Happy Reading ...
Setelah perdebatan yang berakhir dengan Cintya, Dewa sama sekali tak dapat melakukan pekerjaannya dengan benar.
Dewa benar-benar menjadi orang yang menyebalkan pagi itu. ia lebih banyak tertawa dan semakin terbahak saat berhasil membuat bibir pink alami itu mengerucut.
"Cil! Panggil Dewa tanpa mengalihkan pandangannya dari arah benda kotak bercahaya itu.
"Hem.." Cintya yang masih kesal hanya menanggapi dengan deheman. gadis itu nampak duduk malas di meja kerjanya karena Dewa memang tak memberinya pekerjaan apapun sejak pagi kecuali membuatnya kesal.
"Lu tengok deh ke dinding." Titahnya dengan gestur yang sama.
"Ogah!"
"Ke hp lu deh!" buru-buru Cintya mengambil benda pipih keluaran terbaru itu. siapa tau memang ada yang penting.
"Apaan sih? iseng deh!" makin panjang saja bibir si cantik itu.
"Lu tau kan ini jam berapa?" Cintya tak bergeming. ia justru tengah asik berselancar di sosial medianya.
"Cil!" panggilnya lagi.
"Paan sih Om!" Dengan kesal Cintya menaruh gawainya kembali.
"Lu kesini mau kerja apa nge-game sih?" Dewa beralih menatap gadis cantik yang sedang menatap kesal ke arahnya.
"Yang gak ngasih kerjaan siapa? kok malah kebalik yang marah-marah."
"Kata gue juga apa? lu gak perlu ngerjain apa-apa. cukup nenenin gue!" Kembali di pria mesum berulah.
"Stop! gak usah di lanjutin!" Seru Cintya dengan pelototan di kedua netranya.
"Yee.. si bocil, lu mikir mesum ya? ckk" dengan muka di buat polos Dewa berdecak membuat di gadis semakin menajamkan pelototannya.
"Bikinin gue minum cil! haus nih gue."
"Nooh air kran banyak!" Sambil nunjuk ke arah wastafel Cintya tak begitu saja menuruti perintah orang yang baru saja berstatus menjadi bosnya.
"Heh bocah! lu kira gue kucing apa?udah sono lu bikinin gue kopi." Titah sang bos.
Dengan menghentakakan kaki Cintya tak urung menuruti titah sang bos yang membuatnya gondok sejak pagi.
Tek..Tek..tek...
Sekian menit berlalu, namun Cintya belum menampakkan batang hidungnya. seketika kekhawatiran melanda hati yang biasanya tak mengkhawatirkan orang lain itu.
"Ini bocah kemana sih, bikin kopi aja lama bener." gerutunya sambil terus membolak-balikkan kertas yang di pegangnya.
Baru saja Dewa memikirkannya, si penguasa fikiran Dewa pun datang dengan nampan kecil di tangannya. tapi bukan kopi panas seperti yang ia pesan, tapi kopi dingin instan yang ia beli di kantin.
"Bawa apaan lu? Kopi gue mana?" Dengan bingung Dewa memperhatikan Cintya menaruh dua botol kopi instan di depannya.
"Nih kopi, emang Om liatiannya apaan?" dengan tanpa dosanya Cintya menjawab. sengaja untuk membalas perlakuan Dewa yang mempermainkannya sejak pagi.
"Heh bocil, gue tadi minta kopi panas, bukan kopi botolan kayak gini. bangkang amat sih kamu jadi calon bini." kesel Dewa sambil meraih gagang telpon untuk menelpon bagian pantri.
"Masih Calon belum jadi, jadi belum jadi kewajiban Tya buat bikinin kopi buat om. lagian Cintya di sini buat kerja bukan buat jadi pembokat." bibir tipis itu kembali nyerocos tanpa jeda.
"Nah itu emang kerjaan elu."
"Apa? maksud Om, Cintya kerja jadi OB? gadis itu kembali menyalak.
"OG cil... OG... Office Girl." Dewa kembali melancarkan serangannya membuat di bocil menggerutu adalah hobinya saat ini.
"Rugi dong Cintya Kuliah empat tahun kalau ujung-ujungnya cuma jadi kang Kopi."
"Sementara doang cil, habis itu kan elu cuma ongkang-ongkang kaki doang di rumah sambil ngangkang." si setan mesum kembali merasuki.
"Ya Tuhan mulutnya! kagak ada filternya sama sekali. rusak apa ya?"
"Apa lu bilang? rusak? apanya yang rusak?"
"Akhlak Om yang rusak." Sambil menyambar minuman kopi yang ia beli, kembali Cintya duduk di Sofa tempatnya sejak pagi.
"Om!"
"Hmm"
Setelah sekian menit tak ada suara dari bibir salah satunya, dan Cintya yang sudah sangat suntuk kembali merengek.
"Yang jelas dong kerjaan Cintya apaan, bosen tau cuma duduk-duduk doang."
"Kagak ada cil, lu tinggal duduk manis anteng temenin gue, calon laki elu kerja di sini. lu udah dapet gaji. kurang enak apa coba hidup elu." tanpa mengalihkan pandangannya.
"Lagian elu itu udah masuk jebakan eyang. jadi elu gak bisa keluar lagi dari sini." lanjutnya.
"Gak seru banget deh siang hari gue, jadi gue nyarinya malem aja kali ya" keluhnya tanpa sadar.
"Maksud lu?"
"Gak ada Om. Cintya cuma mau bilang enak banget gak kerja tapi dapet gaji." Cintya nyengir. hampir saja dia membuka rahasianya sendiri.
Hening!
Hening!
Drrt...
Gawai yang tadinya anteng di atas meja tiba-tiba bergetar menandakan adanya pesan masuk.
Segera Dewa meraih benda pipih tersebut dan membukanya. seketika matanya membulat. dan detik berikutnya mengernyit seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Cil, makan siang nanti temenin gue ya?" Pintanya
"Kemana?"
"Janjian ketemu mantan."
"Ogaaaah!"
"Kenapa?"
"Males banget jadi obat nyamuk. pasti kalian nanti mau pamer mesum di depan mata Cintya." cibir si cerewet.
"Enggak cil, janji makan siang doang. habis itu balik ke kantor." Dewa tak begitu saja menerima penolakan Cintya.
"Tapi ada syaratnya?" sepertinya Cintya tak begitu saja mengiyakan perintah si bos tanpa ada keuntungan bisa yang di dapatnya.
"Paan?" Dewa beralih menatap Cintya.
"Pinjemin duit buat belanja. hari ini kan Cintya gajian" sambil nenaik turunkan alisnya gadis itu mengajukan tawaran.
"Gajian apaan, dua hari kerja minta gajian. bikin kopi aja gak bener lu" Dewa mencibir sambil meraih cangkir kopinya yang mulai mendingin lalu meminumnya.
"Yang bilang Cintya gak perlu kerja tapi dapat gaji siapa? sekarang yang lupa siapa?" Gadis itu balik mencibir.
"Elu mah pinter banget jebak gue." Dewa berdecih.
"Gimana?" Cintya kembali memberikan penawaran.
"Serah lu!" Tak banyak berkata yang artinya Dewa menyetujui syarat Cintya. dan gadis itu pun tersenyum penuh arti. entah apa yang ada di dalam fikiran si pembuat onar itu. tak ada yang tau kecuali dirinya dan authornya.
***
Janji makan siang masih dua jam lagi, namun gadis itu nampaknya mulai lelah. terlihat dari sikap duduknya yang berkali-kali merubah posisi.
Dewa nampak serius dengan pekerjaannya hingga ia lupa jika di ruangan itu tak hanya dirinya yang bernafas namun ada orang lain yang saat ini sedang kebosanan.
Dilirikny sebentar meja kerja Cintya yang tampak tenang. dan pemandangan di depannya cukup untuk membuat Dewa geleng-grleng kepala.
Cintya tidur dengan posisi menaruh kepalanya di atas meja kerja dan menutup wajahnya dengan majalah bisnis yang sesaat lalu ia bolak-balikkan.
Tak tega melihat posisi tidur gadis itu akhirnya Dewa berdiri dari tempat duduknya dan meraih Cintya dan memindahkan tubuh gadis itu ke tempat istirahat Dewa yang berada di ruang kerjanya.
***
Satu jam kemudian, satu lenguhan kecil terdengar, Cintya mengerjapkan matanya dan menyesuaikan pandangannya.
Bingung bercampur rasa takut Cintya mengedarkan pandangannya dan pandangan matanya jatuh pada sosok tinggi nan menawan sedang bersandar di depan pintu memperhatikan dirinya dalam balutan selimut.
"Aaaah!" Teriaknya memekakkan telinga.
***
Hayo para readers gak usah mikir aneh-aneh.
Jejaknya 💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Imas Maslahah
aku juga pengen jadi chintya nggak kerja tapi dapet gaji 😁😁
2023-11-28
1
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣koplakkkkkk...koplakkk
2022-02-04
1
Tieny Roesmiasih
klop bangeett... somplak am koplak ketemu...
🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-10
1