Part 13

Kenzi di sibukkan dengan beberapa berkas untuk masuk kuliah di luar negeri, Kenzi ingin menimba ilmu di negeri Paman Sam. Kampus universitas Harvard yang di idam-idamkan semenjak dirinya memasuki bangku sekolah SMA, merupakan kampus favoritnya Kenzi.

Sudah dari masuk SMA Kenzi sudah mempersiapkan semuanya, baik dengan belajar, dan kursus bahasa Inggris juga menjadi persiapannya untuk masuk universitas Harvard.

Tok! Tok!...... Suara pintu kamarnya di ketok-ketok oleh Bundanya.

"Kak, ini Bunda..." sapa Kania dari luar kamar.

"Iya Bunda, bentar Kaka bukain pintunya." sahutnya Kenzi dalam kamarnya. Kenzi mulai bangkit dari duduknya, berjalan pelan untuk membukakan pintu untuk sang Bunda.

"Kreetttt....., pintu kamarnya Kenzi buka pelan"

"Silahkan masuk Bunda...." Tutur Kenzi mempersilahkan sang bunda untuk masuk ke dalam. Lalu sang bunda menutup pintu kamarnya kembali.

"Kaka, lagi apa? kok tumben nggak main sama Adik-adik?" tanya Kania yang sudah duduk diatas tempat duduk yang tersedia di kamar putranya.

"Belajar Bun, kan bentar lagi test penerimaan mahasiswa baru di mulai Bun." jawabnya Kenzi duduk di bangku sebelah Bundanya.

"Apa Kaka jadi kuliah di Harvard?" tanya Bundanya untuk memastikan. Kania khawatir bila harus meninggalkan putranya seorang diri di negeri orang, ini baru pertama mereka terpisah kalau pun Kenzi jadi kuliah di negeri Paman Sam.

"Jadi Bun!" jawabnya Kenzi mantap.

"Apa tidak baik kuliah disini saja, dekat dengan rumah dan keluarga, Kak." Tutur Kania. Mata teduhnya memandang putra sulungnya dengan tatapan mengiba, berharap putranya berubah dengan pikirannya.

"Enggak Bun, Kaka ingin sukses seperti Daddy!" skak mat Kenzi. Kenzi sudah bertekad bulat ingin belajar, biar bisa pintar, pulang-pulang membawa kesuksesan.

Kania memilih diam, tidak melanjutkan pertanyaannya karena Kania tahu, putra sulungnya kalau punya kemauan pasti susah untuk di cegah.

"Kaka belajar yang rajin, biar cita-cita kaka tercapai, bisa sukses seperti impian Kaka!"

"Bunda keluar dulu!"

"Iya Bunda!"

🏓🏓🏓

Di taman belakang mereka berempat sedang bermain sepeda, ada pula yang bermain motor, maupun mobil yang khusus untuk anak-anak. Mereka sangat antusias, gelak tawa tercipta diantaranya, tidak memperdulikan tubuhnya bermandikan keringat yang membasahi tubuhnya, yang terpenting mereka bisa bermain bersama.

"Udah mainnya, ayo mandi udah sore mumpung Daddy belum pulang, entar kalau Daddy pulang belum mandi, pasti Daddy akan marah, ayo kak ajak Adik-adik Mandi dulu baru nanti main lagi." Tutur Kania panjang lebar untuk menasehati anak-anaknya. Sudah terbiasa anak-anak harus sudah rapi, sebelum Daddy mereka pulang.

"Ayo dik, kita mandi sebelum di marahin Daddy!" Ujar Kaka Kama mengajak saudara kembarnya, dan juga adik-adiknya untuk masuk ke dalam.

Tidak ada kata bantahan dari keempatnya, mereka akan selalu menuruti titah Bundanya, meskipun enggan untuk mandi tapi mereka tidak ingin Bundanya marah, atau membuatnya bersedih.

Cukup satu jam mereka mandi, sekarang keempatnya sudah wangi bau sabun baby dan bedak bayi. Kaka dan adik sudah duduk manis di ruang keluarga, mereka berempat sedang menonton televisi dengan beberapa camilan makanan yang ada di meja.

Tidak ada yang berkomentar, atau bersuara. Mereka sangat menikmati acara di layar televisi dengan serial kartun kesukaannya.

Tiga puluh menit matanya masih bening, satu jam kemudian mulutnya terus saja menguap, dan dua jam kemudian mereka berempat sudah tertidur di ruang telivisi, meskipun sedikit lasak tapi posisi tidurnya sama.

🏓🏓🏓

Pukul lima sore Yudha memasuki rumahnya, tidak ada teriakan anak-anak, dan tidak ada yang menyambutnya pulang. Berkali-kali celingak-celinguk mencari keberadaan orang rumah, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah ini, kecuali Taman belakang para pekerja di rumahnya.

Yudha langsung naik ke tangga untuk masuk ke dalam kamarnya, langkah gontai karena pekerjaan yang menyita waktu membuatnya harus pulang sedikit telat.

Cekkklllekkk, suara pintu kamar mandi terbuka dengan handuk menggulung atas kepalanya.

"Baru pulang Mas?" tanya Kania mengecup punggung tangan suaminya, dan membawa tas kerja suaminya di tempat biasanya.

"Iya Bun! di kantor banyak kerjaan." jawabnya Yudha memeluk tubuh sang istri, menghirup aroma wangi sabun mandi.

Setelah membersihkan tubuhnya, mereka berdua turun secara bersamaan dengan tangan yang saling menggenggam.

"Anak-anak mana Bun?" tanya Yudha yang sudah duduk di ruang tamu. Pandangan Yudha tidak berkedip menatap wajah sang istri, meskipun usianya tidak muda lagi tetapi rasa cintanya semakin subur.

"Anak-anak sedang nonton televisi di ruang keluarga, Mas!" jawabnya Kania mendudukkan tubuhnya di sebelah sang suami. Kania bergelayut manja di lengan sang suami, sesekali Kania memberikan kecupan kecil di pipinya Yudha.

Semakin hari isteri ku, semakin aneh saja tingkah lakunya, bukan seperti Kania yang di kenalnya

Mereka beranjak dari tempat duduknya untuk melihat anak-anaknya, kebetulan pintu kamarnya tidak di kunci, pemandangan dari luar membuat Yudha tersenyum tipis, Kania yang melihatnya juga sama terbitlah senyum tipis menyirami jiwa yang gersang.

🏓🏓🏓

Keesokan paginya di rumah kediaman Tommy Wijaya sedang ada keributan kecil, kedua anak kembarnya susah untuk di pakaikan seragam sekolah. Mereka berdua malah berlari-lari mengelilingi kamarnya, sesekali mereka tertawa cekikikan melihat ekspresi Mama Intan yang sedikit kesal.

"Kalau tidak mau ganti pakaian, Mama ke tempat adik saja, Kaka mah susah di bilangin." Tutur Kania pura-pura cemberut, bibirnya di buat mengerucut.

"Tidak mau sang Mama marah, keduanya langsung menubruk tubuh sang Mama memberikan kecupan manis di pipinya."

"Mama kalau malah tambah cantik." puji keduanya yang masih memeluk mamanya.

Sebenarnya Intan ingin marah, tetapi mendengar ucapan sang anak yang memuji dirinya, dan mengecup pipinya bertubi-tubi rasa marahnya langsung luntur tergantikan senyum tulus seorang ibu untuk anak-anaknya.

Setelah selesai memakaikan seragam keduanya, mereka bertiga turun bersama dengan tangan kecilnya menggenggam tangan kanan kiri sang Mama.

🏓🏓🏓

Di meja makan ada yang berbeda, Kaka Aira tidak ikut sarapan bersama di karenakan ada kegiatan pagi untuk pengurus OSIS di sekolahnya.

Mereka sarapan berempat, anak kembarnya mau makan sendiri meskipun sedikit belepotan, tetapi Intan membiarkan hitung-hitung belajar makan sendiri.

Tidak ada yang berbicara, mereka menikmati sarapannya sesekali mengacungkan jempol atas masakannya yang enak seperti restoran bintang Lima.

"Macakannya enak, Kaka dan adik cuka mah, ecok-ecok macakin Agi ya mah." ucap keduanya kompak. Mereka tertawa cekikikan melihat sang Mama dan papa bergantian, dengan senyuman menghiasi wajahnya yang berseri-seri.

"Iya sayang, apapun akan Mama Masakin asal kalian suka, dan mau makan sendiri." Tutur Intan mengelus lembut rambut sang putra bergantian.

🏓🏓🏓

Di sekolahnya Aira sedang mengikuti rapat OSIS, Kaka Aira di tunjuk sebagai sekretaris, dan Aira menyukai banyak kegiatan di sekolahnya.

Kecantikan Aira mampu memikat kaum Adam, meskipun masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tetapi pesonanya menjadi primadona di sekolahnya.

Postur tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang putih mulus, dan rambutnya sedikit pirang membuatnya kerap di juluki bule cantik.

Setiap kali di juluki bule cantik, bukan membuatnya marah, Aira sering kali membalasnya dengan senyuman, dan sesekali menggoda balik orang yang menjulukinya bule cantik.

Setelah acara berliburnya kemarin, Kenzi dan Aira sering bertukar pesan, notabenenya Kenzi yang otaknya diatas rata-rata membuat Aira tidak sungkan meminta bantuan kepada Kaka Kenzi bila ada pelajaran yang susah di pahami...

"Selamat pagi cantik, udah sarapan belum?" tanya Kenzi lewat pesan singkat di WhatsApp di tandai dengan emoticon berbentuk hati.

"Belum kak, tadi Aira bangun kesiangan lupa menyetel alarm bahwa pagi ini ada rapat OSIS." Jawabnya Aira dengan emoticon tertawa. Sebenarnya hatinya sedang berbunga-bunga mendapatkan perhatian kecil dari Kenzi, meskipun kedua orang tuanya bersahabat, mereka berdua baru akrab akhir-akhir ini.

"Jangan lupa sarapan ya cantik, nanti kalau sakit Kaka Kenzi yang sedih lho ." balasnya Kenzi menanggapi chatnya Aira, di tandai dengan emoticon menangis.

Aira tidak lagi membalas chat dari Kenzi, tetapi hatinya menghangat mendapatkan perhatian kecil dari Kaka jauhnya.

Lagi-lagi Aira sibuk dengan lamunan-nya, padahal berkali-kali di panggil teman-temannya, Aira senyum-senyum sendiri sembari mendekap ponselnya.

Terpopuler

Comments

Dhian Damayanthi Sutawijaya

Dhian Damayanthi Sutawijaya

lanjuut thor dan biarkan mereka ditakdirkan bersama

2021-05-07

0

Lusia

Lusia

kenapa diulang lagi

2021-05-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!