Happy Reading...
LEO masih memikirkan apa yang dilihatnya beberapa saat lalu saat ia menjemput cintya di bandara.
Angannya berkelana ke kejadian beberapa tahun yang lalu saat hari terakhir di kampus. hari dimana ia melihat sahabatnya untuk yang terakhir kali.
Flash back on.
Bugh...
Sebuah tinju mendarat dengan mulusnya di rahang kokoh seorang pria tampan berdarah jawa eropa.
"Damn!" Umpatnya seraya melayangkan tinju yang kedua.
Namun pemuda yang menjadi sasaran kemarahan itu tak melawan sedikitpun. Seolah dirinya dengan sengaja mengumpankan diri untuk menjadi tumbal kemarahan sahabatnya.
"Kenapa tak melawanku brengsek!" Makinya di tengah kemarahannya yang membuncah.
Leo memandang nyalang sahabatnya yang ia anggap telah menghianatinya. sedangkan yang di ajak bicara tak menjawab satu katapun. dengan sengaja membiarkan leo meluapkan amarahnya. bahkan wajah tampannya yang babak belur pun tak ia pedulikan sedikitpun.
Pemuda itu bangkit sambil mememegang perutnya yang menjadi sasaran empuk pukulan leo yang memang jago Taekwondo. ia berdiri sempoyongan sambil menyeka darah yang mengalir dari bibirnya yang pecah akibat pukulan yang bertubi-tubi.
Pemuda itu adalah Dewa. sahabat dari Leo sendiri. pertemanan mereka yang terjalin selama bertahun-tahun harus terputus hanya karena kesalah fahaman yang berasal dari seorang gadis di antara mereka.
"Seharusnya aku tau sejak awal jika kau juga menginginkannya." maki leo dan tetap saja Dewa tak menjawab. seperti semula, ia membiarkan leo meluapkan amarahnya.
Dewa tersenyum kecut. ia hanya tak menyangka bahwa sahabatnya sendiri menganggapnya brengsek seperti orang lain yang memandang Dewa sebagai playboy dan pematah hati perempuan.
"Jika kau sudah selesai, maka datanglah padaku. kita akan bicara sebagai lelaki." ucapnya terbata menahan sakit di dadanya akibat tendangan leo.
Dewa pergi meninggalkan Leo yang masih tersengal karena luapan emosi dan akibat tenaga yang di keluarkan untuk menghajar Dewa cukup menguras energinya.
"Jangan lari seperti banci Dewa! kau harus menjelaskannya padaku." Dewa tak bergeming. ia tetap meninggalkan leo dengan amarahnya.
Bukan takut atau tak mampu melawan Leo, karena nyatanya Dewa dan leo sama-sama seimbang dalam ilmu bela diri.
Dewa tak ingin hubungannya dengan leo semakin memburuk. mungkin setelah ia tenang, mereka akan dapat menyelesaikan kesalah fahaman di antara mereka.
Tapi tidak dengan leo, pembawaannya yang tenang dan cenderung dingin bisa berubah menjadi monster saat emosi menguasainya. berbeda dengan Dewa yang memang pemuda dengan pembawaan hangat bahkan cenderung selengean, dia tak mudah meluapkan emosi dengan kekerasan.
Leo yang tak mendapatkan apa yang di inginkannya, kembali mengeluarkan tinjunya ke rahang tegas Dewa hingga pemuda itu kembali tersungkur.
"Dewa!"
Suara lengkingan khas perempuan menyentak pendengaran leo. Lilian datang dan berteriak histeris melihat keadaan Dewa yang begitu tragis.
"Dewa.. bangun wa! aku mohon." teriak Lilian sambil memangku kepala Dewa yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.
"Lilian.. uhuk!" Dewa tersenyum samar sebelum akhirnya ia benar-benar tak sadarkan diri.
"Dewa!" Lilian menjerit histeris hingga mendatangkan sebagian penghuni kampus yang ada di taman belakang tempat dimana perkelahian itu terjadi.
Leo membeku di tempatnya menyaksikan sahabat perempuan yang ia tau sangat menyukainya sedang menagis melihat sahabat pria yang baru saja ia hajar.
Akhirnya Dewa di bawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan karena luka yang di derita cukup parah.
Lilian berdiri dan berjalan menghampiri leo yang masih mematung.
Senyuman indah yang selalu menghias wajah cantiknya, tiba-tiba lenyap dan berganti dengan senyum hambar.
Lilian memandang leo penuh arti. mata indah yang selalu berbinar memancar ribuan cinta kini meredup berganti tatapan penuh luka dan kecewa.
"Aku tak percaya kau bisa melakukan ini. aku kira aku salah mengambil keputusan. kau sudah membuktikan bahwa aku benar." lilian mundur dua langkah dan berbalik meninggalkan leo yang menatapnya nanar.
"Kenapa, kenapa lilian." leo berkata tanpa membalikkan tubuhnya yang masih memunggungi lilian.
Lilian menoleh hanya menoleh dan tidak membalikkan badan. "Seperti yang pernah aku ucapkan dulu bahwa aku lelah. aku lelah mengejar pria baik sepertimu yang bahkan tak pernah memandangku. kini biarkan aku memilih. sudah waktunya aku mengejar pria yang tak baik." Lilian melanjutkan langkahnya tanpa menengok lagi ke belakang. jauh di lubuk hatinya ia berharap leo akan mengejarnya dan memintanya untuk berhenti. tapi nyatanya leo tetaplah leo. pemuda apatis yang tak pernah peka dengan keadaan sekitarnya.
Leo berbalik hanya mampu memandang punggung lilian yang semakin menjauh dan hilang di balik rerimbunan tanaman.
Hatinya serasa di cabik. sakit. sebenarnya ia cukup sadar bahwa ia sendiri yang menggores luka di hatinya. tapi keegoisannya menolak bahwa ia memang salah.
Itulah terakhir kalinya Seorang leo bertemu dengan Dewa Herlambang sahabatnya. dan Lilian seorang gadis yang sangat mengharapkan cintanya.
Flash back of.
Malam ini Leo kembali membawa penyesalan tak berujung yang membuat penyesalannya semakin dalam.
Bayang-bayang wajah kecewa lilian dan sikap Dewa yang membiarkannya menghajarnya kembali berputar-putar seperti video rusak.
Lima tahun berlalu namun kekecewaannya terhadap dirinya sendiri membuat leo semakin terpuruk.
Malam semakin larut dan leo masih tenggelam dalam lamunanya. hingga dering gawainya mengagetkannya.
Unknown number yang tertera di layar benda pipih itu membangkitkan rasa penasaran dari dalam hati leo.
Segera ia mendial no yang tertera namun sayangnya nomor itu sudah dalam mode off.
Waktu sudah hampir pagi dan akhirnya leo terlelap diatas sofa balkon kamarnya.
Meski hanya terlelap selama tiga jam, mata leo kembali segar seiring dengan hangatnya sang mentari yang menerpa langsung wajah dinginnya.
Lalu leo beranjak ke kamar mandi dan bersiap untuk memulai hari yang penuh dengan aktifitas.
***
"Morning.." suara cempreng nan memekakkan telinga menggelegar di ruang makan keluarga mahendra.
Siapa lagi pelakunya, jika bukan princes abal-abal yang suka bikin rusuh dimanapun tempatnya berpijak.
"Pagi" sambut ibu sambil menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga itu.
Cintya mencium pipi ibu seperti biasanya. lalu beralih mengacak rambut sang kakak dan beralih memeluk manja sang kakek.
"Mau kemana dek, tumben udah rapi aja." Leo melirik sebentar tanpa mengalihkan pandangannya dari ipad super canggihnya.
"Mau ngampus sebentar, ada urusan sedikit." timpal cyntya sambil mengoleskan selai kacang pada selembar roti.
Ibu beralih duduk di samping Cintya untuk bergabung sarapan bersama.
Suasana hening pagi itu, semuanya makan dalam diam. hanya suara sendok dan garpu yang beradu di tas piring.
Atsmosfer ruangan selalu menjadi dingin tatkala di ruang itu ada seorang pria tua yang bertindak sebagai tetua yang harus di taati.
"Berangkat sendiri ya, kakak ada meeting pagi." Leo berdiri setelah menelan kunyahan terakhir dan menegak separuh gelas jusnya.
"Oke!" cyntya mengangguk mengerti. lagian Cintya berbohong jika ia akan berangkat ke kampus. nyatanya ia hanya ingin jalan-jalan pagi itu. dan ada misi lainnya tentunya.
Suasana kembali hening sepeninggal leo. sesekali cintya melirik kearah kakek yang masih belum selesai dengan sarapannya.
"Jam berapa kamu selesai di kampus" tanya kakek pada cintya.
Cintya yang serius berselancar dalam sosial media nya menoleh kearah sumber suara.
"Sebelum makan siang mungkin sudah selesai kek." jawab cyntya ragu karena memang dia hanya ingin membolos.
"Kalau begitu, kamu bisa kan ketemuan sama cucu teman kakek saat makan siang nanti?" titah sang kakek dengan nada biasa namun seperti biasa tidak ada yang bisa menolak titah sang tuan besar.
"Engg.. Tya kan belum tau orangnya kek." ucapnya ragu. sebenarnya itu hanya alasan cyntya untuk menghindari pertemuan itu.
Kakek hanya melirik sebentar ke arah cintya, sebenarnya pria tua itu sudah bisa menangkap gelagat penolakan cintya dalam perjodohan ini.
"Kamu cukup datang saja, dia pasti yang akan menemuimu." putus kakek akhirnya.
"Bu.." rengeknya pada sang ibunda setelah kepergian kakek dari ruang makan.
Dan ibunya yang juga tak mampu melawan titah sang ayah hanya bisa menggeleng lemah yang artinya ia tak dapat membantu.
Cintya pasrah sudah tak dapat berbuat apapun untuk melawan perintah kakek. lalu ia menjatuhkan kepalanya di atas meja. menghembus nafas pasrah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
dan smpe 5thn brlalu pun kslahfhaman msih brlnjut.. si leo slah fham sama dewa d kira dewa ma lilian jdian pdhl kek y ngga sama skali.. dewa cma ksian sma lilian krn cnt di abaikn leo trus..n sprti y spe dtik ni lilian msih cnt ama leo
2023-07-29
1
Ai Sulaesih
alur ceritanya mengandung candu jd pengen baca terussss👍💪✍️💖
2023-02-18
1
Erni Fitriana
lhaa trus piye hububgan leo lilian dewa thor...trus ntar klo tia mau dijodohin sama dewa gimana?
2022-02-04
1