Pagi harinya di kamar itu, keduanya sudah terbangun, entah siapa yang terjaga terlebih dahulu. Namun keduanya enggan beranjak dari sana, saling mendekap, saling menghirup aroma tubuh satu sama lain. Seolah-oleh mereka berada dalam perasaan yang sama..
Yah... Siapa yang tahu bukan?
Wajah Ana masih menempel di dada telanjang Theo, mendengar degup jantung yang berirama membuatnya begitu nyaman, bau maskulin memabukkan yang sedari kemarin ia rindukan, Ana sama sekali enggan untuk bangun, seandainya ia boleh ia ingin mendekap tubuh ini selalu.
Bolehkah ia serakah sekarang?
Namun ingatannya kembali pada beberapa hari yang lalu, saat tak sengaja ia melihat acara televisi yang menayangkan acara penghargaan tersebut, tentu Theo lah yang menjadi bintang di hari itu, Ana begitu bangga melihat nya, ayah dari bayi nya begitu hebat dan gemilang. Namun senyuman itu pudar ketika melihat siapa yang mendampinginya. Ana tersadar, ia bukan siapa-siapa bagi pria yang mendekapan nya ini.
Seakan kembali kenyataan, buru-buru Ana melepaskan tangan yang membelit tubuhnya dengan perlahan, ia tak mau larut dalam angan-angannya itu.
Theo yang sedari tadi menikmati dekapan mereka sambil menutup mata, langsung membuka mata karena terusik dengan pergerakan Ana. Alisnya terangkat sebelah, ia menatap heran.
"Apa yang kau lakukan..." Tanya Theo dengan tidak suka, seakan Ana menganggu kesenangannya.
"Yah?... A..aku ingin ke kamar mandi tuan...." Kilah Ana.
"Kau menganggu saja...." Jawab Theo dengan ketus.
"Maaf..." Ana menunduk sambil mendudukan diri kemudian beranjak bangun.
Theo risih melihat Ana yang sedari tadi tertatih memapah dirinya dengan infus disana.
"Cckkcckk... Menyusahkan.." Theo bangkit, Theo langsung saja membopong Ana dalam gendongan,
ucapan dan perilakunya berkebalikan ya?
"Pegang kantong infusnya dengan satu tangan, tangan satu lagi lilitkan di leher ku...." perintah Theo dengan wajah datar.
Perlakuan itu membuat wajah Ana bersemu merah,
Ia begitu manis jika sedang malu seperti ini.
Sesampainya di kamar mandi Theo meletakan Ana di atas closet.
Sesaat Theo akan menyibakan gaun tidur nya, Ana menahan pergelangan tangan Theo..
"A....aaku bisa sendiri tuan...."
Theo menepis tangan Ana yang mencekalnya.
Hei apa yang kau lakukan...
Hentikan....aaaaaa....Aku kan Malu....
"Diamlah...., Bagaimana kau bisa melakukannya sendiri sedangkan hanya satu tangan mu yang terbebas...." Lanjut Theo sambil menyibakan gaun dan dalaman Ana.
Sungguh wajah Ana sudah memerah sepenuhnya, ia memalingkan wajahnya kesamping.
"Lakukanlah... Panggil aku jika kau sudah selesai...."
Theo melangkah keluar sambil tersenyum tipis disana tanpa Ana sadari.
Setelah memastikan Theo keluar Ana buru-buru menyelesaikan urusannya, ia berjalan mendekati wastafel, menatap pantulan dirinya.
"Aaaa.... Apa yang dia lakukan sih...?"
"Lebih baik dia dingin dan galak saja, dari pada manis seperti ini...." Ana menutup wajahnya dengan tangannya.
"Suatu saat kau akan membuang ku bukan? Mengapa membuat ku seperti ini sih....hu..hu...hu.... Hati jangan kau berkhianat ok... Kau milik ku.. bukan pria itu...." Ana berucap pada dirinya sambil mencak-mencak sendiri.
Merasa Ana lama di dalam sana Theo berjalan mendekat, Theo mendengar suara Ana tapi sayang tak terdengar jelas.
"Hei...apa yang kau lakukan didalam sana, kenapa lama sekali...."
Tak menunggu jawaban Theo membuka pintu itu, membuat Ana kaget, wajahnya begitu lucu di mata Theo, Theo ingin sekali tertawa terbahak namun ia tahan sekuat tenaga, Ia berdehem guna menetralkan wajahnya.
"Kau belum gila kan? Bicara sendiri dari tadi....." Theo mendekat, ketika akan meraihnya Ana mundur selangkah.
"Tuan... Aku bisa sendiri sungguh, aku sudah sehat...." Rayu Ana.
Lagi pula aku itu hamil bukan sakit....
"Ckckc... Kau itu berjalan seperti siput... Cepatlah karena aku harus berangkat kerja...kau ini...." Tanpa banyak bicara lagi Ana di gendong Theo untuk didudukan d kasur.
Kenapa menungguku coba...
Biasanya juga pergi sesuka hati...
Melihat Ana melamun sambil memajukan bibirnya, membuat Theo geli sendiri.
"Apa yang kau pikirkan...ccckkkkcck beraninya kau mengatai ku...."
Sontak Ana tergagap sambil mengibaskan kedua tangannya ia menggeleng. "Ti...tidak tuan... Mana saya berani...."
"Sudahlah sekarang kau istirahat... Aku berangkat dulu... Nanti Vivian akan kemari..."
Sambil menepuk-nepuk lembut kepala Ana. Membuat Ana bengong sendiri.
Siang nya Ana diperiksa kembali, dengan segala upaya nya ia merayu dr Jasmin untuk melepas infus tersebut. Tentu dr Jasmin tidak mengizinkan nya, namun siapa yang bisa melawan tatapan memelas dari wanita yang masih belia itu.
"Ayolah dok... Aku sudah tidak mual lagi, aku bahkan menghabiskan makan pagi dan siang ku... Benarkan bibi...." Ana melirik Vivian yang sedari tadi tersenyum geli memperhatikan keduanya.
Dr Jasmin menghembuskan nafas, dengan terpaksa mengiyakan permintaan pasiennya ini,
"Baiklah nyonya, tapi anda harus berjanji makan teratur dan minum yang cukup...jangan lupa dengan vitamin dan susu ibu hamil.... Tentu nyonya tahu bukan jika tuan akan marah jika nyonya pingsan lagi....."
Buru-buru ana mengangguk dengan mata berbinar, ia sungguh bersemangat seakan lupa dengan rasa lemas yg dirasakan beberapa hari kemarin.
"Lagi pula ada bibi yang akan menjaga ku.... Iya kan bi....." Tanya Ana sambil menoleh ke arah Vivian mengharapkan pembelaan. Vivian kemudian mengangguk dan tersenyum.
"Ok kalau begitu, nanti ada suster yang akan membuka infusnya ya nyonya.... Lagi pula nyonya sudah semangat sekali ya...." ucap dr Jasmin sambil tersenyum.
Begitu ajaibnya mood ibu hamil ini
"Tentu saja dokter, aku sudah ingin keluar kamar.... Hehhehe....." Ana tersenyum secerah matahari.
Dr Jasmin memandang nyonya Willenberg dihadapannya itu begitu polos, hatinya tersentuh melihat gadis belia di hadapnya hidup terkurung hingga harus hamil seorang diri. Tentu dr Jasmin tidak buta melihat kamar Ana yang dilapisi jeruji, bahkan pernikahan mereka tak pernah terekspose media menjadi tanda tanya besar bagi dirinya.
Dan lebih parahnya Theo selalu bersama kekasihnya di setiap acara.
Apa yang terjadinya pada mereka?
Dr Jasmin bukan orang asing bagi keluarga Theo, keluarganya selalu menjadi dokter pribadi keluarga Willenberg, seakan-akan sudah menjadi turun temurun, dan dr Jasmin Juga merupakan adik Brian, sahabat Theo.
Usianya yang terbilang muda sudah menjadi dr spesialis karena kepintaran nya, bahkan keluarganya pun memiliki rumah sakit sendiri di bawah naungan nama Wilenberg tentunya.
"Kalau begitu...saya pamit ya nyonya...."
Sore harinya, setelah Ana terbebas dari infus, Ana segera keluar kamar menuju taman belakang, tentu saja ia akan datang ke rumah kaca, setelah tadi ia pergi ke perpustakaan untuk mengambil sebuah buku disana.
Ana segera mendudukan diri nya di sofa, hari memang cenderung panas tapi tidak dengan rumah kaca itu, mungkin sirkulasi udara yang baik disana selalu menyajikan udara yang sejuk.
Entah saking nyamannya mata Ana memberat disela-sela ia membaca buku.
Setelah mengantar Ana ke rumah kaca Vivian ke dapur untuk meminta maid membawakan teh hangat juga cemilan untuk Ana.
Vivian dan seorang maid dibelakangnya membawa nampan berisikan makanan tersebut, mereka berpapasan dengan Theo yang baru saja masuk sehabis pulang kantor. Mereka berhenti dan mengangguk sopan menyapanya.
"Selamat sore tuan...."
"Hmmmm..." Theo menatap heran keduanya. Vivian langsung saja menjawab keheranan tuannya itu.
"Saya akan mengantarkan teh hangat untuk nona Ana tuan... Ia berada di rumah kaca...."
Dahi Theo berkerut.
"Mengapa ia sudah keluar kamar? Bukan kah masih sakit?"
"Tidak tuan... Nona sudah lebih baik dari kemarin, sudah bisa menghabiskan porsi makannya dengan baik, nona juga bersikeras meminta pada dr Jasmin untuk melepas infusnya...."
Theo langsung saja melangkahkan kakinya menuju rumah kaca tersebut. Dilihatnya Ana yang sedang merebahkan diri di sofa panjang itu sambil setengah duduk dan buku di tangannya, Theo berjalan mendekat, ia melihat Ana dengan mata yang sudah tepejam.
Melihat ana yang tertidur dalam posisi tidak nyaman, Theo mendekat ia segera menggendong Ana untuk memindahkannya ke kamar.
Vivian melihat pemandangan indah tersebut dengan tersenyum begitu pun dengan Jordan yang lalu mengikuti tuannya dalam jarak aman, tetapi tidak dengan maid yang membawa nampan disana, ia terheran melihat tuannya bersikap begitu manis.
Di malam hari, setelah Theo selesai dengan segala urusannya, ia melangkahkan kaki ke kamar Ana. Ia menatap wajah cantik itu, entah mengapa ia selalu nyenyak jika tidur sambil mendekapnya.
Tak menunggu lama Theo masuk kedalam selimut dan memposisikan dirinya sedekat mungkin, Theo merebahkan kepala ana di dadanya. Ia menciumi pucuk kepala yang berbau mawar itu.
Di alam mimpi Ana merasa ada seseorang yang sedang memeluknya dan itu terasa nyaman, ia membalas pelukan itu. Melihat Ana berespon Theo senang dibuatnya. Hingga keduanya larut dalam mimpi.
Tengah malam Ana terbangun tenggorokannya terasa kering, Ana terperanjat melihat siapa yang ia peluk sedari tadi.
Oh tuhan mengapa beruang ini ada disini sih, bikin kaget saja...
Tapi kalau dia tidur begitu tampan ya....
Aaaa.... Apa sih yang aku pikirkan....
Ana bermonolog pada dirinya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya. Ketika akan bangkit tangan nya dicekal oleh seseorang yang tak lain ulah Theo.
"Kau mau kemana?" Tanya Theo dengan suara serak khas bangun tidur.
Ana terkesiap, ia tergagap.
"A...aku.... Hanya ingin minum......."
"Hhhmmmmh...." Theo bangun dan beranjak turun dari tempat tidur. Ana menatap heran melihat Theo keluar dari kamar.
Mau kemana dia...
Ah biarlah mungkin dia akan kembali ke kamarnya...
Dasar aneh...
Tak lama Theo membawa botol air mineral dan sebuah gelas. Theo menyodorkan gelas yang sudah diisi air dari botol, ana dengan gelagapan menerimanya.
"Minum lah setelah itu tidur lagi..." Ucap Theo dengan suara yang serak, dengan mata berat Theo naik ke tempat tidur lagi, Ana hanya melongo dibuatnya.
Terdengar suara dengkuran halus disana bukti Theo sudah kembali ke alam mimpi.
...TBC...
...Hahahha papabay ngelindur cieeee.... 😂😂😂🥰🥰🥰🥰 Suami siaga bener........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Ryan gaming
baguuss
2021-07-31
1
Npy
Theo mengalami somnabulisme
bukan syndrome bawaan dari orok melainkan dadakan sebab dada yang mulai merasakan debaran asing., Jadi sinkronisasi antara ucapan, kepala atas-bawah juga tangan-kaki mulai tak seirama sejalan 🤣🤣 ditunggu ambyarrr Mas Bro 🤭🤭
2021-05-15
3