Theo menatap nyalang Ana yang duduk di kursi meja rias dari tempat tidur.
mata tajamnya menelusuri tubuh itu dengan seksama, membuat Ana merapatkan kimono yang ia pakai.
"Buka baju mu..." Ucap Theo dengan lugas.
Tubuh ana membeku seketika, sungguh ia malu, ini pertama kali dalam hidupnya harus memperlihatkan tubuh tanpa helai benang, meskipun pria itu adalah suaminya.
"Ck....buka bajumu dan naik ke tempat tidur...!!!"
Wajah Ana memerah, ia memalingkan wajahnya enggan bersitatap dengan mata elang itu. Dengan tangan gemetar ana membuka kimono tersebut menyisakan gaun tidur.
Sejenak theo tertegun melihat ana dengan kulit seputih salju, meskipun ana masih remaja namun tubuhnya indah, nampak segalanya pas di bagian-bagian tertentu. Dengan wajah yang polos tanpa polesan, rambut almond, bibir semerah ceri mampu membuat jiwa buas seorang laki-laki meronta.
Susah payah Theo menelan saliva nya, tentu ini bukan yang pertama kali ia melihat tubuh wanita bukan??
Theo tersadar ia memalingkan pandangannya ia kemudian berdiri mendekat sontak membuat Ana mundur selangkah. Jiwa lelaki Theo seakan tak terima ketika Ana memberikan sikap penolakan, membuat harga dirinya tercabik dan untuk pertama kali nya ia diperlakukan seperti itu, terlebih gadis ini adalah isterinya.
Isteri?
Ada rasa hangat disana, entahlah...
Namun segera Theo menepis rasa itu.
Dengan tangannya yang besar Theo meraih pinggang ana agar merapat padanya, membuat Ana canggung setengah mati hingga memalingkan wajah kearah lain. Kedekatan tubuh mereka membuat Theo mencium wangi tubuh ana yang manis,Theo mendongakan ana kearahnya. Diraih dagu mungil itu, hingga kedua mata saling beradu, Theo memandang mata hazel yang sungguh indah.
"Tentu kau sudah siap bukan? Tak akan ku berikan waktu bagimu untuk menolak"
Theo mendekat membuat keduanya saling mendekap, saling mengagumi satu sama lain, meskipun hanya Theo yang berperan aktif disana.
Semakin lama semakin dalam hasrat keduanya, memberikan rasa asing yang dirasakan di hati masing-masing. Apa yang harus terjadi, terjadilah dimalam panjang itu. Dan di malam yang semakin larut dahaga keduanya tuntas dengan menyisakan rasa bahagia.
Segera Ana masuk ke dalam alam mimpi, menyisakan Theo yang tertegun disana menatap wajah polos dengan sisa air mata. Kemudian Ana menggerakan tubuhnya telungkup, Theo segera merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit guna mengalihkan hasrat nya yang mulai tersulut kembali. Tak berselang lama lamunannya buyar ketika ada pergerakan disampingnya.
Tanpa sadar Ana memiringkan tubuhnya menghadap Theo, Ana meraih selimut dan meletakan di dadanya, kening nya berkerut, air matanya yang tadi surut mulai menetes, terdengar Isak tangis halus disana.
Hati Theo terenyuh, tanpa sadar ia mengelus dahi yang berkerut tak lama wajah itu mulai tenang dengan nafas teratur disusul Theo yang juga ikut terlelap.
Pagi harinya.
Theo terbangun mendengar ketukan di pintu kamar, ia keheranan, merasa berada di kamar asing, Theo duduk segera ia mengibaskan selimut yang membuat pergerakan halus disampingnya.
Yah... Theo ingat ia telah menghabiskan malam tadi dengan Ana. Ia menatap wajah gadis yang sudah menjadi wanita, tentu membuat Theo senang bukan kepalang mengingat dirinya menjadi pria pertama bagi isterinya.
Isteri?
Ya...
Status yang entah mengapa membuat perasaan aneh dihati, ingin disangkal namun itu kenyataan. Ia tak pernah terbangun dengan perasaan seperti ini sebelumnya, meskipun sudah tak terhitung berapa kali ia menghabiskan malam dengan kekasih-kekasihnya.
Theo langsung bangun dan memakai pakaian yang teronggok dilantai kemudian bergegas keluar kamar. Ketika membuka kamar didapatinya Vivian dan Jordan disana, dengan wajah yang nampak.... khawatir?
Malu tentu saja, Membuat semburat merah tipis diwajahnya, meskipun ini bukan yang pertama kali kemunculan mereka di pagi hari setelah ia melakukan percintaan. Entah lah sekarang tiba-tiba tercipta rasa canggung dan malu. Namun segera ia memasang wajah dingin menutupi rasa itu.
Sebelum beranjak ia berucap pada Vivian "jangan bangunkan dia, biarkan bangun sendiri"
Theo melangkah menjauhi kamar itu kembali ke peraduannya.
...***...
Matahari mulai tinggi, tempat tidur itu nampak bergerak. Ana menggeliatkan tubuhnya yang retak seribu, sungguh terasa ngilu. Badan yang tak tertutup selimut terasa dingin karena langsung terkena hawa dari pendingin ruangan, membuat ana menarik selimut tebal hingga menutupi sebagian wajahnya. Matanya mengerjap perlahan, berusaha mengumpulkan kesadaran. Perlahan Ana menegakan tubuhnya untuk duduk bersandar sambil menahan selimut, terang saja membuat pusat tubuhnya nya nyeri.
"Ssshhhss...."
Tentu membuat ana ragu untuk bergerak, hati-hati Ia bangun, ketika ia menggerakan kaki ada sesuatu yang menempel di sana, langsung saja ia menyibakan selimut, membuat benda yang menempel itu berbunyi.
Nampak sebuah gelang kaki terpasang disana, dan akan berbunyi ketika ada pergerakan. Disentuhnya benda itu, seingatnya ia tak pernah punya sebelumnya.
"Siapa yang memasangkan ini....?"
"Entahlah... sekarang Aku harus ke kamar mandi"
Ana berjalan tertatih, sambil berjalan ia melihat jam yang telah menunjukan hampir tengah hari.
"Ya Tuhan.... Ini sudah siang hari..."
Setelah berendam air hangat, ana menyelesaikan urusannya, hingga masuk kedalam walk in closet untuk berpakaian. Ana menatap pantulan dirinya di cermin besar itu, nampak jejak-jejak kemerahan cukup banyak di tubuhnya.
"Bagaimana ini, harus ku tutupi dengan apa merah-merah sebanyak ini?"
Tangan Ana meraba tanda merah tersebut, tidak hanya berada di tempat Yang akan tertutup baju, bagian tubuh yang nampak dari luar pun cukup banyak. Tiba-tiba ia teringat kejadian tadi malam, membuat wajahnya bersemu merah.
"Ya Tuhan...." Ia menutup kedua wajahnya, sungguh ia sudah menjadi seorang wanita sekarang.
Pikirannya bergulat cukup lama akhinya Ana memutuskan untuk memakai baju tertutup, berharap bisa menyembunyikannya.
Perutnya tiba-tiba bunyi minta diisi segera setelah selesai Ana keluar dari sana.
Ana kaget ketika disana sudah ada Vivian yang sedang meletakan makanan di meja balkon.
Karena mendengar pintu terbuka Vivian menyadari keberadaan ana,
"Selamat siang nona, maafkan saya masuk ketika nona berada di kamar mandi, saya membawa makan siang untuk nona...." Vivian tersenyum tanpa sengaja melihat bercak itu di tempat yang tak tertutupi, ia tersenyum.
Sadar apa yang dipandangin Vivian membuat Ana malu, buru-buru ia menutupi dengan rambut panjangnya.
"Ya bibi....tidak apa....lagi pula aku sudah sangat lapar terimakasih bibi..."
Melihat Ana melangkah perlahan, membuat Vivian gemas sendiri.
"Apa nona baik-baik saja? Jika nona sulit bergerak biar saya bawa masuk makannya..."
Kepala ana menggeleng kuat-kuat ia tersenyum malu.
"Tidak...tidak bibi aku tidak apa-apa, aku ingin makan di balkon saja"
"Baiklah kalau begitu, silahkan nona..." Vivian mempersilahkan Ana untuk duduk di kursi balkon. Ia bernafas lega melihat kondisi Ana yang nampak cukup baik-baik saja, itu tantunya tuannya tidak memaksakan kehendaknya pada ana.
Syukurlah nona baik-baik saja, semoga ini pertanda baik kedepannya....
...***...
Ditempat lain.
Sore harinya, Theo masih berada di kantor, ia baru tiba disana siang hari. Duduk di kursi kebesaran sambil memandang jendela Dari kejauhan. Senyum nya terus menerus menempel di wajah tampan itu, meskipun senyum tipis disana mengingat kegiatan semalam. Ada kebahagiaan baru dirasakan, entah apa, namun Theo menikmatinya.
Dengan mood yang bagus semua pekerjaan berjalan dengan baik. Hingga suara ketukan membuyarkan lamunannya.
Jordan masuk setelah menunduk hormat, ditangannya ia membawa berkas-berkas untuk di hantarkan kepada theo.
"Sir.... Ini laporan hasil breafing dengan tim marketing Minggu lalu" Jordan menyodorkan laporan tersebut.
"Yah.... Taruh saja, sudah kau cek kembali bukan? Aku hanya tinggal menandatanganinya saja..."
Kening Jordan mengerut.
Tumben sekali tuan tidak rewel seperti ini, tidak seperti biasanya...
Apa karena nona?
Buru-buru Theo menetralkan expresi wajahnya.
"Saya sudah memeriksanya berulang kali tuan..."
"Yasudah... Sini biar kuntanda tangani sekarang, jika tidak ada pekerjaan lagi, ayo kita kembali ke mansion...."
"Siap tuan...."
Drrrrt....
Drrttt.....
Theo mengambil ponsel nya, membaca nama yang tertera disana.
Cindy
...TBC...
hayooo Theo jangan ragu begitu....
de Ana yang gemes itu jangan disakitin ya.... 😭😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
dah mulai ada rasa cinta a si theo
2021-08-10
1
Npy
Pria selalu senang jadi yang pertama
Wanita terlalu mudah diketahui pertama kali or kesekian kali..
Giliran wanita mengetahui si pria pertama kali or celupan kesekian kali how?!! 💆♀💆♀
wanita dituntut pertama
pria bebasss
wanita meninggalkan bekas
pria free pass sana sini
antara adil : gak adil
2021-05-15
10