Malam hari
Ana merebahkan dirinya di sofa ia baru saja selesai makan malam. Ya sekarang infusnya sudah dilepas, mual itu kadang muncul tiba-tiba, tapi tubuhnya sudah lebih baik.
Ana termenung menatap keluar jendela Ingatannya kembali pada kejadian siang tadi.
Sekarang ia tak sendiri, diperutnya ada kehidupan, separuh dirinya dan pria itu.
Ketika dr Jasmin mengatakan bahwa ada janin yang sedang bersemayam dirahimnya ada perasaan yang menggelitik dihati, seketika ia mengelus perut yang masih datar itu dengan perasaan membuncah haru.
Ada perasaan tak percaya dan bahagia, mengingat ia sekarang hidup sendiri, setidaknya sekarang mempunyai penyemangat diri.
Apa kabar ayahnya yang entah dimana.
Ingin sekali Ana bertemu dengan nya dan aunty Edna, juga berkabar dengan Ivan. Ia sangat rindu dengan kehidupannya. Cita-cita yang sedari ia impikan harus lenyap dan sekarang tergantikan dengan adanya kehidupan lain di tubuhnya.
Anaknya?
Bolehkah ana serakah dan mengklaim bahwa darah dagingnya adalah miliknya?
Tentu tidak bukan?
Sudah ada perjanjian dirinya dengan pria itu, pria yang menjadi suami sekaligus pemilik tunggal anaknya kelak.
Seketika hatinya mencelos mengingat perjanjian itu, seakan-akan anak nya lahir sebagai alat penebus dosa kedua orang tuanya.
Sanggupkah ia melepas nya nanti?
Air matanya kini sudah menganak sungai, Ana menangis tersedu-sedu biarlah.....
hingga kelelahan dan terlelap.
Tak lama seseorang masuk kedalam kamar. Mendengar decitan pintu jeruji menarik Ana dari tidurnya. Seketika ia terbangun duduk melihat siapa yang datang.
Theo
Pria itu mendekat, ia duduk di kasur berhadapan.
"Kau sudah tahu bukan, sekarang kau hamil?"
"Ya tuan..." Jawab ana pelan.
"Baguslah....jaga baik-baik dia milik ku..."
Hati Ana mencelos mendengar kalimat itu.
Hening, tiba-tiba suasana menjadi canggung.
Theo menatap Ana dengan tatapan lapar. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Hei kau kemari lah...." Perintah Theo dengan senyum smrik nya.
Ana mendongakkan kepala menatap wajah tampan itu, dengan lengan kemeja yang sudah digulung sesiku, rambut yang sedikit berantakan membuat keindahan yang nyata.
"Aa..ah yah tuan...."
"Ckkk...kemarilah....." Theo menepuk-nepuk pahanya. Tentu membuat Ana gugup minta ampun, namun tatapan tajam itu membuat ia menyerah, mau tidak mau ia mendekat hingga jaraknya tinggal selangkah Theo menarik Ana yang langsung duduk di pangkuannya.
Theo mengendus leher Ana menghirup wangi tubuh manis itu yang sudah beberapa hari tak ia hirup.
Perlakuannya itu membuat jantung Ana berlarian karena gugup dan takut, refleks membuat ia menahan kedua tangannya dibahu kekar itu.
"Beberapa hari ini kau bebas bukan? Apa kau merindukan sentuhan ini?" Tanya Theo sambil l mengeratkan pelukannya.Tentu membuat Ana salah tingkah, ia enggan menatap tatapan itu.
"Apa kau mau keluar dari kamar ini?" Tanya Theo sambil menciuman pipi ana. Ana terdiam sesungguhnya ia menginginkan hal tersebut, namun ia tahu Theo bukan orang yang berbaik hati menawarkan kebebasan.
Theo mendongak menatap kedua mata indah itu, tangannya merapikan rambut yang menjuntai kebelakang telinga.
"Jika malam ini kau bersikap baik, akan ku pertimbangkan, huh?" Theo menatapnya dengan sayu. Ana bingung bukan main, ia menggigit bibir bawahnya karena gugup, yang malah membuat Theo gemas semakin menginginkannya.
"Diam mu ku anggap iya..." Tak mau menunggu jawaban, dengan segera ia merebahkan diri di kasur, kemudian mengungkung tubuh mungil itu dengan hati-hati dan dilanjutkannya kegiatan menguras tenaganya itu.
Theo tak habis pikir mengapa ia begitu berhasrat pada tubuh rapuh ini, beberapa hari saja tak merengkuhnya membuat ia frustasi, maka dari itu ia akan membayarnya malam ini.
"Tu..tunggu tuan...."
Theo menatap tajam ana, ia geram harus menahan gejolaknya.
"Tuan.... Ba...bagaimana dengan janinnya...." Ana berisyarat dengan mengelus perutnya.
Sial... Aku melupakan itu.
Theo menggeram.
"Aku akan melakukan perlahan..."
Dan terjadilah malam yang panjang bagi sepasang suami isteri itu.
Kegiatan itu terhenti ketika Ana mengeluh keram pada perutnya, mau tak mau Theo mengalah. Ini bahkan sudah dini hari.
Apa pria itu masih juga belum puas??
Demi tuhan tubuh Ana sungguh kelelahan.
Ada apa dengan suaminya itu?
Setelah selesai Theo merengkuh Ana kedalam dekapannya dari belakang, punggung manis itu menempel erat di dadanya, sambil mengelus perut itu perlahan.
Entah sadar atau tidak mereka terdiam dalam pikirannya masing-masing, saling mendalami hati dan menikmati kedekatan yang terjalin.
Ana ingin sekali terbebas dari rengkuhan tersebut, ia tak boleh larut dalam manisnya sikap Theo yang memabukkan dan harus membentengi hatinya rapat-rapat.
Ya harus.
Hingga Ana mencoba melepaskan belitan tangan itu dari tubuhnya, namun dirasa percuma.
"Diamlah.... Kau merasakannya bukan? Harusnya kau berterima kasih karena aku melepaskanmu kali ini..."
Sontak membuat Ana diam. Elusan diperutnya terasa nyaman hingga keduanya tertidur.
Pagi harinya, Theo yang pertama kali terjaga, ia menatap kesamping, dilihatnya seorang wanita yang masih tidur lelap memeluk lengannya dan wajah wanita itu menempel di sana.
Manis.
Tangannya meraih rambut yang menutupi sebagian wajah cantik itu. Entah mengapa ia merasa tak terusik ketika di pagi hari Ana menempel padanya, tidak seperti sebelumnya Theo selalu risih bila ada wanita yang ketika bangun masih bergelayut manja dan masih satu tempat tidur dengannya.
Gerakan halus pada rambutnya membuat Ana terbangun, ia membuka mata nya heran melihat tangannya sekarang melingkar pada tangan seseorang, ana terhenyak ketika ia sadar bahwa lengan yang Ia peluk adalah milik Theo, buru-buru ia melepaskan belitan itu. Melihat gerakan tiba-tiba dari Ana membuay Theo menyunggingkan senyum lucu, namun ia menahannya.
"Bagaimana? Nyenyak?"
Sontak Ana mendongakan wajah menatapnya, wajah Ana bersemu merah. Sungguh ia malu dan ia pun tak sadar jika semalam tubuhnya refleks memeluk lengan itu.
Oh no
"Ugggghh.... Kau membuat tangan ku sakit, semalaman kau membelitku seperti gurita...." Ucap Theo dengan suara dingin, namun berbanding terbalik dengan suasana hatinya nya senang, ia ingin terbahak namun segera ia tahan.
"Ma..maaf...." Ana menundukan wajahnya menjauh dari sana dengan gerakan tiba-tiba, Ana meringis merasakan perutnya terasa keram kembali, ia mengelus perutnya berharap nyeri itu hilang.
Ssshhhhsss....
Theo melihat Ana yang kesakitan, refleks menyibakan selimut dan meraba perut datar itu. Tentu saja membuat Ana kaget bukan kepalang karena membuat wajah Ana memerah, dan memalingkan wajahnya kearah lain.
"Apa masih sakit?" Tanya Theo datar.
"Ti...tidak tuan...." Bohong Ana karena ia sungguh malu ingin segera pria itu keluar dari sana. Dengan tangan yang masih mengelus perutnya, Theo menatap Ana. Namun Theo terkejut wajah Ana nampak meringis menahan nyeri dan ada keringat halus di dahinya.
Masih dengan sambil mengelus perut itu Theo berucap
"Istirahatlah... Aku akan memanggil Vivian untuk mu."
Theo beranjak memakai pakaiannya, begitu juga dengan Ana yang bersusah payah memakai piyama tidurnya
"Ckkck.. aku bilang istirahat..." Theo mendekat membantu Ana berpakaian dengan gerakan perlahan. Wajah Ana masih merah, membuat Theo menahan senyum itu makin kuat.
"Mulai hari ini, kau boleh keluar kamar lagi... "
Mata Ana berbinar memandang mata elang itu.
"Be..benarkah tuan?"
Theo hanya berdehem mengiyakan.
"Hmmm..."
Senyum manis itu tersungging di wajahnya. "Terimakasih tuan" ucap Ana dengan semangat seakan lupa dengan nyeri yang dirasakan ya.
"Namun jangan pernah coba-coba untuk melarikan diri lagi, kau ingat gelang kaki ini?" Theo menunjuk gelang yang berada di kaki Ana. "Ini adalah alat pelacak yang terhubung langsung pada ku, selangkah saja kau keluar dari mansion ini, anak buah ku akan langsung menangkapmu"
Ana hanya mengangguk, seakan yang Theo ucapkan bukan sebuah ancaman.
Lagi pula mau kemana Ana sekarang?
Toh akan sulit sekali bukan untuk ia melarikan diri.... Lagi..??
...TBC...
Wiiiih Uda mulai ada cenat cenut nih Ana dan Theo.... Suit suit... 💃💃💃💃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Npy
sepertinya cenat cenut kepala atas dan bawah wkwkwkwkwk 🤣🤭🤣🤭💆♀
2021-05-15
2