Doni paling tahu tentang perilaku sahabatnya, walau penampilan Rafan terlihat gaul tapi dia tidak pernah mabuk-mabukan apalagi bermain wanita. Dia sangat setia sama pacarnya, sekali cinta Rafan akan terus mempertahankannya. Namun, kali ini Doni dibuat heran oleh sahabatnya.
Kenapa bisa dia mabuk sampai kalap dan menodai seorang gadis?
"Bro! Lo kan paling anti minuman keras. Lo juga kalau main di club malam pun sukanya minum jus, tapi kenapa lo sampai berani minum?" tanya Doni penuh selidik."
Rafan berdecak kesal dan kembali mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Semua ini gara-gara perempuan sial itu! Dia berani bermain dengan pria lain di belakang gue sampai akhirnya gue kalap dan mabuk berat," jawab Rafan dengan penuh emosi.
"Kamila selingkuhin lo, Fan?" tanya Doni sangat kaget.
"Iya, Don. Dia selingkuhin gue, bahkan dia juga bermain gila dengan pria lain."
"Wah, benar-benar parah tuh cewek. Tapi gue bersyukur kalau lo putus sama tuh cewek, dari awal gue tahu lo pacaran sama dia gue nggak suka, Bro. Kamila itu cuma manfaatin lo saja, yang dia lihat itu hanya ketenaran dan juga harta keluarga lo."
"Fan!" teriak Doni.
"Mendingan lo mandi sanah, badan lo bau sisa semalam," ledeknya sambil tertawa.
"Sialan, lo!" jawab Rafan sambil melemparkan jaket yang di pakainya ke arah Doni.
Rafan akhirnya pergi menuju kamar mandi. Ia memandang lekat wajahnya di cermin, terlihat ada bekas goresan kuku di leher Rafan membuatnya berpikir keras mengingat ke jadian yang sudah ia lalui.
"Apakah separah itu gue ngelakuinnya, jangan-jangan gue main kasar. Ah sial! Gue gak bisa mengingatnya, kenapa juga gue harus mabuk semalam, ini semua karena cewek sialan itu, gue jadi merenggut kehormatan orang lain," gerutu Rafan saat merasankan perih di lehernya.
Rafan begitu kesal dengan perilakunya, sehingga dia terus saja mengutuki dirinya sendiri.
Rafan melanjutkan mandinya di bawah guyuran shower. Rafan memikirkan ke adaan gadis itu, luka goresan kuku saja terasa perih di lehernya. Apalagi gadis itu yang sudah bermain lama dengannya, dia pasti merasakan perih bahkan sakit melebihi perih yang Rafan rasakan akibat cakaran.
Rafan begitu menyesali perbuatannya, tapi mau gimana lagi semua ini sudah terjadi dan tak bisa terulang kembali, walau pun ia berandai-andai. Namun, tetap saja waktu yang sudah berlalu tak akan bisa di putar kembali, sekarang hanya tinggal penyesalan yang Rafan rasakan.
Doni merasa jenuh menunggu Rafan, karena ia belum juga keluar dari dalam kamar mandi. Doni berpikir, mungkin Rafan sedang luluran. Ia jadi tersenyum sendiri dengan pemikirannya. Doni mengendus jaket milik Rafan karena penasaran dengan wanginya.
Ni parfum kalau dari jauh enggak kecium, tapi dari dekat gini wangi banget, gue penasaran dengan merk parfum ini.
"Ngapain lo ngendusin jaket gue?" tanya Rafan sambil tertawa.
Doni tercengang kaget karena tiba-tiba saja terdengar suara sahabatnya yang sangat keras. Doni pun meminjam jaket milik Rafan, karena ia mempunyai sahabat ahli parfum dan berharap sahabatnya itu bisa mengetahui jenis parfum yang nempel di jaket Rafan.
"Oke. Gue harap teman lo bisa benar-benar membantu kesusahan gue. Thanks ya, Don?" ucap Rafan penuh harapan, kalau Doni bisa membantunya.
"Santai, Bro. Gue pamit pergi dulu, Fan. Nanti gue balik lagi ke apartemen lo."
"Oke, Gue tunggu."
Setelah kepergian Doni dari apartemennya, Rafan terus mencoba mengingat setiap bagian wajah gadis itu. Namun, tetap saja Rafan tidak bisa mengingat semuanya, karena Rafan terlalu mabuk malam itu.
"Ah sial! Susah banget sih untuk mengingat wajah tuh cewek," gerutu Rafan karena kesal.
Tiba-tiba saja ponsel milik Rafan berdering. Ia melirik layar ponselnya, ternyata bundanya yang menelpon.
"Assalamualaikum, Fan?"
"Waalaikumsalam, Bunda."
"Fan. Kamu bisa ke sinikan, sekarang kamu ada di mana?"
"Rafan sekarang ada di apartemen. Iya, nanti Rafan pulang."
Pembicaraan pun terputus karena ponsel milik Rafan ternyata lowbat. Ia lupa tidak mengecas ponselnya dari semalam. Rafan pun mendengus kesal. "Ah sial! Pakai mati lagi nih ponsel." Dia pun segera mencari charger ponselnya.
"Dimana charger ponsel gue." Rafan terus mencari-carinya. Namun, ia tidak juga menemukannya. Ia teringat ternyata charger ponselnya ada di dalam mobil miliknya, segera ia menuju basement dan mengambilnya. Dia tak sengaja menemukan bungkusan plastik warna putih yang ada di bawah jok mobilnya.
"Apaan nih!" ucapnya sambil membuka bungkusan plastik putih itu, ternyata di dalamnya ada sebotol minyak gosok.
Punya siapa nih? Jangan-jangan milik cewek yang semalam.
Setelah menemukan yang di cari, Rafan segera kembali ke apartemennya yang terketak di lantai lima dengan menaiki lift, setelah sampai ia segera mengisi daya baterai ponselnya dan duduk di sofa sambil memijat-mijat ke palanya yang terasa pusing, karena tak hentinya memikirkan ke jadian semalam.
Gimana dengan ke adaan gadis itu? Apa dia baik-baik saja. Semoga saja gadis itu baik-baik saja, jangan sampai dia bunuh diri karena sudah ternoda.
"Bunuh diri!" Rafan terperanjat bangun dari duduknya,
kaget dengan pemikirannya sendiri.
Rasa bersalah semakin menghantuinya takut kejadian yang ada dalam pikirannya terjadi, kalau gadis itu akan bunuh diri karena sudah ternodai. Hati Rafan berkecamuk pilu, pikirannya sangat kacau memikirkan ke adaan gadis itu akan berbuat nekat.
"Nggak mungkin! Dia nggak mungkin bunuh diri, gue harus secepatnya menemukan gadis itu."
Pemikiran Rafan sangat stres di tambah dengan keinginan bundanya untuk dia bisa datang ke rumah, soalnya ia malas bertemu dengan ayahnya sendiri yang selalu bersikap acuh ke padanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Hai, Bro? Tumben lo ke tempat gue, mau beli parfum lagi buat cewek lo?" tanya Tony.
"Gue kesini mau nanyain merk parfum ini, Bro." sahut Doni sambil memberikan jaket milik Rafan.
Tony malah terlihat bingung dengan sikap Doni yang malah memberikannya sebuah jaket.
"Jaket siapa ini, Bro?"
"Lo cium saja tuh wangi parfum di jaketnya. Gue butuh parfum yang wanginya sama kayak gituh," sahut Doni dengan tatapan serius.
Toni mengerutkan dahinya karena madih merasa bingung. Ia pun akhirnya menuruti ucapan Doni dengan mengendus-ngendus jaket milik Rafan. Doni begitu berharap, Tony bisa membantu menyelesaikan masalahnya itu.
Tony hanya menganggukkan kepalanya dan mengambil sebotol parfum yang menurutnya sama dengan wangi di jaket Rafan. Tony segera memberikan botol parfum itu kepada Doni.
"Nih, Bro. Parfum khusus cewek berhijab, aromanya menyegarkan tanpa berlebihan, parfum ini memang wangi tapi tidak bisa tercium dari kejauhan, kalau kita berdekatan sama pemakainya baru akan tercium karena parfum ini juga non alkohol."
Wajah Doni berubah riang, seakan menemukan titik terang dari permasalahan sahabatnya itu.
"Gue ambil parfum ini, Ton. Harganya berapa?" tanya Doni. Ia jadi sangat bersemangat.
"Standar saja, Don, harganya! Delapan puluh ribu."
"Kirain harganya sampai jutaan?"
"Harga parfum ini ada juga yang jutaan. Kan gue menjual berbagai macam harga, yang belikan bukan cuma dari kalangan elite saja. Ambil saja tuh parfum, gratis buat lo?"
"Serius nih, lo ikhlaskan ngasihnya?" tanya Doni penuh selidik, seakan ia tak percaya dengan ucapan Tiny.
"Ikhlas lah! Lagiankan, lo itu langganan gue. Itung-itung bonus buat lo."
"Thanks ya, Bro? Semoga usaha lo selalu lancar," ujar Doni sambil berlalu pergi meninggalkan toko milik Tony.
"Main pergi saja tuh anak! Belum kelar juga pertanyaan gue, malah main pergi," gerutu Tony sambil menggelengkan ke palanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
anisah
semoga bunda rafan menjodohkan rafan sama gadis itu....
2023-08-03
0
Nury Ahmad
Setelah menyimak.. 4 bab ternyata menarik..
2021-02-07
0
Nok Hasanah
lanjut thor
2021-01-01
1