Rafan akhirnya sampai di apartemen miliknya. Ia duduk sambil menyandarkan kepalanya di kursi memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing. Ia juga terlihat sangat frustasi dan merasa sangat kesal karena sahabatnya belum juga kunjung datang.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari balik pintu, pria itu pun segera masuk ke dalam apartemennya.
"Hallo, Bro. Sorry telat, biasa habis nganter bebep nyalon dulu," ujar si pria sambil duduk berdekatan dengannya, sedangkan Rafan hanya menatap malas kearah pria itu.
"Idih. Baru datang sudah dicuekin aja gue, tadi gue nelpon lo main matiin ajah. Sekarang ajak ketemuan, baru ingat lo punya teman?"
Pria itu terus saja tertawa, apalagi mengingat saat kejadian tadi pagi. Ia yang sudah menelpon dan menjahili Rafan.
Plak!
"Aduh, sakit Bro. Main lempar saja tuh buku, untung buku yang lo lempar. Kalau pas bunga yang lo lempar bisa gegar otak nih kepala."
"Kenapa sih, lo. Gue lihat lo kayak yang lagi happy?" tanya Doni sambil terus tertawa.
"Mau gue lempar lagi tuh kepala, lo? Gue lagi pusing, Bro!" sahut Rafan sambil mengacak-acak rambutnya.
"Sorry. Ada masalah apaan sih? Ribet banget hidup lo, jangan bilang masalah cewek?"
"Ini memang masalah cewek, Don. Makanya gue butuh bantuan lo untuk menyelesaikan masalah gue, semalam gue hilaf, Don. Gue mabuk dan malah menodai seorang gadis."
Doni tercengang kaget mendengar ucapan Rafan. Ia tak habis pikir kenapa sahabatnya bisa mabuk berat seperti itu, karena yang ia tahu Rafan bukanlah seorang pria yang suka mabuk-mabukan.
"Wah, gila lo Bro. Enak-enak enggak ngajak gue," ujar Doni masih dengan candaannya yang ia lontarkan kepada Rafan.
Rafan sangat jengkel dengan kekonyolan sahabatnya bisa-bisanya dalam situasi serius dia terus saja mengajaknya bercanda. Rafan pun kembali melemparkan majalah pada sahabatnya dan mengenai kepalanya.
"Apaan sih, lo. Heran gue, main lempar mulu dari tadi, sakit nih kepala gue kena timpuk tuh buku. Kalau gue gagar otak gimana? Bisa masuk rumah sakit gue gara-gara lo."
"Bodo amat! Tinggal diganti saja isi otak lo itu! Biar enggak error," decak Rafan sambil menatap malas kearah Doni.
"Sorry, Bro, sorry. Jangan marah gitu dong. Gue serem lihat lo marah, yang ada gue gak dikasih jatah makan," sahut Doni mencairkan suasana.
"Terus. Apa yang harus gue lakuin untuk membantu permasalahan lo?" tanya Doni merasa bingung.
Rafan menyuruh Doni untuk mencari tahu tentang keberadaan gadis yang sudah ia nodai. Bagaimana pun caranya dan di manapun tinggalnya harus bisa ditemukan.
"Pokoknya gue gak mau tahu, lo harus temukan gadis itu!" tegas Rafan lagi.
Doni menggaruk-garuk kepalanya karen bingung dengan permintaan Rafan, karena gak ada petunjuk pasti yang dia berikan tentang gadis itu, hanya sekedar wangi parfum wanita itu yang menempel di bajunya.
"Jadi ceritanya gue harus mengendus setiap cewek? Bisa kena gampar gue kalau kayak gitu caranya, wangi parfum kayak ginikan banyak. Bukan cuma satu atau dua cewek saja yang pakai. Ah, lo mah. Ngasih tugah ribet bener. Lagian tuh cewek udah enak-enak main pergi saja," keluh Doni sambil menggaruk kepalanya.
Doni menyuruh Rafan untuk mengingat-ngingat ciri dari wajah gadis itu, barangkali saja ada petunjuk yang lebih jelas untuk memudahkan pencariannya.
"Yang gue ingat. Gadis itu berhijab, hidungnya mancung, bola matanya kecoklatan, bulu matanya lentik, tubuhnya juga ramping, karena gue bisa merasakan saat meraba tubuhnya. Ia juga masih perawan, Bro," jawab Rafan sambil kembali mengacak-ngacak rambutnya karena merasa frustasi dengan kejadian yang sudah di alaminya.
"Bisa dibilang cantik dong tuh cewek. Beruntung juga lo bisa merawanin anak gadis orang," celetuk Doni dengan senyum tipisnya.
"Bukan masalah cantik atau tidaknya, gue tuh harus bertanggung jawab sama tuh cewek dan yang gue khawatirin itu cewe hamil. Soalnya, di malam itu. Gue ngelakuinnya berkali-kali, Don. Gue mabuk berat," ucap Rafan menjelaskan dengan wajah sendunya.
Doni merasa kasihan kepada sahabatnya tentang permasalahan yang sedang ia hadapi, walau bagaimanapun Rafan adalah sahabat baiknya. Dia juga yang selalu membantu dalam kesusahannya karena Doni adalah anak sebatang kara, ibunya telah meninggal bunuh diri karena sang papa yang telah berselingkuh dan pergi meninggalkannya dengan wanita lain, sehingga ia harus merasakan hiduh terlunta-lunta dan akhirnya bertemu dengan Rafan yang sekarang menjadi sahabat baiknya.
"Oke, Fan. Lo tenang saja, gue akan bantuin lo sekuat tenaga gue untuk menemukan tuh cewek," jawab Doni sambil menepuk pelan pundak Rafan.
Baca juga ceritaku yang ini, mohon dukungan dengan memberi like, komentar dan vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
I Ya
nah itu baru laki, berani berbuat berani bertanggung jawab
2021-02-10
0
Gito
masih inget yaa sosokya,, aku kira klo lg mabuk ga ingat apa apa.
2021-02-06
2
ar💞
nyimak dulu siapa tau nyantol
2021-02-04
1