Doni segera menghubungi Rafan, ada rasa lega di hatinya karena sudah menemukan titik terang untuk membantu permasalahan sahabatnya. Ia pun segera menghubungi Rafan.
"Halo, Fan. Lo masih di apartemen?" tanya Doni. Ia begitu semangat ingin memberikan kabar baik.
"Gue lagi di perjalanan menuju rumah, tadi bunda nelpon suruh gue pulang ke rumahnya."
"Gimana. Lo sudah menemukan parfum yang lo cari?"
"Sudah, Fan."
"Lo pulang saja ke apartemen gue, nanti gue nyusul balik ke apartemen lagi."
"Oke, Fan. Gue tunggu."
Pembicaraan merekapun akhirnya terputus, hati Rafan sedikit lega mendengar kabar dari sahabatnya itu.
Doni akhirnya sampai di apartemen. Ia segera membuka password apartemen karena Rafan yang sudah memberitahunya, segera ia masuk ke dalam dan duduk di sofa karena merasa letih. Doni pergi menuju dapur untuk mengambil air minum di dalam kulkas karena ia merasa haus, tak sengaja matanya melihat bungkusan putih yang ada di meja.
"Apaan nih!" ujar Doni sambil membuka bungkusan putih itu. Ia menjadi kaget dengan isi bungkusan putih itu karena di dalamnya ternyata sebotol minyak gosok.
"Ngapain Rafan membeli minyak gosok segala. Jangan-jangan ... dia mau nyuruh gue mijitin dia lagi. Ah ogah gue! Mendingan mijitin cewek, itu lebih enak," ucap Doni sambil tertawa cekikikan.
Setelah puas dengan tertawa Doni merasa lapar. Ia mengambil cemilan yang ada di dalam kulkas lalu kembali duduk di sofa sambil menyantap makanannya.
* * * *
Rafan akhirnya sampai di halaman rumah besar dan juga mewah. Namun, ia tak kunjung keluar dari dalam mobil, ada rasa tak nyaman dalam hatinya untuk masuk kedalam rumah mewah itu, akhirnya Rafan menepis semua perasaannya. Ia segera keluar dari dalam mobil. Terlihat sang bunda sudah menyambutnya dengan pelukan hangat mencurahkan rasa rindu kepada anak bungsunya itu. Rafan membalas pelukan bundanya, karena ia pun sangat merindukannya dan segera menyalami punggung tangan bundanya.
Bunda segera mengajak Rafan masuk ke dalam rumah dan menyuruhnya untuk duduk di meja makan, karena bundanya sudah memasak untuk menyambut kedatangan Rafan dengan membuatkan makanan kesukaannya, yaitu pepes ayam dan juga sayur asam. Rafan terlihat sangat bahagia karena bundanya masih ingat akan makanan yang disukainya, walau pun ia jarang pulang ke rumah tapi bundanya tetap saja memperhatikan dengan penuh kasih sayang.
"Rafan. Bunda sangat khawatir kamu tidak pulang semalam?" tanya Bunda Aulia.
"Anak berandalan kayak gitu gimana mau pulang! Paling juga di club malam mabuk-mabukan," jawab seorang pria paruh baya sambil menuruni anak tangga.
"Ayah kok ngomong gitu? Bunda lebih tahu kalau Rafan bukan anak yang begitu."
Bunda Aulia sosok yang lembut dan hangat, bundanyalah yang selalu membela Rafan kalau ayahnya sedang marah dan memojokkannya.
"Sudahlah, Bun. Kebanyakan dibela semakin kurang ajar saja anak itu!" tegas Pak Andi ayah Rafan.
Rafan adalah anak bungsu, tapi ayahnya selalu berlaku tidak adil ke padanya. Ia selalu saja membandingkan Rafan dengan kakaknya. Walau Rafan berbuat baik sekalipun, tapi selalu saja salah di mata ayahnya.
"Tumben kamu pulang, Fan! Sudah habis uang mu karena poya-poya?!" tanya sang ayah dengan penuh emosi. Rafan hanya tertunduk diam tak menjawab omelannya.
Membela diri tidak ada gunanya, malah akan memperparah suasana.
Bunda Aulia menyuruh Rafan untuk makan, sambil mengelus lembut pundaknya. Rafan tersenyum, hanya bundanyalah yang selalu memberikan kenyamanan.
"Apa saja pekerjaanmu itu, Fan?! Selain menghamburkan uang! Contohlah kakakmu! Yang selalu membuat ayah bangga, kapan kamu akan membuat ayah bangga, Fan?" tanya Pak Andi dengan senyum sinis ke arahnya.
Namun, sekali lagi Rafan tidak menjawab pertanyaan ayahnya, membuat Pak Andi semakin marah kepada Rafan dengan sikap diamnya.
"Kalau orang tua ngomong itu ya di jawab! Jangan malah diam saja, dasar anak tak tahu diuntung," tegur ayahnya dengan penuh emosi.
Bunda Aulia merasa sedih mendengar perkataan suaminya kepada putra bungsunya, tak terasa air matanya menetes dan Rafan melihat itu semua. Ia dengan segera memegang lembut tangan bundanya.
"Ayah kok ngomongnya gitu mulu. Dia juga putra kita. Kenapa ayah selalu membandingkannya, kasihan Rafan, yah. Dia juga mau makan, biarkan dia makan terlebih dahulu, kenapa ayah malah terus mengomelinya."
"Kebanyakan dibela semakin ngelunjak saja dia itu, Bun!" teriak ayahnya dengan nada meninggi.
Rafan merasa tidak tahan dengan pertengkaran di rumahnya karena ulahnya. Ia segera mengambil nasi untuk makan terlebih dahulu supaya bisa cepat pergi dari rumah yang penuh kebencian untuknya.
Tak lama terdengar suara mobil masuk halaman rumah mewah itu, pria itu masuk dengan setelan jasnya dan kewibawaannya, pria itu menghampiri dan menyalami tangan bundanya juga disambut hangat oleh ayahnya.
"Anak kebanggaan ayah sudah datang." Sambil merangkul pria itu dengan hangat dan senyuman kasih sayang.
Seandainya gue juga diperlakukan sama. Kapan ayah bisa bersikap lembut ke pada gue?
"Fan, lo pulang?" tanya pria itu.
"Ya," jawab Rafan singkat, sambil menyantap makanannya.
"Gimana tadi di kantor?" tanya Pak Andi.
"Baik, Yah. Bahkan sangat baik. Perusahaan kita semakin maju. Tender yang di Medan berhasil aku raih," jawab Afandi dengan penuh kebanggaan.
"Kamu dengarkan, Fan! Yang dikatakan oleh kakakmu barusan? Dia bisa lebih di banggakan, nama baik keluarga juga kemajuan perusahaan jauh lebih baik di tangan kakakmu ini, sedangkan kamu! Apa yang bisa dibanggakan dari kamu, Fan?"
Hati Rafan bergemuruh penuh amarah, dadanya seperti dihantam godam, terasa sesak menahan amarah. Ia mengepalkan tangan dan rahangnya ikut mengeras, selera makannya jadi hilang dan akhirnya. Rafan bangun dari duduknya, pergi meninggalkan rumah dengan hati penuh amarah.
"Rafan?" panggil bunda.
Namun Rafan tidak menghiraukan panggilan bundanya. Ia segera pergi menaiki mobilnya dengan sangat cepat.
"Ayah keterlaluan!" tegur Bunda Aulia sambil berlalu pergi menuju kamar, bunda menangis pilu memikirkan perasaan putra keduanya itu. Ia tak habis pikir dengan sikap suaminya yang selalu saja membeda-bedakan ke dua putranya.
Di perjalanan, Rafan tak hentinya memikiran perkataan ayahnya itu. "Apa kesalahan gue! Sehingga ayah semarah itu kepada gue, hanya karena gue menolak pendidikan yang ayah berikan, kemarahannya sampai sebesar itu," gerutu Rafan di dalam mobil.
Rafan memukul-mukul stir mobilnya. Ia pun melajukannya dengan sangat cepat sehingga hampir saja ia menabrak gerobak es yang sedang melintas di hadapannya. Rafan merasa kaget. Ia menginjak rem mobilnya dengan mendadak sehingga kepala Rafan terbentur mengenai stri mobil.
"Astagfirullah. Hampir saja gue menabrak orang," gumamnya.
Rafan segera keluar dari dalam mobilnya, menemui penjual es yang hampir saja ia tabrak.
"Bapak gak kenapa-napakan? Gak ada yang lukakan, Pak?"
Rafan begitu khawatir, sehingga ia melontarkan banyak pertanyaan kepada penjual es tersebut.
"Bapak tidak kenapa-napa, Nak. Lagian ini juga salah bapak, melintasi jalan tidak dengan hati-hati."
Hati Rafan merasa lega, karena penjual es itu tidak tidak terluka, segera ia mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan diberikan kepada penjual es tersebut. Namun, penjual esnya menolak uang yang berikan oleh Rafan.
"Bapak tidak boleh menolak rezeki, Pak. Rafan ikhlas memberikannya, mungkin bapak bisa pakai untuk kebutuhan bapak yang lainnya," ujar Rafan sambil tersenyum.
"Terima kasih, Nak. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu."
"Aamiin. Terimakasih atas do'a-nya, Pak. Kalau begitu Rafan permisi pamit dulu."
"Iya, Nak. Hati-hati."
Rafan kembali masuk ke dalam mobil. Ia segera mengendarai mobilnya dengan pelan menuju ke apartemen.
Penjual es itu masih melihat kepergian Rafan. "Sungguh baik pemuda itu, wajahnya sangat tampan seperti perilakunya, semoga urusanmu selalu dimudahkan," gumam penjual es dan mendorong kembali gerobaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
5 like hadir! Mari saling dukung!
2021-02-13
1
Shakila Viska
aminnn waah2 rafan
2021-02-01
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-17
0