Dengan setengah berlari Laurel menyusuri lorong rumah sakit ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa baru saja datang seorang pasien korban kecelakaan lalu lintas yang kebetulan merupakan pasiennya, dan pasien itu memiliki kecenderungan penyakit tekanan darah tinggi sehingga menyebabkan aneurisma otak (pecahnya pembuluh darah otak). Ketika Laurel baru sampai di IGD Dave langsung mendekat ke arahnya dan menarik lengannya, lalu menariknya menuju kantor tempat berkumpulnya dokter di daerah IGD. Laurel sedikit tersentak melihat tindakan Dave yang tiba-tiba menarik lengan tangan kirinya, seolah-olah hubungan mereka sedekat hubungannya dengan Nia atau Lusiana.
“Pasien yang mengalami kecelakaan itu adalah sepupuku,” Dari wajah Dave menunjukkan bahwa seseorang yang sedang kecelakaan itu memiliki hubungan cukup dekat Dave, sehingga Dave begitu perduli, tampak ada kecemasan di wajah Dave, dan itu terbukti dengan pernyataan Dave bahwa orang itu adalah sepupunya.
“Dia salah satu pasienmu, dia mengalami aneurisma otak, dan hasil angiogram (angiogram dapat menunjukkan titik lemah pembuluh darah, merupakan pemeriksaan yang baik untuk mendeteksi aneurisma. Pada pemeriksaan ini, pengidap akan diberikan obat bius dan dimasukkan alat sejenis selang melalui pembuluh darah di kaki, hingga ke pembuluh pembuluh darah kepala. Lalu, zat pewarna akan dimasukkan oleh dokter ke dalam pembuluh darah otak dan kondisi pembuluh darah akan dilihat di layar monitor. Jika terdapat aneurisma di otak dapat dilihat langsung dengan pemeriksaan ini) menunjukkan itu aneurisma otak pecah, aku harus segera melakukan tindakan pembedahan sebelum pendarahannya semakin melebar, aku perlu rekam medis yang ada padamu tentang pasien itu,” Laurel mengangguk, dengan pelan dia berusaha melepaskan tangan Dave dari lengannya yang sepertinya juga tersentak kaget karena tanpa sadar telah memegang lengan Laurel dengan cukup erat, seolah tidak ingin melepaskannya.
Dave segera melepaskan lengan Laurel, dan mundur selangkah menjauh dari Laurel. Laurel langsung berjalan ke arah meja kerja yang ada di ruangan itu, lalu membuka komputer, melakukan login user dengan sidik jarinya (Login di¬sebut juga “logon” atau “sign in” adalah istilah dalam hal keamanan komputer, yakni berupa proses pintu masuk bagi pengguna untuk mengakses sistem komputer. Login dimaksudkan untuk mengatur proses identifikasi. Berbeda dengan logout, proses login membutuhkan hal spesifik tertentu. Dengan teknologi terkini, proses login semakin diperketat dengan enkripsi secara hardware, seperti proses scan sidik jari dan retina mata. Login adalah proses masuk ke jaringan komputer dengan memasukkan identitas akun minimal terdiri dari username/akun pengguna dan password untuk mendapatkan hak akses. Antara username dan password keduanya saat digunakan untuk login harus tepat jangan sampai salah ketik, karena keduanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Biasanya username/akun pengguna tidak pernah diubah karena merupakan identitas unik, tetapi password/ kata sandi dapat diubah sesuai keperluan untuk menjaga keamanan akun) agar dapat mengakses data rekam medis pasiennya sesuai dengan permintaan Dave.
Laurel berusaha untuk fokus kepada data rekam medis pasiennya, karena tidak ingin Dave tahu, tindakan Dave barusan sempat membuatnya dadanya berdebar-debar.
“Dari hasil rekam medisnya dia memang bermasalah dengan tekanan darahnya, tapi untuk yang gula darah, ginjal, jantung, liver dan lain-lain kondisinya bagus, kalau tekanan darahnya sudah mulai stabil, bos bisa segera melakukan tindakan pembedahan,” Dave mengangguk, dengan cepat dia segera memerintahkan kepada yang lain untuk menyiapkan ruang operasi, sekilas diliriknya Laurel yang masih menatap layar monitor komputer. Dave menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 5 sore, harusnya saat ini jam kerja Laurel sudah selesai, apalagi hari ini dia tidak sedang piket.
“Tolong, untuk hari ini kamu sedikit lembur, karena aku masih membutuhkanmu untuk observasi pasca operasi,” Laurel mengangguk, baginya menginap di rumah sakit bukanlah hal asing, dulu selama dia menjadi koas (Koas, dibaca ko-as atau ko-asisten adalah seorang mahasiswa kedokteran yang masih dalam tahap pendidikan dalam memenuhi kompetensi sebelum dinyatakan sebagai seorang dokter. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit umur yang digunakan fakultas kedoterran atau kedokteran gigi dalam memenuhi sebagian atau seluruh kurikulumnya dalam membantu pencapaian sebagai seorang dokter) adalah hal biasa menginap di rumah sakit karena banyaknya pasien yang datang ke IGD, apalagi jika musim dingin di malam tahun baru. Begitu Laurel menganggukkan kepalanya, Dave langsung bergegas keluar dari ruangan itu ke arah ruang IGD.
Laurel sedikit menggerakkan kepalanya ke samping, baginya adalah sesuatu yang aneh Dave menyuruhnya tetap tinggal, sedangkan dia pasti tidak akan banyak membantu, hanya bisa menunggu Dave selesai melakukan tindakan operasi. Dan satu hal lagi yang membuat Laurel tak habis pikir, kalau memang hanya sekedar melihat hasil rekam medis pasien, dengan menggunakan user name Dave pasti semua data bisa dia akses tanpa perlu membutuhkan user name karyawannya untuk membuka data rumah sakit yang notabene adalah miliknya.
Tangan kanan Laurel meraba lengan kirinya, bekas tangan Dave memegangnya tadi, dielusnya lengan kirinya tersebut. Tadi Dave meraih lengannya dengan erat, tapi tanpa menyakitinya, terasa lembut. Laurel menahan nafasnya sesaat, entah kenapa ada sesuatu yang hangat menjalar di hatinya mengingat sentuhan dari tangan Dave tadi, rasanya tidak percaya, laki-laki yang selalu memandangnya dengan tatapan tajam dan dingin itu ternyata memiliki sentuhan yang begitu lembut.
"Dokter Laurel," Laurel menoleh mendengar panggilan dari Mira.
"Ya Mir, ada apa?" Mira berjalan mendekat ke arah Laurel yang masih termenung di depan layar komputer yang masih menyala tapi sebenarnya sedari tadi sudah tidak dibutuhkan lagi oleh Laurel.
"Bisa minta tolong dokter ikut dengan saya?" Laurel mengangguk, lalu bangkit berdiri, berjalan ke arah Mira yang langsung membalikkan tubuhnya berjalan ke arah selatan. Tanpa banyak bertanya Laurel mengikuti langkah-langkah Mira ke arah selatan, menuju kantor Dave.
Laurel sedikit mengernyitkan alisnya, sedikit heran dengan tindakan Mira yang mengajaknya memasuki kantor Dave, karena tidak mungkin Dave memanggilnya, sepanjang pengetahuannya tadi Dave sedang berada di ruang operasi, dan operasi pembedahan yang dilakukan Dave, tidak mungkin selesai dalam waktu 2-3 jam, minimal 6 jam, bahkan kadang bisa lebih dari 12 jam. Begitu mereka berdua sudah memasuki kantor Dave, Mira berjalan ke arah meja kerja Dave. Di belakang meja kerja Dave tampak sebuah ruangan berisi rak-rak dengan buku-buku tersusun rapi.
"Silahkan dokter Laurel," Mira mengarahkan tangannya untuk mengajak LAurel memasuki ruangan yang penuh dengan buku-buku tersebut, Diantara rak-rak tersebut terlihat sebuah pintu, begitu Mira membuka pintu tersebut, Mira langsung mempersilahkan Laurel untuk memasukinya.
Sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat begitu Laurel memasuki pintu tersebut. Tampak sebuah bangunan mewah dikelilingi dinding kaca, dari pintu yang terbuka menuju bangunan itu terdapat jalan setapak, dengan samping kanan kirinya terdapat taman yang diatur dengan rapi membentuk taman yang indah. Laurel sedikit terbeliak, tidak menyangka ada bangunan yang terlihat mewah dan indah di tengah-tengah bangunan rumah sakit ini. Dengan perlahan Laurel mengikuti langkah Mira untuk memasuki pintu depan bangunan itu yang berupa kaca tebal dan begitu pintu terbuka alunan musik lembut langsung mengalun memenuhi ruangan seolah menyambut siapapun yang datang ke tempat itu, dan ruang tamu yang tampak luas dengan perabot-perabot mewahnya langsung terlihat semakin jelas.
"Ehmm, Mira, kenapa kamu bawa aku kesini?" Mira tersenyum melihat wajah kebingungan Laurel.
"Ini ruang pribadi dokter Dave untuk beristirahat, boleh dibilang rumah kedua dokter Dave, bahkan dokter Dave lebih sering menginap di sini daripada pulang ke rumahnya, apalagi dalam sebulan ini, hampir setiap hari dokter Dave menginap disini, jarang pulang ke rumah, ini merupakan rumah dokter Dave juga." Laurel menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari Mira.
"Dokter Dave berpesan agar dokter Laurel beristirahat disini sambil menunggu dokter Dave selesai melakukan operasi,"
"Eh, sebenarnya tidak perlu, aku bisa menunggunya di kantorku saja," Laurel merasa canggung menyadari dia harus tinggal sendiri di bangunan pribadi milik bosnya. Belum lagi Mira menjawab Laurel, tampak seorang wanita berusia kira-kira 45 an berjalan memasuki bangunan tersebut.
"Selamat malam nona, nama saya Bi Yuni, saya pelayan dari rumah keluarga besar Tuan Dave, hari ini Tuan minta saya menemani nona di sini, kalau ada yang diperlukan nona bisa langsung memanggil saya," Laurel mengangguk mendengar perkataan dari Bi Yuni, dengan pikiran yang masih bertanya-tanya kenapa Dave menyuruhnya menunggu di sini.
"Maaf dok, lebih baik dokter Laurel menuruti permintaan dokter Dave untuk sementara beristirahat disini, kalau dokter Laurel menolak, nanti kami berdua yang akan kena teguran dari dokter Dave," Mira berkata dengan nada sedikit memohon.
"Tapi Mir, aku merasa tidak enak, nanti didengar yang lain, akan jadi masalah,"
"Tenang saja dok, saya dan Bi Yuni tidak akan berani memberitahukan kepada orang lain masalah ini, bagaimanapun ini wilayah pribadi dokter Dave, kami tidak berhak membicarakannya," Laurel menarik nafas panjang mendengar Mira yang tetap bersikeras. Melihat tidak ada penolakan lagi dari Laurel, Mira sedikit bernafas lega.
"Ok, kalau begitu saya kembali bertugas dok, permisi," Mira segera meninggalkan ruangan itu.
"Non, apa non mau istirahat di kamar tamu?" Laurel spontan menggeleng mendengar penawaran dari Bi Yuni, karena baginya itu akan menjadi tindakan yang benar-benar tidak sopan, bagaimanapun ini adalah bangunan pribadi bosnya, mana berani dia berjalan-jalan sesuka hati di dalam bangunan itu, apalagi menerima penawaran untuk memasuki salah satu kamarnya.
"Sudah jam 8 malam non, lebih baik nona makan malam, saya sudah bawakan makan malam buat nona," Laurel yang sedang menikmati indahnya penataan ruang yang sedang ditempatinya langsung menoleh ke arah Bi Yuni.
"Nanti saja bi,"
"Jangan non, tuan sudah berpesan agar saya mengurus makan malam nona," Mendengar suara memohon dari Bi Yuni akhirnya Laurel menurut, dia mengikuti Bi Yuni ke arah ruang makan. Sambil menunggu Bi Yuni menyiapkan makan malamnya, Laurel berjalan ke arah salah satu dinding dengan rak berisi buku-buku yang tersusun rapi, dan diantaranya terselip album foto. Tangan Laurel meraih album foto bewarna coklat tua tersebut. Pada sampul album tersebut terdapat banyak tanda tangan. Begitu Laurel membuka album foto tersebut Laurel langsung tersenyum, melihat foto-foto anak berseragam SMA, dari sekian banyak foto terlihat sekali dengan tinggi badan yang di atas rata-rata, mata biru, dan wajah bulenya Dave terlihat menonjol diantara teman-temannya. Di beberapa foto Laurel menemukan posisi beberapa gadis yang matanya melirik ke arah Dave, bahkan ada yang dengan terus terang mengarahkan pandangannya ke arah Dave.
Sepertinya sejak kecil si bos sudah jadi artis di kalangan teman-temannya, tidak heran karena sedari remaja wajah tampannya sudah begitu mempesona, Laurel berkata dalam hati sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Edah J
dingin hanya didepannya sj tp dibelakang perhatian bener"full 😁
2022-10-17
0
Sri Astuti
mulai ni si boss membawa laurel masuk area pribadinya
2022-02-14
0
Rizoe Zhatura
mantap Thor👍👍👍 ceritanya bikin hatiku💖💖 berdebar" lanjut
2021-06-23
0