Pagi tadi Ana diperiksa kembali oleh dr Jasmin karena kram diperutnya tak kunjung reda.
Dr Jasmin sampai tersenyum geli mendengar penuturan Ana. Dan tentu di balas dengan wajah merona Ana.
"Berhubungan badan di usia kehamilan muda memang rentan, apa lagi durasi yang lama... Maka dari itu disarankan untuk tidak melakukannya dan jika ingin tetap melakukan, lakukanlah dalam waktu sebentar dan lembut dengan posisi yang nyaman bagi ibu"
Itu nasihat dari dr Jasmin bagi suami isteri tersebut.
Sungguh Ana malu. Namun tidak dengan Theo, wajahnya nampak datar yang sekuat tenaga ia tahan, seakan obrolan mereka hal yang lumrah.
"Namun keluhan mual muntah nyonya hari ini tidak muncul sama sekali ya? Perkembangan bagus kalau begitu...sering-sering ciptakan suasana nyaman bagi nyonya ya tuan...." Lanjut dr Jasmin.
Ana semakin menundukan wajahnya yang memerah, ia ingat ialah yang dengan tidak tahu malu nya memeluk lengan Theo.
Mati lah aku
Theo hanya menyunggingkan senyum tipis melihat respon Ana, seakan mengejeknya.
Hentikan jangan melihat ku terus...
Aaaaaaa.... Aku ingin masuk kedalam lubang saja...
"Sekarang istirahatlah nyonya, saya memberikan obat penguat kandungan dan perileks otot perut agar tidak kram lagi.... Nyonya boleh beraktifitas jika sudah sama sekali tidak ada kram lagi ya...., Saya permisi tuan dan nyonya.."
Setelah dr Jasmin keluar, hanya ada Theo dan Ana disana, Theo mendekat dan duduk di kasur.
"Minum obat dan istirahat... Malam ini aku tidak akan datang....."
Ana hanya mengangguk. Suasana benar-benar canggung diantara keduanya.
"Baik-baiklah.... Jaga janin itu dia milik ku..."
Theo bangkit keluar dari kamar itu meninggalkan rasa kecewa di hati Ana.
Tentu yang ia khawatirkan janin ini bukan?
Apa yang aku harapkan?
...***...
Sore harinya Ana meminta Vivian menemaninya ke halaman belakang, sudah lama sekali ia tak menatap bunga-bunga cantik itu, ia sungguh rindu.
Dengan langkah hati-hati Ana berjalan kesana, setiap langkah Ana tentu menimbulkan bunyi lonceng kecil. Dan sesampainya di halaman belakang langit sudah mulai berganti warna jingga, namun Ana semakin ingin duduk di rumah kaca tersebut.
"Bibi boleh ya sebentar lagi.... Aku ingin melihat matahari tenggelam dari sini, aku sudah lama sekali tak melihatnya..."
"Baiklah nona sebentar lgi saja ya... Tapi apa tidak apa jika saya permisi dulu ke dapur untuk memeriksa pekerjaan maid menyiapkan makan malam..."
Jangan heran, ana yang meminta Vivian untuk memanggilnya nona saja, ia enggan di panggil Nyonya karena merasa sudah tua.... Hehhehe
Kembali pada Ana, Vivian telah keluar dari rumah kaca itu, meninggalkan Ana sendirian disana.
Ana sungguh merindukan suasana teduh dan sejuk disana, setelah lelah berkeliling, Ana duduk di kursi tinggi dekat ke jendela.
Ia menatap sekitar meskipun rumah kaca ini berada di halaman belakang mansion, tapi telaknya di pertengahan, hingga aktivitas di luar mansion bisa nampak.
Hari semakin larut, langit mulai gelap, Ana menyalakan lampu kecil disana. Ia melihat ada lampu yang bergerak yang tak lain dari mobil yang di tumpangi Theo.
Ah Theo sudah kembali
Entah mengapa Ana malah bersemangat melihat Theo turun dari mobil, namun mengapa sopirnya membuka pintu satunya lagi?
Dengan siapa Theo datang?
Deg.
Nampaklah seorang wanita bergelayut manja di lengan suaminya itu, mereka nampak serasi, keduanya begitu rupawan. Sambil melangkah wanita cantik itu mencium pipi Theo.
Membuat langkah Ana yang sedari tadi ingin menghampiri mundur selangkah kebelakang.
Tangannya berpegangan pada meja disamping.
Ana masih melihat kepergian mereka kedalam mansion, hatinya bergemuruh, ia tak mengerti apa yang ia rasakan.
"Nona....."
Sontak Ana terkejut ketika Vivian datang.
"Ah ya bibi....."
"Anda tidak apa-apa nona?"
"Ya bibi aku tidak apa-apa...."
"Mari nona kita ke kamar sekarang... Sudah malam... Apa nona ingin makan di ruang makan?"
Ana teringat jika ada Theo dan wanita itu, sungguh ia tidak ingin bertemu keduanya.
"Aaa...aah... Tidak bibi dikamar saja, aku rasanya sedikit lelah...."
Mereka segera beranjak masuk kedalam mansion dan menuju kamar Ana, tanpa disangka Ana harus bersinggungan dengan kedua orang yang ingin ia hindari sedari tadi.
Ana menghentikan langkahnya ketika mereka berpapasan.
"Selamat malam tuan dan Nona..." Ucap Vivian kepada keduanya.
Ana hanya ikut menundukan badan dan memaksakan senyum.
"Ah selamat malam bibi...." Balas wanita disebelah Theo, ya dia Cindy kekasih Theo. Sudah bukan rahasia lagi jika mereka pasangan yang serasi.
Cindy menatap heran wanita yang ada di samping Vivian.
Namun Theo menatap tajam keduanya.
"Ah siapa dia sayang.... apa dia sepupu yang kau ceritakan kemarin???" Tanya wanita cantik itu. Ana seakan membandingkan dirinya, nampak jelas tubuh tinggi semampai bak seorang model, rambut indah dengan balutan dress dan perhiasan yang mewah, membuat ana insecure dibuatnya.
"Ah ya... Nona selamat malam..." Jawab Ana.
"oh hai..... Senang bertemu dengan mu, kau bisa memanggilku Cindy, kita bisa berteman bukan??? Kau begitu cantik...." Cindy menyodorkan tangannya.
Tidak ada jawaban apa pun dari Theo, ia memutuskan pandangannya dan menghela Cindy untuk melangkah ke ruang makan.
"Ayo aku sudah lapar..."
Keduanya melangkah meninggalkan ana yang masih termenung disana, refleks ia mengusap perut sambil tersenyum miris.
Ana melangkahkan kakinya menuju kamar dengan hati kecewa.
Apa yang membuatnya kecewa?
Entahlah....
Setelah makan malam seorang diri, ana membersihkan badannya untuk bersiap tidur, ia melangkahkan kakinya ke balkon guna melihat langit malam, rasanya ia enggan sekali untuk masuk kedalam kamar, cuaca yang sejuk dan langit malam yang menampakan bulan menambah rasa nyaman disana, tak lama Vivian datang dengan nampan berisi susu hamil dan pithcer air minum.
"Taruh saja disana bibi..sebentar lgi akan ku minum...bibi boleh beristirahat sekarang, terimakasih bibi...."
"Baiklah nona... Selamat malam...."
Vivian sudah keluar dari kamar itu, Ana yang masih asyik duduk di kursi balkon terusik dengan suara dari bawah sana. Ia bangkit dan berjalan mendekati pagar.
Matanya membola, mulutnya terbuka ditutup dengan tangannya.
Ia melihat pemandangan yang sungguh membuat hatinya sakit.
...***...
Setelah makan malam, Theo dan Cindy menghabiskan waktunya nya di meja bar luar dekat kolam renang, mereka asyik duduk dan bercengkrama dengan mesra. Namun tentu hanya Cindy saja yang merasa hal tersebut, Theo malah asyik dengan ponsel di tangannya, sesekali ia menyesap wine.
"Sayang.... Apa kau tidak merindukan ku??? Aku sudah mengalah membatalkan makan malam romantis kita dengan makan malam disini..."
Theo tak bergeming, ia hanya berdehem sebagai jawaban.
"Hhmmm..."
"Ayolah... Aku sudah berdandan cantik untukmu... Apa kau tidak merindukan pelukanku ku...." Rayu Cindy dengan tak tahu malu, Cindy menarik theo agar mereka duduk di sofa.
Cindy duduk dipangkuan Theo menyamping kemudian tangannya dileher Theo, Cindy mencium Theo dengan begitu berhasrat. Tentu saja membuat Theo menginginkanya juga,
Siapa juga yang bisa menolak bukan??
Ditambah malam ini ia tak bisa menyentuh wanita itu. Cindy senang bukan main ketika Theo membalas ciumannya dan ikut berperan aktif sela-sela kegiatan mereka.
"Ku rasa kita harus melanjutkannya kamar sayang...." Bisik Cindy dengan sensual. Mereka masuk meninggalkan sepasang mata yang sedari tadi menyaksikan dengan hati yang hancur.
"Mengapa kau tak pernah membawaku ke kamar mu lagi?" Rengek Cindy setelah mereka sampai dikamar tamu.
"Jika aku tidak mabuk saat itu, tidak akan pernah membawamu masuk ke dalam kamarku..."
"Baiklah.... Baiklah sayang aku tak perduli dimana pun, yang jelas kamu yang aku inginkan sekarang...."
Keduanya larut dalam gairah yang menggebu, mereka berhenti setelah kepuasaan itu mereka rasakan.
Berbanding terbalik dengan wanita yang sudah larut dalam tangisnya di balik selimut, ia memeluk dirinya sendiri hingga terlelap.
Tak ada yang tahu ketika waktu menunjukan tengah malam seseorang masuk kedalam kamar temaram itu, nampak Ana meringkuk memeluk perut dengan sisa air mata diwajahnya.
Tangannya terulur membelai rambut almond itu, menyisipkan helaiannya ke belakang telinga.
Cup
Entah sadar atau tidak Theo mengecup dahi Ana, tentunya tanpa disadari pemiliknya.
...TBC ...
Ih Theo ma gitu.... Main cium-cium aja... 🤭🤭🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🔵⏤͟͟͞𝐑𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🔰π¹¹™𒈒⃟ʟʙᴄ❤
😢😢😢
2021-09-30
1
Bidari Maulida
sakit ♥️ku Thor
2021-08-28
2
Dewi CHabiee
hati ku kok sakittt ya
2021-08-25
1