Bruuk!
"Awwh!" Askana meringis dan hampir terjatuh saat menabrak seorang pria. Dengan segera pria itu memegang tangan Askana membantunya supaya tidak terjatuh.
"Maaf kak, aku tidak sengaja? Dan tolong lepasin tangan kaka memegang tanganku," ujar Askana pada pria tersebut.
Pria itu hanya tersenyum sambil menatap wajah Askana. Ia mengagumi gadis yang sekarang ada di depan matanya.
Cantik juga nih cewek, batin si pria.
Askana pamit pergi namun pria itu malah menghalangi langkah kaki Askana.
"Maaf, Kak. Ana mau lewat."
"OK, sorry," ucapnya dengan senyum dan tatapan penuh arti. Ia pun menggeser tubuhnya memberi jalan ke pada Askana.
Askana segera melangkahkan kakinya, berjalan tergesa-gesa pergi meninggalkan pria itu.
"Pakai hijab saja sudah cantik. Apalagi enggak pakai hijab. Bodinya juga lumayan bagus," gumam si pria sambil masuk ke dalam toilet.
"Lama banget sih kamu di toilet?" tanya Safira ke pada Askana karena ia sangat lama.
"Maaf, Fir. Perut aku mual banget."
"Ngeyel sih kamu, An. Sudah dibilangin juga."
" Iya, maaf deh," jawab Askana sambil memasang wajah memelas pada Safira.
Safira paling gak tega kalau Askana sudah memasang wajah sok memelasnya itu.
" Iya, aku maafin. Tapi jangan gitu lagi, oke?"
"Oke deh," jawab Askana tersenyum bahagia.
"Mau pesan makanan lagi nggak?" tanya Safira.
"Sudah kenyang perut aku."
Tanpa sepengetahuan Askana, ada dua pasang mata yang terus memperhatikannya dari kejauhan.
"Senyumannya manis juga, bibir tipisnya sangat menggoda, menyenangkan kalau gue bisa menyentuhnya," gumam si pria.
"Ana. Kamu sadar nggak sih, ada yang sedang memperhatikan kamu."
Askana hanya mengangkat kedua bahunya, tanda tak peduli dengan orang yang sedang memperhatikannya.
"Sudahlah. Biarkan saja, dia kan juga punya mata ... kalau nggak punya mata mana mungkin dia liatin kita," jawab Askana dengan santai.
"Bukan begitu. Masalahnya cowok yang lihatin kamu itu playboy kampus, An. Dia juga terkenal suka mainin cewek."
"Aku nggak peduli tentang dia."
Pria itu berjalan menghampiri Askana dan Safira yang sedang duduk manis di kantin, pria itu mengajaknya berkenalan. Askana mendongakkan ke palanya melihat keasal suara, betapa terkejutnya ia saat melihat sosok pria yang ada di hadapannya itu.
"Kita bertemu lagi, kenalkan nama gue Alex?" ujarnya sambil menyodorkan tangannya.
Askana hanya tersenyum saja. Ia tidak menanggapi uluran tangan Alex, malah Safira yang menerima uluran tangannya.
"Ini Askana, sahabatku," ucap Safira dengan senyum sinis ke pada Alex, karena ia tahu Alex seorang pria yang suka mainin cewek.
Alex semakin gemas melihat tingkah Askana. Ia semakin penasaran dan ingin lebih jauh mengenal sosoknya. Alex terus saja menatap wajah Askana, membuat sang empu jadi risih dengan tatapannya. Askana segera mengajak Safira untuk pergi dari kantin menuju kelas kembali.
"Maaf kak. Kami mau kembali ke kelas dulu," ujar Askana sambil menarik tangan Safira.
"Oke," jawab Alex singkat sambil menatap kepergian Askana.
Safira menjadi penasaran. Ia meminta penjelasan pada Askana soal pertemuannya dengan Alex si playboy kampus itu.
"Aku tadi ketemu dia di toilet, dan tak sengaja aku menabraknya. Aku nggak suka dengan tatapan pria itu, tatapan penuh nafsu."
"Namanya juga playboy. Ya, pasti dia itu akan selalu mencoba wanita baru untuk bisa dia permainkan, tampangnya sih lumayan, oke. Tapi perilakunya bikin sebel."
"Kirain kamu suka sama Alex? Sampai kamu mau menerima uluran tangannya."
"Ih, ogah. Masih banyak pria yang lebih baik diluar sana, lagian dia bukan tipe aku banget, masalah bersalaman tadi, itu hanya perwakilan," jawab Safira dengan tawanya.
Sesampainya di kelas. Askana duduk sambil memikirkan tentang ibunya yang terlihat tidak sehat, rasa takut menghampiri dirinya. Terdengar suara riuh dari mahasiswa yang mulai masuk ke dalam kelas dan membuyarkan lamunannya. Karena pelajaran pun sudah akan dimulai kembali. Terlihat dosen masuk kelas dan memulai pelajarannya. Askana begitu fokus mendengarkan materi yang diterangkan dosen, karena sebentar lagi akan diadakan ujian akhir semester. Ia ingin mendapatkan nilai terbaik dan membanggakan untuk ibunya.
* * * *
Di studio pemotretan. Rafan hanya duduk sambil memainkan ponselnya, tak ada semangat sama sekali dalam raut wajah Rafan.
"Kenapa sih lo, Fan? Gue lihat dari tadi lo gak ada semangatnya."
"Gue bingung, Don. Tadi asisten rumah tangga bunda nelpon, katanya bunda sakit dan gue disuruh pulang. Gue males pulang kerumah lagi, Don. Apalagi harus bertemu dengan ayah, kejadian ke marin malam saja masih teringat di kepala gue," jawab Rafan sambil menghembuskan napas kasarnya.
"Kalau saran gue, lebih baik lo temuin saja bunda. Lo enggak usah pikirin sikap ayah, yang sekarang lo harus pikirkan itu kesehatan bunda."
"Thanks ya, Don? Lo memang sahabat gue," sahut Rafan sambil menepuk pelan pundak sahabatnya.
"Apa pemotretannya sudah selesai, Don?"
"Sudah, Bro," jawab Doni sambil membereskan barang-barangnya dan juga kameranya. Doni adalah seorang fotografer yang handal, sekaligus fotografer pribadinya semenjak Rafan terjun di dunia modelling, dialah yang menjadi partner kerjan sekaligus manajernya Rafan.
Rafan adalah seorang model terkenal. Wajahnya sudah terpampang disetiap majalah, bahkan di Stasiun Televisi wajah tampannya selalu menjadi sorotan, bukan hanya tampan Rafan juga terkenal dengan keramahannya, ditambah dengan tubuh yang atletisnya membuat kaum hawa menjadi terpesona setiap melihatnya.
"Gimana kalau kita mampir dulu ke toko parfum milik Toni? Sambil menanyakan daftar nama pembeli."
"Oke, gue setuju."
Rafan menaiki mobilnya dan melajukan mobil sportnya dengan pelan, karena ia masih merasakan sakit di tangannya.
"Pelan amat bawa mobil? Kayak siput saja nih."
"Gue males nyetir, Bro."
"Bilang dong, dari tadi," jawab Doni langsung mengambil alih kemudi dan menyetir mobil Rafan dengan kecepatan sedang.
"Tangan lo masih sakit, Fan? Gimana kalau bunda bertanya tentang luka yang ada ditangan lo?"
"Sedikit, Don. Masih ada ngilu, lo tenang saja, biar gue mencari alasan yang tepat."
Kasian banget lo, Fan. Meskipun orang tua lo masih utuh, tapi tetap saja ada masalah. Padahal lo itu baik banget.
Doni kembali pokus menyetir mobil. Dan akhirnya sampai juga ke tempat yang dituju, hanya membutuhkan waktu satu jam perjalanan untuk menuju ke toko milik Toni.
"Lo mau ikut turun nggak? Barangkali saja lo butuh parfum untuk menyegarkan otak juga menggaet para wanita," ujarnya Doni menggoda Rafan sambil tertawa.
"Gue di mobil saja nungguin lo. Masalah menggaet wanita nggak perlu pakai parfum, mereka akan datang dengan sendirinya."
"Tapi sayang. Cowok tampan dan mapan kaya lo malah diselingkuhin," celetuk Doni dengan senyum mengejek.
"Rese banget, lo, Don. Mau gue pecat?"
Doni tak mempedulikan omelan Rafan. Ia terus saja tertawa melihat ekspresi wajah sahabatnya. Dia pun segera turun dari dalam mobil, takut kena pukul sahabatnya.
"Sorry bro, sorry," ujar Doni sambil terus tertawa dan berlalu pergi menuju toko parfum sahabatnya.
Doni masuk ke dalam toko. Terlihat Tony sedang pokus menatap layar laptopnya, sehingga ia tidak mengetahui kedatangan Doni ke tokonya.
Brak!
Doni menggebrak meja, membuat Tony kaget dan mendongakan ke palanya untuk melihat siapa yang datang dan mengejutkannya.
"Ngagetin aja lo, Don. Kirain maling," ucap Tony sambil mengelus dadanya.
"Wajah keren gini lo samakan sama maling?" jawab Doni tak terima.
"Makanya. Masuk toko orang tuh pake permisi, jangan nyelonong saja, jadinya kayak malingkan," jawab Toni sambil tertawa.
"Ada apa lagi sih? Tumben lo sudah santai."
"Gue kesini butuh bantuan lo lagi, Ton. Gue butuh daptar nama pembeli parfum yang menjadi langganan di toko lo."
Toni terlihat bingung dan mengerutkan keningnya, karena ia tidak mempunyai catatan nama pembeli yang menjadi langganan di tokonya. Toni semakin penasaran dengan sahabatnya, masalah apa yang sedang Doni hadapi.
"Apa lo sedang menghadapi masalah berat, Don?" tanyaToni penuh selidik.
Doni pun menjadi bingung untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Toni. Haruskah ia mengatakan yang sejujurnya? Tapi, itu adalah sebuah aib sahabatnya. Doni memilih untuk tidak menceritakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Krisna_🐐
selama beli parfum ngak pernah ditanya tuh sm penjualnya alamat sm nama q😀
2021-02-09
0
Rahma Rahma
visual donk thor
2020-11-16
1
Zaitun
😊😊😊
2020-09-19
0