BAB 17

Safira berpamitan ke pada Tony. Dia terlihat begitu tergesa-gesa karena khawatir ke pada Askana, pasti bosan menunggunya terlalu lama. Sesampainya di mobil, Safira dibuat kaget karena tidak melihat Askana sama sekali.

"Aduh. Ana kemana sih. Kok dia nggak ada, jangan-jangan pulang duluan lagih, karena nungguin aku yang terlalu lama." Safira begitu panik ia terus mencari-cari sosok sahabatnya, dan tanpa sengaja kedua matanya melihat sosok yang dicarinya sedang duduk asyik menikmati rujak yang ada di tangannya.

"Ana. Aku kira kamu pulang, aku sampai panik nyariin kamu, ternyata kamu lagi enak-enak makan rujak disini."

"Kamu lama banget sih, Fir. Aku bosan nungguin kamu lama-lama, jangan-jangan kamu malah pacaran lagi sama Kak Toni."

"Enggak lah. Kak Toni itu memang baik, tapi yang aku suka itu bukan Kak Toni, An."

Askana begitu penasaran kepada Safira tentang pria yang sedang Safira sukai. "Ayo dong Fir, masa kamu main rahasia si sama aku."

"Nanti kalau sudah waktunya aku kasih tahu. Kamu belum kenyang tuh makan rujaknya?"

"Sudah." Safira menggelengkan ke palanya, dan membayarkan rujak yang dipesan oleh Askana.

"Terima kasih ya, Pak. Rujaknya enak banget, kapan-kapan aku mampir lagi ke sini," ujar Askana kepada pedagang rujak itu. Askana dan Safira berlalu pergi menuju kedalam mobil.

Safira menjalankan mobilnya dengan pelan, Askana terus saja bertanya soal sosok pria yang sedang disukai oleh sahabatnya itu, rasa penasaran di hati Askana begitu menggebu, soalnya Safira tidak pernah menceritakan sosok pria yang dia sukai.

"Dia itu bertubuh tinggi, berbadan kekar nggak ketinggalan roti sobek-nya, pokoknya kalau kamu melihat dia pasti akan terpesona dengan penampilannya, kamu lihat saja nanti, tapi jangan sampai jatuh cinta-ya," ujar Safira sambil terus tertawa.

"Masa sih setampan itu. Aku jadi penasaran pengen segera kenalan dengannya, barangkali saja dia kecantol sama manisnya senyumanku."

"Ih, enak saja kamu. Teman makan teman dong ujungnya," mereka akhirnya tertawa bersama-sama sampai-sampai tak terasa Safira dan Askana sampai di restoran, mereka segera turun dan masuk kedalam restoran.

Alex yang terus membuntuti dari tadi, dia pun ikut masuk ke dalam restoran, dalam fikiran Alex mungkin Safira mengajak Askana untuk makan di restoran miliknya, Alex tercengang melihat sosok Askana yang menjadi pramusaji di restoran itu, dan melayani para tamu yang datang untuk makan.

Safira ikut membantu pekerjaan Askana karena dia merasa bosan. "Sudahlah, Fir. Kamu diam saja, ini itu tugas aku, kamu inikan anak pemilik restoran, masa kamu mau ikut capek kerja juga."

"Itung-itung belajar untuk nanti rumah tangga, An! Bantuin calon mertua," ujar Safira sambil tersenyum bahagia.

Alex duduk dikursi bagian belakang supaya ia tidak terlihat oleh Askana ataupun Safira, dia menutup wajah-nya dengan majalah supaya bisa dengan leluasa dia memperhatikan Askana dari kejauhan.

"Gak nyangka gue kalau Askana jadi pramusaji di restoran milik Safira, coba saja lo mau jadi pacar gue, akan gue jamin kebutuhan lo, An! Dan lo gak usah cape-cape untuk bekerja." batin Alex sambil menatap Askana.

Setelah selesai di studio pemotretan Rafan mengajak Doni untuk makan di restoran milik ayah-nya Safira.

Doni menyetujui keinginan rafan karena dia merasa penasaran dengan sosok Safira yang menjadi sahabat kecilnya itu.

Rafan segera masuk kedalam mobil miliknya karena Doni yang mengambil alih kemudi.

"Fan. Lo yakin bisa lepas dari tuh cewek matre? Lagian gue lihat kayaknya tuh cewek bakalan susah banget lepas dari lo, apa lagi sikap lo tadi yang masih memperlihatkan perhatian kepada tuh cewek."

"Tenang saja, Don. Itu cara gue untuk menjatuhkannya, gue hapal banget sikap mantan cewek gue, kalau terburu-buru gue menunjukkan sikap aslinya dia malah akan semakin berpura-pura bersikap baik, itu malah akan semakin sulit membongkar kelakuan tuh cewek sialan."