"Maaf, Pak! Askana-nya lagi nggak enak badan, jadi dia kurang konsentrasi," ujar Safira.
"Baik! Hari ini Bapak maklumi, tapi lain kali kamu nggak boleh kayak gitu lagi!" Askana hanya menganggukan kepalanya saja, terlihat ada tetesan airmata dari pelupuk matanya.
"Biasanya Ana nggak pernah baperan! Kok sekarang jadi kebawa perasaan gitu, aku aneh sama Askana, apa yang terjadi kepadanya!"
Satu jam sudah dengan mata pelajaran di dalam kelas oleh dosen, akhirnya waktu istirahat pun tiba, Safira mengajak Askana untuk menuju kantin, namun raut wajahnya tetap sama masih sedikit murung.
"Apa yang harus aku lakukan kepada Askana, supaya dia kembali ceria!" Safira terus memikirkan cara untuk membuat Askana ceria kembali, namun ia bingung sendiri karena biasanya Askana itu adalah seorang gadis yang ceria, walau pun ia sedang dalam kesusahan tidak pernah memperlihatkan raut wajah sedihnya.
Kaki Askana tersandung karena terlalu banyak melamun, Alex dengan sigap menarik pelan tangan Askana supaya ia tidak terjatuh.
"Kamu nggak apa-apakan?" tanya Alex dengan tatapan penuh arti, Askana tersadar dari lamunannya bahwa Alex sedang merangkul pinggangnya. Ia pun meronta ingin melepaskan diri dari pegangan tangan Alex.
"Lepaskan, Kak! Terima kasih kakak sudah menolongku," jawab Askana sambil melepaskan diri dan menjauhi Alex.
Alex hanya tersenyum menyeringai, ada rasa bangga dalam dirinya bisa memeluk tubuh mungil Askana.
"Bentuk tubuhnya oke juga! Sangat menantang."
"Kamu nggak apa-apakan, An?"
"Aku baik-baik saja, Fir! Maaf ya? Mungkin hari ini aku banyak melamun!"
"Iya, An! Seharusnya aku yang minta maaf atas perkataan aku kekamu, sudah membuat perasaanmu tidak enak." Askana menggelengkan kepalanya dan memeluk Safira, ingin rasanya Askana menangis dalam pelukannya mencurahkan rasa sesak dalam hatinya kepada sahabatnya itu.
"Jangan sedih lagi ya, An! Aku selalu ada untukmu."
Raut wajah Askana kembali ceria, Safira merasa senang melihat raut wajah sahabatnya ceria kembali, perut Askana merasa lapar saat mencium aroma bakso yang menjadi makanan favoritenya, ia pun memesan satu porsi bakso dengan kuah yang sedikit pedas.
Safira hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia merasa heran dengan tingkah sahabatnya. "Kamu belum makan, An! Awas, jangan banyak-banyak nuangin sambalnya, nanti perut kamu sakit lagi."
"Siap, Bos!" ucapnya sambil memperlihatkan barisan gigi rapihnya.
Safira jadi tertawa, melihat tingkah sahabatnya. Tanpa sepengetahuan Askana, Alex memperhatikannya dari kejauhan ia pun mencuri-curi pandang untuk memotret ekspresi senyum wajah Askana.
"Sangat manis!"
Alex mencoba menghampiri meja Safira dan Askana, ia meminta izin untuk bergabung makan bersamanya, terlihat dari arah lain ada dua pasang mata yang menatap tajam kearah Askana, ia sangat marah dan tidak suka melihat Alex duduk berdekatan dengannya. Wanita itu pun langsung menghampiri meja Askana.
"Sayang! Kamu ternyata disini, aku cariin kemana-kemana gak ada!" ucap gadis seksi dan cantik itu, ia pun merangkul bahu Alex dengan sangat mesra.
Wanita itu mengulurkan tangannya kepada Askana dengan memasang wajah juteknya.
"Hai! Aku Sofia pacarnya Alex." Dengan nada ketus ia memperkanalkan diri.
Askana menyambut uluran tangan Sofia. Namun, dengan sindirannya ia berkata." Gue tahu nama lo, Askana Saki! Seorang gadis yang tak ada apa-apanya, gaya lo juga sangat kampungan, sungguh tak menarik di pandang mata."
Safira sangat marah kepada Sofia karena telah menghina Askana. Ia menarik kasar baju Sofia dan akan menjambak rambutnya, dengan segera Alex menghalangi pertengkaran mereka.
"Kamu juga wanita sok cakep! Beraninya kamu mengejek Askana! Kamu itu hanya punya gaya saja, tapi tak ada otaknya!" sindir Safira sambil menarik tangan Askana untuk pergi.
"Pergi sana pergi! Dasar gadis-gadis kampungan," imbuh Sofia sambil tertawa terbahak-bahak dengan penuh bangga.
Alex melihat tajam kearah Sofia, ia terlihat begitu marah, ia pergi meninggalkan Sofia yang berteriak-teriak memanggil namanya. Namun Alex tidak mempedulikannya. Ia malah mengejar Safira dan Askana yang berlalu pergi meninggalkannya.
Sofia mengepalkan kedua tangannya dengan emosi di dadanya. "Awas aja kamu Askana!" Ancamannya dengan penuh amarah.
"Sebel banget sama Sofia! Coba daja kalau tadi Alex nggak menghalangi, aku sudah menjambak rambutnya dan kutarik sampai botak sekalian!"
Safira terus saja mengoceh karena merasa dongkol melihat kelakuan Sofia, Askana hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya, mereka pun duduk di bangku taman sambil tertawa.
"Nah gitu dong! Senyum, kan cantik kalau senyum."
"Ana!"
Terdengar seorang laki-laki dari kejauhan memanggil namanya. Askana menengokan kepalanya, ternyata Alex yang memanggilnya.
"Ada apa lagi, Kak? Nanti pacar Kakak yang cantik itu marah lagi," ucap Safira dengan nada ketusnya.
"Gue mau minta maaf atas kejadian tadi, An! Perkataan Sofia yang sudah memojokanmu."
"Tidak apa Kak! Aku tidak sakit hati," jawab Askana dengan senyum manisnya.
Alex begitu mengagumi pribadi Askana, rasa penasaran Alex kepadanya semakin menggebu saja, ia ingin lebih dekat dengan Askana, bahkan memilikinya untuk jadi kekasihnya.
"Gila! Senyumnya manis banget, gue lihat semakin hari semakin cantik saja, walau pun berhijab dan berpakaian longgar, tapi semakin menarik untuk dipandang."
* * *
Di studio pemotretan, Doni sangat sibuk memotret para model yang lain, sedangkan Rafan ia duduk di kursi sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing, raut wajahnya begitu muram.
Setelah selesai pemotretan para model yang lain, Doni segera menghampiri Rafan. "Kenapa lo, Fan? wajah lo nggak semangat lagi, masih kepikiran tentang gadis misterius, lo?"
Rafan hanya menganggukkan kepalanya, karena malas untuk berbicara.
"Yakinlah, Fan! Lo akan segera menemukan gadis itu dengan jalan yang terbaik, yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada, lo."
"Flashback"...
Setelah selesai makan dari restoran milik ayah Safira, Rafan dan Doni mampir dulu ke toko parfum milik Toni, dengan harapan Toni sudah menemukan titik terang untuk gadis yang ia cari. Dia segera menanyakan daptar nama gadis yang jadi langganan di toko-nya.
Namun sayang nya,Toni belum bisa menemukan gadis yang Rafan inginkan, Rafan terlihat sangat kecewa, dada-nya membara menahan amarah, Rafan ingin sekali berteriak sekencang mungkin, menghilangkan beban yang ada dihati-nya.
Rafan terlihat mengepalkan kedua tangannya, seakan ingin meluapkan amarahnya dengan memukul, Doni yang melihat, segera mengelus pelan pundak Rafan memberinya ketenangan untuk tidak meluapkan amaranya.
Rafan menghela nafas panjang dan memejamkan matanya, ia berusaha menenangkan amarah yang menggebu-gebu dalam dirinya.
Tony berjanji akan tetap membantu Rafan sampai gadis itu ditemukan. " Sepertinya gadis yang Rafan inginkan, begitu berharga untuk-nya," batin Toni.
Rafan dan Doni pun segera berpamitan kepada Toni, untuk menuju ke Studio pemotretan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Sudah dua minggu, Don! Kita mencari keberadaan gadis itu, gue merasa frustasi seakan tuh cewek ngilang ditelan Bumi, tidak terdengar beritanya sama sekali, dimana dia tinggal kita juga belum bisa menemukannya."
Di tengah percakapan Rafan dan Doni, ada seorang wanita yang memanggil-manggil namanya dengan mesra, wanita itu menghampiri Rafan.
"Sayang! Kamu ke mana aja sih? Aku nelpon kamu nggak diangkat, aku chat kamu juga nggak di balas, aku tuh kangen banget sama kamu sayang." ucap Kamila sambil merangkul mesra pundak Rafan.
Doni hanya menyunggingkan bibirnya, ia merasa jengkel dengan sikap Kamila yang sok setia.
"Aku sibuk! Ada apa kamu kesini?"
"Sayang! Kok bicaranya jutek banget sih. Kamu gak kangen sama aku ya?"
"Kangeeeen! Banget." jawab Doni sambil tertawa.
Kamila terlihat sangat kesal karena tingkah Doni yang terus menggodanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Iie Bae
walau baru 2 munggu klo jd ya gt emang
2021-08-20
0
Rizka Susanto
lha...baru 2 minggu tpi kok ana kya udah ngrsain gjala2 hamil??
2020-11-23
1
Ina Ginting Manick
kekny slh lh ini thor msak 2 mnggu udh hmil mngkin 2 bln mksdnya, bru pas.
2020-10-02
2