Askana mengepalkan tangannya, hatinya bergemuruh penuh kebencian kepada pria yang sedang ada dihadapannya, bulir bening dari sudut matanya hampir saja menetes membasahi pipi-nya, semua orang yang berada di restoran itu melirik kearah Askana, ada yang berbisik kalau dia begitu mengagumi ketampanan pria yang ada dihadapannya, sehingga dia tidak sengaja menjatuhkan nampan yang berisikan gelas jus tersebut.
Teman kerjanya yang lain pun ikut menggosipkannya, mengatakan bahwa Askana pernah ditolak oleh Rafan, sehingga dia merasa benci kepadanya, karena terlihat dari sorot mata Askana saat menatap wajah Rafan.
Sorotan mata yang penuh kebencian, ingin rasanya Askana penampar Rafan sekeras mungkin, namun semua itu tidak bisa ia lakukan karena pria itu yang sedang disukai oleh Safira. Dia tidak mau menghancurkan kebahagiaan sahabatnya.
Askana membersihkan pecahan gelas kaca yang telah ia jatuhkannya. "Aw!" Ia meringis karena tangannya telah terluka dan berdarah terkena pecahan kaca, Rafan mencoba membantunya namun Askana menepis tangan Rafan dengan kasar.
"Jangan sentuh tanganku!" Teriak Askana sangat keras kepada Rafan membuat Safira begitu kaget, apalagi melihat ekspresi wajah Askana yang penuh amarah menatap kearah Rafan, batin Safira jadi bertanya-tanya.
"Ada apa dengan Askana! Apakah mereka sudah saling kenal atau bertemu?"
Bukan hanya Safira, Doni pun dibuat kaget oleh tingkah Askana, gadis yang baru pertama kali dia kenal. "Baru ketemu saja sudah menunjukan amarah pada si Rafan, parah tuh cewek! Tapi cantik juga," batin Doni.
Rafan semakin bingung dengan tingkah gadis yang baru pertama dilihatnya. "Kenapa bisa semarah itu ketemu gue! Perasaan, gue baru pertama kali ketemu tuh cewek," batinnya.
Askana bergegas pergi mengambil pecahan kaca itu untuk dibuang ke dalam tong sampah.
Rafan berdiri mematung menyaksikan kepergian Askana, Safira mencoba untuk mengejar dan memanggil-manggil namanya.
"Ana! Tunggu, An!"
Namun Askana tidak menoleh, ia terus saja berjalan. Tanpa ia sadari, air matanya terus menetes membasahi pipinya, semakin lama semakin deras dan terdengar sangat lirih.
Askana mencoba untuk menghindar dari Safira, ia belum siap kalau harus menerima banyak pertanyaan yang akan dilontarkan oleh sahabatnya.
Askana memilih untuk pulang tanpa sepengetahuan Safira, ia berjalan menyusuri jalanan kota di malam hari dengan linangan airmata yang tak hentinya keluar dari sudut matanya, rasa perih di hatinya saat menatap pria yang dulu pernah menodainya, membuatnya hancur tak sanggup lagi untuk menatap dunia, seakan-akan ia ingin mengakhiri hidupnya.
Askana duduk di bangku taman dengan menangis sesenggukan, meluapkan rasa sakit di dalam hatinya.
Ponsel miliknya pun terus saja bergetar, ternyata
Safira yang menghubunginya, namun Askana tidak mengangkat telponnya.
"Maafkan aku Safira!" ujar Askana sambil terus menangis menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ambilah saputangan ini untuk menghapus air matamu!"
Askana mendongakan kepalanya ke asal suara itu. "Alex!" Ia pun terkaget.
Askana langsung berdiri dari duduknya meninggalkan Alex yang berdiri dihadapannya.
"Kamu mau kemana, An?" tanya Alex sambil menarik tangannya, Askana meronta-ronta supaya Alex melepaskannya, namun dia semakin erat memegang tangan Askana.
"Awwwuh!" Alex memekik saat Askana menginjak kakinya dengan keras.
Ia berlari menghindari Alex, menghentikan sebuah mobil angkot yang lewat untuk ia naiki pulang menuju rumahnya.
Namun Alex tidak berputus asa, dia mengejar Askana dengan menaiki mobilnya sangat cepat.
"Kenapa Neng? Habis putus cinta ya neng, matanya kok sembab kayak gitu!" tanya supir angkot kepada Askana.
"Tidak, Pak! Ini cuma kelilipan saja."
Askana melihat ponselnya yang terus bergetar dari tadi, ternyata Safira yang menghubunginya lagi, ia pun bingung untuk menjawabnya. "Aku jawab tidak ya, apa aku matikan saja ponselnya!" gerutu Askana yang masih sedikit terdengar oleh sopir angkot itu.
"Jawab saja Neng, teleponnya! Biar permasalahannya cepat kelar, kasihan pacarnya dicuekin mulu."
Dengan suara seraknya Askana menjawab.
"Halo, Fir?"
"Kamu itu di mana sih, An? kamu tuh buat aku panik tahu nggak! Aku cariin kamu kemana-mana nggak ada, kamu kemana sih? Ada apa sebenarnya?"
Askana tak mampu untuk menjawab pertanyaan Safira, ia hanya menutup mulutnya dan berkata.
"Aku baik-baik saja, Fir! Tadi aku merasa nggak enak badan, makanya aku pamit pulang. Maaf aku nggak ngabarin kamu," ujar Askana lalu mematikan ponselnya.
"Askana!" Teriak Safira karena teleponnya tiba-tiba terputus.
Rafan yang melihat Safira begitu panik segera menghampirinya. "Aku bingung! Sebenarnya siapa perempuan yang tadi itu, Fir! Kenapa sorot matanya terlihat begitu benci saat menatapku."
"Kenapa Kakak yang balik nanya kepada Safira! Seharusnya kakak yang mengingat semua itu, apakah kakak pernah menyakiti Askana sahabatku! Apa sebelumnya Kakak pernah bertemu dengannya? Jawab, kak?"
Rafan tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Safira kepadanya, ia hanya menggelengkan kepalanya saja, karena ia merasa baru pertama kali bertemu dengan Askana, tapi ada satu hal yang Rafan ingat, sorot mata itu seperti pernah Rafan temui, namun ia lupa dimana dan kapan ia melihat bola mata itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Enung Samsiah
iiiiihhh, sirafan knpa bisa sgl siiihh,,,,
2023-08-17
0
anisah
nah mulai ada titik terang dan semakin panas...ayo rafan ingat ...ingat dia yg kau ambil kesuciannya...
2023-08-04
0
Iie Bae
bikes bener siana terlalu over diem malws
2021-08-20
0