bibirnya sambil memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
Sangat suka dgn alurnya bagusssss 👍
2022-10-17
0
Alexandra Juliana
Laki2 itu yg mengoperasimu saat kamu ditusuk org Laurel...Suami kamu..
2022-10-12
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
laura ...
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2022-08-24
0