Pagi harinya sepasang suami isteri yang telah menghabiskan energinya masih bergelung di bawah selimut.
Entah karena kelelahan atau rasa nyaman yang mendera keduanya.
Hingga salah seorang diantara nya bangun karena terusik dengan bunyi ponsel yang entah dimana. Theo bangun dan mendudukan diri.
Ugghhh....
Kepalanya terasa ditindih batu, sungguh nyeri dan pening.
Sshhhhh....
Theo mengerjapkan matanya perlahan menatap sekitar, terasa asing
Tapi...
Ia menoleh kesamping, mengucek matanya perlahan pandangannya mulai jelas melihat sesosok yang tertidur di sampingnya, tubuh yang hanya tertutup selimut yang sama dengannya.
Theo baru teringat sekarang, semalam ia mabuk dan masuk ke dalam kamar Ana dan menghabiskan sisa malam nya.
Sialan.... Apa yang ku lakukan
Arrgghhh....
Lamunannya buyar saat mendengar bunyi ponsel yang berdering kembali, membuat Theo turun dari tempat tidur kearah pakaian yang berserakan di lantai. Diraihnya ponsel tersebut di saku jaket. Nampak dilayar ponsel nama sang kekasih tertera disana.
"Hmmmmp...."
.....
"Aku pulang semalam..."
.....
"Tidak, aku tidak apa-apa, jangan cemas..."
......
"Baiklah.....nanti malam aku akan ke apartemen lagi, Love u too..."
Setelah sambungan itu terputus, tanpa ragu ia melangkah ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, setelah selesai Theo kluar menggunakan bathrob untuk pergi ke kamar nya.
Setelah pintu itu tertutup air mata ana seketika luruh begitu saja.
Ya... Sedari tadi wanita itu sudah bangun, ia pura-pura tidur karena perasaan canggung juga takut.
Ana mengeratkan selimutnya hingga menutup hampir seluruh tubuhnya. Ia menangis meratapi nasibnya.
Isteri mana yang rela jika suami nya memiliki wanita lain.
Meski tidak ada cinta diantara keduanya, namun sungguh menyakiti harga diri.
Ana sadar... Ini harga yang harus dia bayar untuk menebus kesalahan orang tua nya.
Ana bangkit menuju kamar mandi dengan selimut melilit di tubuh nya.
Ia diam dan menatap sendu ke arah cermin.
Sungguh malang nasib nya.
Hidup hingga tubuhnya kini bukan lagi miliknya. Bahkan anak yang jika nanti ada pun bukan miliknya. Bolehkah hatinya untuk dirinya sendri dan anaknya kelak.
Sanggupkah jika nanti ia harus berpisah dengan darah dagingnya sendri?
...***...
Hari-hari berlalu dan dipastikan Theo selalu datang setiap malam untuk menuntaskan hasratnya. Tanpa melihat rela tidak nya Ana terhadapnya.
Tentu saja penolakan Ana akan selalu di abaikan dan sudah hampir 2 bulan terlewati.
Disuatu pagi Ana terbangun dari tidurnya dikarenakan perutnya bergejolak.
Huuekkk...
Hueekkk...
Ana duduk lemas menyandar setelah cukup lama mengeluarkan isi perut. Wajahnya pucat dengan keringat di dahi. Sungguh tenaganya sudah terkuras akibat semalam Theo melakukannya berulang kali hingga ia kelelahan dan menyebabkan Ana muntah sekarang.
Ana menutup matanya merasakan pusing.
Hingga pintu kamar mandi itu terbuka memperlihatkan pria dengan wajah setengah tidur dengan rambut berantakan yang hanya memakai celana piyama menatapnya dengan pandangan tak bisa dijelaskan.
Theo hanya berdiri di daun pintu ia enggan mendekat.
"Ada apa dengan mu?"
Mendengar suara berat itu ana membuka matanya, sontak ia duduk tegak.
"Ckk... Jangan bilang kau sakit.... Merepotkan...." Theo melangkahkan kakinya menjauh.
Padahal ulah siapa?
Ana hanya mengendurkan bahunya yang sedari tadi tegang. Ia masih bersandar di dinding kamar mandi. Tak lama Vivian datang dan langsung masuk ke kamar mandi memapah Ana untuk bangun dan naik ke tempat tidur, tak lupa juga membawa nampan berisi teh hangat.
Theo hanya memperhatikan interaksi Ana dengan Vivian dari sofa. Syukurlah mual nya mereda dan wajahnya sekarang sudah tidak terlalu pucat.
"Apa yang semalam kau berikan saat makan malam? Bagaimana bisa ia sekarang jadi sakit?" Ucap Theo pada Vivian.
"Maaf tuan saya memberikan diet yang sesuai dengan ahli gizi nona..." Jawab Vivian.
Yah... Selama program kehamilan Ana diharuskan minum vitamin dan mengkonsumsi makanan sehat yang diatur ahli gizi itu sendiri.
Theo menghela nafas. Entah ada gejolak apa dihatinya.
Ia bangkit menginstruksikan Vivian untuk meninggalkan mereka berdua. Setelah Vivian keluar, sadar Theo mendekat sontak Ana mengeratkan selimutnya. Sungguh ia malu karena kini tubuhnya hanya dibalut baju tidur. Jarang sekali mereka berinteraksi kecuali saat aktivitas diatas tempat tidur. Dan itu pun tanpan percakapan berarti.
Theo berdiri ditepi tempat tidur, tubuh nya sedikit membungkuk guna menyamakan tinggi dengan tubuh Ana.
"Ckck.....Beberapa hari ini kau bebas, aku tidak akan menyentuh seorang pesakitan, itu membuatku hilang selera" wajah Theo semakin mendekat, hidungnya sudah menempel dengan telinga Ana, hembusan nafas Theo terasa disana membuat wajah Ana memerah, bibir Theo mengecup perlahan.
"Ku yakin kau akan merindukan hal seperti ini bukan? Ckckck....."
Theo bangkit dan meninggalkan Ana sendirian dalam kamar yang terkunci lagi.
Yah... Selama dua bulan ini Ana benar-benar terkurung kembali di kamar itu. Tak ada kegiatan sama sekali, hanya Vivian yang datang mengantar makanan dan membereskan kamar tersebut.
Namun sekarang ada televisi menghiasi kamar itu, yah setidaknya ada satu kegiatan yang bisa ana lakukan.
...***...
Theo POV
Entah mengapa setiap hari aku selalu menginginkan diri nya, wangi nya membuat ku nyaman. Malam-malam panas yang biasanya ku habiskan dengan Cindy kekasihku seakan-akan tidak menarik sama sekali.
Entah sudah berapa kali aku menyentuh wanita itu dalam keadaan mabuk maupun sadar, dan aku selalu menghabiskan malam itu hingga pagi di samping wanita itu.
Yang biasanya aku tak sudi berbagi satu tempat tidur dengan wanita manapun jika bukan bercinta, bahkan Cindy sekalipun.
Malam tadi entah mengapa aku begitu berhasrat padanya, hampir semalaman, bahkan rasanya lupa sudah berapa kali.
Hingga pagi harinya aku mendengar suara lonceng kecil dari gelang kaki yang kuberikan berbunyi tandanya ia sudah terbangun dan dilanjut dengan
Hueeek...
Hueeek...
Aku mendengar ia memuntahkan isi perut dan kurasa cukup lama ia dikamar mandi, masih dengan rasa ngantuk aku bangun menghampiri. Melihatnya duduk di lantai kamar mandi dengan wajah pucat membuat rasa iba itu ada, tapi segera ku tepis. Sungguh tak pantas ia mendapatkan sedikitpun perhatian ku.
Dia hanya tempat menghasilkan anak agar waris itu tetap milik ku.
Kupanggil Vivian agar segera kemari mengurusnya. Aku duduk di sofa mengamati interaksi keduanya. Ada rasa entah apa mengamati wajah pucat itu, dengan tubuh penuh bercak merah yang kubuat begitu kontras.
Tapi mengapa aku selalu ingin merengkuhnya?
Ini pasti karena dia gadis pertama untuk ku...
Yah... Pasti karena itu....
Melihat tatapan takut ketika aku menghampirinya membuat ego dalam diri ku merasa menjadi pemenang, wanita itu boleh saja memenangkan hati Daddy tapi tidak untuk ku, aku yang akan menjadi tuannya...
Ck... Enak saja setelah menghancurkan keluarga ku dia ingin mengambil seluruh harta keluarga ku dengan semaunya.
Tidak akan kubiarkan...
Akan ku buat dia hidup dalam penjara...
...TBC...
...Oalah Theo kamu tega gitu sama Ana 😢😢😢😢😢...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Npy
aaahhh menanti Theo terpenjara akan rasa saat ia sadar bahwa hatinya, hidupnya telah jatuh dalam 1nama, Ana.. semoga saat itu tiba belum ada kata "terlambat" dan "penyesalan"
2021-05-15
3