Siang menjelang sore Theo keluar meninggalkan kamar Ana dan pria itu entah kemana. Sekarang Ana berada di perpustakaan ia duduk menghadap jendela sambil memangku buku. Ana termenung ia heran dengan perubahan pria itu.
Apakah perlakuannya tulus?
Apakah hanya karena ada calon anaknya?
Tidak mungkin bukan jika seorang Theodore Gilian Willenberg jatuh cinta kepadanya?
Kepada anak yang orang tua nya menghancurkan keluarganya...
Dia bahkan memiliki kekasih yang begitu sempurna bukan?
Jadi mana mungkin?
Ana seolah kembali ke kenyataan pahit itu. Harusnya pria itu tetap bersikap galak saja. Harusnya pria itu mengacuhkan nya seperti sebelumnya. Agar hatinya tetap tegak bahwa ia bukan siapa-siapa dan agar tidak berharap apapun. Karena itu mustahil bukan?
Bahkan rasanya sudah beruntung ia tak diperlakukan seperti tawanan yang sebenarnya.
Perlakuan manis pria itu seolah memberikan posisi dirinya yang baik di hati pria itu.
Hatinya seakan berkhianat, Ana tak kuasa menahan rasa itu bukan?
Namun sekarang apa yang harus ia lakukan?
Apakah pasrah dengan nasib?
Tak terasa Ana meneteskan air mata, ia menghela nafas panjang dan menghapus air mata itu.
Namun....sekarang ia harus bersemangat bukan?
Ada darah dagingnya yang harus ia perjuangkan agar tumbuh dengan baik. Ana mengelus perut rata nya itu, ia tersenyum haru saat mengingat ia akan menjadi seorang ibu.
Yah... Aku akan menjadi seorang ibu.
Mood swing pada ibu hamil hal yang wajar.
Ana bangkit dengan tersenyum, ia melangkahkan kakinya kedalam jajaran rak buku. Berharap menemukan literatur mengenai kehamilan ataupun bayi.
Bunyi lonceng itu terdengar setiap ana melangkahkan kakinya.
Ada seseorang yang sedari tadi asyik memperhatikan pergerakan wanita hamil itu.
Ya...Theo sudah berada disana sebelum Ana datang, ia berada di kursi baca di lantai 2. Theo menatap heran wanita hamil itu, tadi ia melihat Ana sendu sampai menangis, namun sekarang wanita itu sudah asyik mencari-cari sesuatu entah apa dengan tersenyum secerah matahari.
Theo diam-diam mengikuti ana sambil memperhatikan tingkah laku wanita hamil itu dari atas, hingga ana menghilang ke dalam jajaran rak buku yang tinggi, Theo menuruni tangga ke lantai bawah, ia masih mendengar lonceng itu berbunyi menandakan Ana masih bergerak kesana kemari.
Theo berjalan kearah suara tersebut dengan perlahan, bahkan suara langkahnya tak terdengar.
Hingga ana berhenti disalah satu rak, ia mengambil sebuah buku tentang tata cara merajut. Ana begitu antusias dengan apa yang didapatnya, hingga Ana terduduk di lantai dengan menyandar rak buku. Ana ingat ia pernah mempelajari cara merajut oleh aunty Edna, sontak saja air mata nya meleleh.
"Aku rindu aunty Edna... Hiks ..hiks..."
Jangan salahkan Ana, ia wanita dengan usia masih belia, wajar saja bukan ia memendam rindu itu, rindu sesosok pengganti ibunya.
"Aku tak boleh bersedih sekarang, ada kamu sayang di perut mama...." Ana bermonolog sambil mengelus perutnya itu.
Sambil membuka-buka halaman tersebut, Ana menyunggingkan senyumnya.
"Wooah.... Lihat lucu sekali bukan, nanti mama akan coba buat ok..."
"Nanti mama akan meminta kepada bibi Vivian nanti, siapa tahu boleh...."
Theo yang sedari tadi ikut duduk saling memunggungi, mereka hanya dipisahkan oleh sebuah rak buku, Theo tersenyum mendengar Ana berceloteh, namun tentu Ana tak menyadarinya.
Theo heran ketika tak mendengar suara Ana dari sebrang sana, ia beranjak mendekat, terlihat Ana duduk menyenderkan kepalanya miring ke rak buku, nampak wanita itu terlelap.
Ternyata dia gampang sekali tidur....
Theo mendekat kemudian ia duduk dihadapan Ana yang sedang tidur, pria itu melirik buku apa yang ada d pangkuan Ana, karena penasaran Theo mengambil benda itu perlahan. Theo tersenyum saat melihat tata cara merajut baju hingga perlengkapan bayi. Setelah dirasa cukup Theo menaruh buku itu di sampingnya, ia gemas melihat posisi tidur Ana yang miring kesamping dengan rambut yang terurai yang menutupi sebagian wajahnya, Theo bergerak menyampirkan rambut Ana ke samping, tapi tanpa di sangka Ana terbangun karena merasa terusik, buru-buru Theo menarik tangannya, wajahnya ia pasang sedatar mungkin.
Ketika Ana menyadari ada pria itu disana sontak ia berdiri dalam satu hentakan, tentu saja membuat kepala nya pusing badannya terhuyung ke samping karena tak siap dengan perubahan posisi mendadak. Jangan lupakan bahwa Hipotensi ortostatik pada ibu hamil merupakan hal yang sering terjadi.
Theo yang terkaget melihat Ana hampir jatuh dengan wajah pucat, ia langsung menahan tubuh mungil itu dan menarik Ana dalam dekapan.
"Apa yang kau lakukan huh?" Ucap Theo dengan intonasi yang cukup tinggi membuat Ana kaget.
"Ma...maafkan saya tuan, saya kaget tadi..."
"Apa hobi mu membuat orang cemas ???"
Hah???
Ana terdiam ia bingung mau menjawab apa. Ia melongo menatap pria di hadapannya.
"Selain itu apa kebiasaan mu juga bisa tidur dimana saja...? Huh?"
Ana makin gelagapan dibuatnya.
Ah lagi-lagi dia menemukan aku tertidur di sembarang tempat...
"Saya... Jadi sering mudah tertidur akhir-akhir ini tuan... Maaf" Ana menundukan pandangannya.
"Apa maksudmu kau jadi tukang tidur karena anak ku begitu??"
Hah? Ini maksudnya apa sih? Kapan aku menyalahkan kehamilan ku?
"Ti....tidak tuan bukan begitu,..." Ana bingung harus menjelaskan apa, karena memang tubuhnya mudah sekali lelah sejak kehamilan ini.
Itu adalah hal yang wajar bagi seorang ibu hamil tahu.
"Bangunlah, kau ini bisa-bisanya ingin memelukku terus?"
Apa??
Ana buru-buru melepaskan diri dari dekapan pria itu, padahal yang sedari tadi memeluknya adalah pria itu bukan??
"Sudah diamlah dulu... Kau harus bertanggung jawab karena sudah memeluk ku?"
Mata Ana membola, ia hanya mematung disana. Theo tidak melepaskan dekapannya.
Memang sebenarnya siapa yang mau huh??
Cukup lama mereka menghabiskan waktu disana, hingga Theo menarik Ana beranjak ke sofa, dan mendudukan wanita itu diatas pangkuannya.
Ini kenapa lagi aku harus duduk diatas nya? Aku kan mau duduk di sofa saja.
"Diamlah.... Kau senang sekali membuat ia bangun...."
"Haah??" Ana teringat dengan kejadian tadi siang, merasa Dejavu buru-buru Ana mencari cara agar terlepas dari situasi ini.
"Tu...tuan... Apa saya tidak berat....? Saya duduk di sofa saja ya....?"
"Apa kau sering tidak makan mmmh? Kau ini ringan sekali seperti bantal?"
Ya ..ya... Kau kan beruang, aku akan langsung mati jika tertindih oleh mu..
"Saya makan kok tuan... Bahkan makan saya meningkat akhir-akhir ini...."
"Mana?" Seakan tak percaya apa yang dikatakan Ana, tangan Theo dengan sengaja meraba-raba sesuatu disana sini, itu membuat Ana risih.
Aaaaa.....itu kan hanya alasanmu, bilang saja kau ingin menyentuh ku....
"Mulai saat ini kau harus makan banyak, agar anak ku tidak kelaparan"
Theo mengelus perut ramping itu, ada perasaan membuncah disana, begitu nyaman bagi keduanya.
Hingga malam hari mereka makan malam bersama di meja makan, namun ada yang berbeda sekarang, Theo menyuruh Ana duduk tepat di sampingnya.
"Mulai sekarang setiap makan duduklah disana, jangan berjauhan, aku harus memastikan mu makan dengan layak, kasihan jika anak ku nanti kelaparan, karena ibunya malas makan.." oceh Theo tanpa melirik Ana sedikitpun.
Ana hanya mengangguk ia tak mampu menjawab apapun.
Selesainya mereka makan malam, Ana mengikuti Theo keluar dari ruang makan itu, dan ketika Ana berjalan di belakang Theo untuk pergi ke kamarnya. Wanita itu heran mengapa Theo berjalan ke arah yang sama?
Jangan bilang mereka akan tidur bersama lagi,
Sungguh Ana menginginkannya, namun ia tahu diri tidak akan berharap.
"Ckckck kau ini benar-benar siput.... Cepatlah, apa kau mau ku gendong lagi?"
Apa?????
...TBC ...
Ih papabay ma suka gengsi muluuuukkk🤭🤭🤭🤭🤭😁😁😁🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🔵⏤͟͟͞𝐑𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🔰π¹¹™𒈒⃟ʟʙᴄ❤
hmmm moduss😆
2021-09-30
1
Surati Mams Dwi Darma
ishhh Theo....😀😀
2021-07-17
1
Npy
Theo mah malu malu meong 🤤🤣
2021-05-15
3