Kedekatan keduanya sudah berjalan satu minggu belakang ini, apabila ada Kenzi pasti akan ada Aira, mereka berdua bagai pinang dibelah dua, sungguh pasangan yang sangat romantis.
"Aira sayang lagi ngapain? Kenzi membolak-balik badannya, Kenzi mulai membuka obrolan dengan Aira lewat WhatsApp." tanyanya Kenzi di dalam kamarnya.
Satu menit hanya centang satu, lima menit kemudian juga baru centang satu, bahkan satu jam kemudian baru centang dua biru.
Aira baru saja naik ke kamarnya setelah makan malam bersama keluarganya, di ruang keluarga baru saja mereka satu keluarga menonton film-film ala-ala bioskop.
Setelahnya baru Aira naik ke kamarnya, langkah kakinya sedikit gontai karena rasa kantuknya susah untuk di lawan. Beberapa kali Aira sudah menguap, kedua matanya sampai berkaca-kaca, kantuknya semakin susah untuk di hilangkan.
Sampai di kamarnya Aira langsung merebahkan tubuhnya, tanpa cuci tangan, kaki, maupun muka. Matanya terpejam sejenak berharap kantuknya sedikit berkurang, tetapi nihil tiba-tiba kantuknya menyerang tanpa mau diajak kompromi.
Matanya terpejam tetapi tangannya masih saja bergeliya mencari keberadaan ponselnya, meraba-raba tempat tidur untuk menemukan ponselnya.
Menyipit matanya untuk melihat layar ponselnya, ternyata ada beberapa pesan WhatsApp, dan panggilan dari Kenzi.
*Sudah satu jam yang lalu
Ked*ua matanya Aira langsung membuka lebar, tertera nama Abang Kenzi. Sudah Aira anggap sebagai Kaka, teman yang baik untuk sebuah kata persahabatan.
Aira berbinar bahagia membaca pesan yang di kirim Abang Kenzi, hatinya membuncah bahagia seperti sedang mendapatkan undian berhadiah.
Dengan gerakan yang gesit, Aira membalas pesan dari abangnya, menyadarkan tubuhnya di dasboard tempat tidur.
"Lagi tiduran bang, maaf baru Aira balas." balasnya Aira. Aira langsung memencet tombol kirim, tidak butuh waktu lama pesannya langsung berubah warna biru centang dua.
Mereka berdua saling berbalas pesan, sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Akhirnya obrolan nya mereka skip sampai esok hari, karena keduanya Aira harus masuk sekolah.
************
Di kediaman nya, Kenzi sedang bersiul-siul sembari bersenandung ria menuruni anak tangga kamarnya, penampilan yang rapi membuat Kania bertanya-tanya dengan sikap putra sulungnya yang berubah akhir-akhir ini.
"Apa putranya sedang jatuh cinta?" berbagai pertanyaan hanya ada dalam pemikirannya, syah-syah saja putranya jatuh cinta toh Kenzi sudah lulus SMA."
"Pagi Bunda...." sapa Kenzi mengecup pipi kanan kiri Bundanya bergantian.
"Pagi dad...." sapa Kenzi
"Pagi Ama, Ila, Affa, Nuna." sapa Kenzi mengabsen nama adiknya satu persatu, sudah kebiasaan memanggil nama adiknya dengan nama tengah.
Setelah menyapa seluruh anggota keluarganya satu persatu di dalam meja makan, Kenzi menempati posisi duduknya yang berada di sebelah Daddy-nya.
Kenzi bukan anak yang manja lagi yang apa-apa harus diambilkan Bundanya, semenjak lulus sekolah Kenzi selalu berusaha untuk mandiri, walaupun terkadang Masih memerlukan bantuan Bundanya, itu tidak masalah yang terpenting dirinya berusaha melakukan pekerjaan sendiri.
"Kaka kenapa senyum-senyum sendiri, tadi Affa pelhatiin lho..." Tutur Kaffa dengan mulut yang penuh dengan makanan, saking penuhnya Kaffa tidak menyadari makanannya belepotan di sudut bibirnya.
"Hussstttt anak kecil nggak boleh tahu!" sahutnya Kenzi dengan jari telunjuknya di bibirnya.
"Telus Kaka kenapa senyum-senyum?" tanya Nuna dengan polosnya ikut menimpali percakapan saudara kembarnya, dan kakaknya Kenzi.
Kenzi diam saja tidak menjawab pertanyaan adik kecilnya yang sudah mulai cerewet dengan lingkungan sekitar, dan rasa ingin tahunya membumbung tinggi.
Tetapi beda halnya dengan dua bontotnya yang sudah mengerucut bibirnya, dan sudut bibirnya sudah mencebik. Lahar siap-siap untuk memuntahkan cairan mah-mahg, tetapi keduanya menahannya supaya tidak menangis di meja makan.
"Udah-udah adik maemnya di habiskan, itu lihat Kaka Ken mam nya sudah mau habis." Ujar Kania melerai pertanyaan anak-anak kepada kakaknya Ken.
Mendengar suara lembut Bundanya, keduanya sangat lahap menyantap makanan yang berada di depannya. Mereka melupakan sedikit tentang kakaknya, dan memilih kembali ke dunia anak-anak.
********
Aira baru saja menyelesaikan sarapan paginya dengan seluruh anggota keluarganya, mereka bertiga sudah siap dengan pakaian seragam sekolah lengkap, dan tas yang berada di punggung nya.
Pagi ini mereka bertiga akan berangkat ke sekolah diantar oleh supir pribadinya, sedangkan Papanya ada rapat mendadak yang membuatnya tidak bisa mengantarkan anak-anak ke sekolah.
"Mah, Kaka dan Adik-adik berangkat sekolah dulu." Ucap Aira berpamitan dengan sang Mama mencium punggung tangan mamanya bergantian dengan adik-adiknya.
"Iya sayang, Kaka sekolah yang rajin biar cepat lulus." sahutnya Intan. Intan tersenyum tipis untuk menggoda putrinya, tetapi yang tengah di goda tidak ngena di hatinya, Aira memilih cuek saja.
"Adik-adik jangan nakal, harus dengerin apa yang di ajarkan bapak atau ibu guru ya, ingat pesan Mama!" Tutur Intan menasehati dua anak kembarnya.
"Iya mah, kita ngerti!" jawabnya mereka berdua dengan kompak.
Setelah berpamitan dengan sang Mama, mereka beralih ke Papanya yang kebetulan sudah siap dengan setelan kantornya.
"Ayo berangkat ke buru siang, nanti malah macet di jalan!" Ucap Tom singkat.
"Ayo Papa!" anak kembarnya langsung mengandeng tangan papanya kanan kiri.
"Les't go !!!"
Setelah berpamitan dengan sang istri, dan putri kecilnya yang masih nyaman tidur di gendongan sang Mama.
Mereka keluar dari rumah berempat, Tom memilih mengemudikan mobilnya seorang diri. Sedang anak-anak di anar sama sopir nya, Intan memilih tidak mengantarnya di karenakan baby Kali masih sangat nyaman, takutnya terbangun dengan suara bising mobilnya.
******
Kenzi sedang tidak melakukan kegiatan apa-apa, Kenzi sedang menunggu pengumuman ke terima tidaknya kuliah di luar negeri. Harvard university adalah pilihannya, Kenzi ingin belajar menjadi seperti Daddy-nya, bisa mengembangkan perusahaan ke mancanegara, maupun domestik.
Kenzi terus saja memandangi layar ponselnya, disana tertera foto profil Aira yang sudah Kenzi diam-diam, bidikan kamera yang bagus membuatnya senyum bahagia, ternyata calon masa depannya makin cantik.
"Ingin cepat-cepat meminang mu dengan bacaan bismillah!" batinnya Kenzi tersenyum penuh arti jatuh cinta.
Memikirkan membuatnya lelah dengan sendirinya, akhirnya Kenzi memilih mengistirahatkan otak nya supaya tidak gesrek dengan pola pemikiran yang kemana-mana, dan tidak menemukan jawabannya.
Suara adzan berkumandang bertanda waktu shalat ashar sudah dimulai, Kenzi mulai menggeliat kan tubuhnya, melirik sekilas suasana kamarnya yang nampak tempramen dengan cahaya lampu yang minim.
"*Tidur ku ternyata lama juga, pantas saja badan terasa segar kembali seperti mendapatkan jutaan vitamin.." gumamnya Kenzi memandangi atap kamarnya.
"Tumben Bunda tidak membangunkan ku?" gumamnya untuk mengumpulkan nyawanya kembali.
"Akhir-akhir ini sepertinya Ken bahagia, bobok pun seperti plog tidak ada beban berat!" Semoga selamanya seperti ini*!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Allyssa Armadea
lanjut thorrr
2021-05-16
0
Dhian Damayanthi Sutawijaya
lnajuuuut
2021-05-16
0