Karena merasa bosan menunggu Doni yang tak kunjung datang. Rafan turun dari dalam mobilnya. Ia melangkahkan kakinya ketempat Toni.
Terdengar suara teriakan histeris dari para gadis yang memangil namanya ketika melihat Rafan berdiri dekat mobilnya. Mereka langsung menghampiri Rafan dan meminta tanda tangan juga berfoto bareng bersamanya.
"Ada apaan sih tuh cewek. Berisik banget, kayak kedatangan artis saja," ucap Tony. Ia pun segera keluar dari dalam toko untuk melihatnya, terlihat seorang laki-laki yang sedang dikerumuni oleh para gadis yang meminta foto bareng bersamanya.
"Wah ... enak banget tuh cowok. Bisa dikerumuni para wanita-wanita muda dan juga cantik" ujar Tony sambil kembali masuk ke dalam tokonya.
Sedangkan Doni hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya. "Lo nggak tahu cowok yang diluar itu siapa? Lo nggak lihat apa itu mukanya, parah banget lo, gak punya televisi kali ya."
Tony hanya menggaruk ke palanya karena bingung. Ia benar-benar tidak tahu, soalnya ia tidak melihat jelas wajah pria yang sedang dikerumuni oleh para gadis itu.
Setelah selesai dengan para fansnya, Rafan segera menghampiri Doni. "Lama banget sih, Don?" ucap Rafan dengan wajah menunduk, sambil memainkan ponselnya.
"Woy, Bro. Gak nyangka gue, sekarang lo sudah jadi artis terkenal."
Nada suara tinggi menyapanya, membuat Rafan mendongakan ke palanya keasal suara. Ia terkejut saat melihat wajah pria tersebut.
"Lo Toni, kan? Teman SMA gue," tanya Rafan merasa tidak asing dengan wajah lelaki yang sudah menyapanya.
"Lo, beneran Rafan Mahendra?" ujar Tony merasa tak percaya. Bisa bertemu kembali dengan Rafan.
Setelah bertanya nama masing-masing. Akhirnya Rafan dan Tony saling rangkul juga berjabat tangan.
"Jadi kalian saling kenal?" ucap Doni merasa heran.
"Toni ini sahabat gue waktu SMA, Don," jawab Rafan menjelaskan.
"Hebat lo sekarang, Ton. Jadi bandar parfum."
"Dari pada bandar Narkoba," jawab Tony sambil tertawa.
Toni mengenal Rafan saat di bangku SMA dulu. Rafan memang selalu jadi sorotan di sekolahnya karena tampan dan pintar, juga seorang anak dari keluarga kaya. Ayahnya terkenal dengan kesuksesan di dunia bisnisnya.
Toni sangat penasaran dengan kedua sahabatnya itu, karena mereka menanyakan daftar nama pembeli parfum yang selalu menjadi langganan di tokonya.
"Untuk apa kalian membutuhkan daptar pembeli di toko parfum gue?"
Doni langsung menjawab pertanyaan Tony, dengan beralasan kalau Rafan ingin mengucapkan trimakasih kepada pemilik wangi parfun ini karena telah menolongnya.
Tony menganggukkan ke palanya, tanda mengerti dengan permasalahan yang sedang Rafan hadapi tanpa curiga sama sekali.
"Oke, Fan. Gue juga akan bantuin lo untuk cari wanita pembeli parfum ini. Yang gue ingat. Pembeli parfum merk ini cuma satu wanita, tapi gue lupa namanya. Nanti kalau tuh cewek balik lagi kesini, gue akan langsung ngabarin lo."
Ada rasa lega dihati Rafan, kalau Tony akan membantunya juga. Akhirnya Doni dan Rafan berpamitan pergi kerena sudah terlalu siang. Ia harus segera menemui bundanya. Sepanjang perjalanan. Rafan trus saja tersenyum, membuat Doni jadi sedikit merinding.
"Gue ngeri liat lo senyum kayak gitu, Fan. Lo baik-baik saja kan, Fan?" tanya Doni sambil menyentuh keningnya.
Rafan tak terima dengan sikap Doni. Seolah-olah ia mengangapnya tidak waras.
"Aduh. Kena pukul lagi kepala gue, mungkin harus gue singkirin itu majalah di dalam mobil lo, biar gue nggak kena timpuk lagi."
"Entah kenapa hati gue jadi senang sekali hari ini, gue gak sabar ingin segera bertemu dengan gadis itu."
"Apa lo akan nikahin gadis itu, Fan?"
"Gue akan bertanggung jawab atas apa yang sudah gue lakuin kepada dia, Don."
"Tapi gue merasa aneh sama tuh cewek. Kenapa dia harus ninggalin lo pada malam itu, seharusnyakan tuh cewek langsung minta pertanggung jawaban dari lo, kalau sudah ginikan jadi repot kita nyariin tuh cewek."
"Entahlah, Don. Gue juga bingung dengan sikap gadis itu, atau mungkin di pikiran gadis itu kalau gue gak akan mau bertanggung jawab."
"Oh iya, Fan.Tadi Kamila terus ngehubungi gue, bahkan mengirim pesan, dia nanyain lo mulu, Fan."
"Gue gak peduli lagi sama cewek penghianat itu, Don.
Gue memang cinta berat sama tuh cewek, tapi itu dulu sebelum dia hianatin gue, setelah lihat kelakuannya, gue jijik, Don. Gara-gara tuh cewek ... gue jadi ngerusak anak gadis orang," jawab Rafan. Ia jadi emosi saat mendengar nama Kamila, wanita yang sudah menghianatinya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
" Flashback "
Di malam itu. Rafan pergi ke sebuah restoran untuk makan malam. Ia melihat seorang gadis sedang bermesraan dengan seorang pria di restoran itu. Rafan membelalakkan matanya, menatap tak percaya saat mengetahui wanita itu adalah Kamila kekasihnya. Ia terus memperhatikan Kamila lebih dekat lagi sampai Rafan bisa mendengar percakapan Kamila dengan selingkuhannya itu.
"Sayang. Kamu makin cantik saja, tubuhmu juga sangat menggoda, bagaimana kalau kita ke hotel ... menghabiskan malam ini dengan gairah cinta?"
"Oke. Asalkan kamu mau memberikan setiap yang aku mau," ucap Kamila sambil mengecup pipi pria itu.
Rafan mengepalkan tangannya kuat, rahangnya pun ikut mengeras, ingin sekali Rafan menampar wajah Kamila, tapi dia tahan. Hatinya semakin bergejolak penuh amarah, saat pria itu merangkul pinggang Kamila dengan mesra, mereka pun pergi dari restoran itu.
Rafan mengikutinya tanpa sepengetahuan mereka. Sepanjang perjalanan ia terus menggerutu karena merasa kesal dengan kekasihnya.
"Cewek penghianat! Sudah banyak yang gue berikan kepadanya tapi belum cukup juga. Dasar wanita sialan!" umpat Rafan sambil memukul setir mobilnya. Rafan benar-benar marah. Ia tak mampu menahan emisinya.
Mobil pria itu pun berhenti di hotel berbintang yang sangat mewah, mereka masuk dengan kemesraan berlebihan layaknya pasangan suami istri.
Dengan emosi yang menggebu. Rafan mengikuti dengan menyamar, menutupi wajahnya supaya tidak dikenali orang. Kamila dan pria itu masuk ke dalam kamar hotel.
Walau pun tidak melihat secara langsung, tapi Rafan sudah bisa menebaknya dari suara desahan-desahan yang terdengar samar dari balik pintu. Ia keluar dari hotel itu dengan amarah yang menggebu, dan menuju club malam minum sampai mabuk. Entah berapa gelas yang dihabiskan Rafan untuk meringankan beban dalam pikirannya. Ia sudah kalut sehingga yang terlintas di pikirannya hanyalah minuman keras.
Rafan berjalan sempoyongan menuju mobilnya, dan perlahan melajukannya dengan lambat, pandangannya terlihat suram, sehingga tidak bisa melihat jalanan dengan jelas. Ia berhenti di pinggir jalan yang sepi, hingga akhirnya terjadilah pelecehan pada seorang gadis di malam hujan itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Tapi tuh cewek matre tahu nggak, kalau lo sudah mengetahui perselingkuhannya?"
"Belum, kita lihat saja, akting apa lagi yang akan tuh cewek lakukan."
"Tapi lo belum pernah enak-enak sama Kamila di ranjangkan, Fan?"
"Sialan, lo! Belumlah, gue akan menjaga kehormatan cewek gue sampai pada waktunya."
"Keperjakaan lo hilang dong, diambil tuh cewek misterius," ujar Doni sambil terkekeh geli.
"Sudahlah, gue males bercanda."
"Kirain, lo mau hajar gue," ujar Doni sambil terus tertawa.
"Fokus nyetir, ntar nabrak orang lagi."
"Siap, Boss."
Tak terasa mereka pun sampai di halaman rumah mewah milik orang tua Rafan. Doni langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Rafan keluar dari dalam mobil dengan terburu-buru karena khawatir kepada bundanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Mey-Lani
lelet amat thor..kpn ni bisa ketemunya
2021-02-06
1
Zaitun
👍👍👍
2020-09-19
1
Lina
kapan ketemunya nih
2020-08-23
1