Happy Reading...
Sang surya tepat di atas kepala saat cintya berjalan masuk ke dalam Restoran mewah, yang di jadikan tempat untuknya menemui seseorang yang katanya adalah calon suaminya.
Panasnya udara yang bercampur debu seperti membakar kulit wajahnya yang putih hingga kemerahan. dan kepalanya seperti di hantam ribuat kerikil karena sengatan sang matahari.
Cintya mempercepat langkahnya karena memang sudah tak tahan dengan keadaan tenggorokannya yang mengering, merindukan seteguk air yang akan meyakinkan dirinya bahwa dirinya masih hidup.
"Hufft... panas banget. haus deh!" keluhnya. lantas ia dengan segera melangkah masuk dan ingin segera mendapatkan apa yang di butuhkannya.
Namun ia harus kecewa karena meja yang telah di reservasi atas namanya telah di tempati oleh seseorang yang berpenampilan aneh.
"Oh Tuhan! aku harap jangan dia. aku mohon ya Tuhan!" Do'anya lebih tepat keluhnya. saat melihat seorang pemuda berpenampilan culun dengan kaca mata bundar rambut perponi klimis sangat rapi dan celana dengan tali selempang di kedua pundaknya. dan jangan lupakan panjang celana yang sepuluh senti diatas mata kakinya hingga kaos kaki bermotif bola terpampang nyata karena sepatu pantouvel yang ia gunakan sedikit longgar bahkan mungkin kebesaran.
Secepat kilat Cintya berbalik memunggungi meja karena pemuda yang menurutnya aneh terlihat mendongak dan menatap ke arahnya.
Untuk beberapa saat Cintya masih berada di posisinya, mencoba mengatur strategi agar dapat kabur dari jebakan makan siang yang akan membawanya pada mimpi buruk sepanjang masa.
Kembali Cintya menoleh ke meja yang sama, dan semua yang di lihatnya pun masih sama. dengan urutan meja yang sama dan orang yang menempatinya pun masih sama.
"Ternyata benar itu mejanya, tadinya aku pikir aku salah lihat." Cintya kembali bermonolog.
"Duh, apes banget sih!" Gerutunya. saat ia mengedarkan pandangan mencari kursi yang kosong agar dapat ia tempati. "padahal aku maunya cepat sampai duduk dan memesan minuman." kesalnya. "mana aus lagi, masa iya aku harus balik, nyari tempat lain cuma buat beli segelas jus. trus gimana dong sama perintah kakek. masa harus aku tinggal gitu orangnya." Cintya semakin sibuk dengan pidatonya sendiri. dan itu cukup untuk membuatnya menjadi pusat perhatian para pengunjung di sekitarnya.
Sadar akan dirinya yang jadi bahan tontonan para pengunjung restoran, Cintya pun hendak pergi dari sana. persetan dengan perintah perjodohan sang kakek. secepatnya ia harus pergi dari sana, mencari sumber penghidupannya yaitu minum. setidaknya ia harus hidup agar bisa menerima kemarahan sang kakek.
Baru ia mengangkat sebelah kakinya untuk melangkah, terdengar suara orang memanggilnya dari arah belakang.
"Tunggu nona." dan jika di dengar lebih jelas lagi suara itu bukan suara panggilan melainkan lebih pada sebuah rengekan.
Tak perlu menoleh kembali, Cintya dapat melihat dari ekor matanya bahwa pemuda aneh itulah yang sedang memanggilnya. terbukti dengan berdirinya sang pemuda aneh yang berdiri dari posisi duduknya.
Tanpa pikir panjang, Cintya segera melanjutkan langkah. dan di langkah ketiga Cintya melihat sosok yang sangat ia kenal sedang duduk memunggunginya di meja ketiga tempatnya berdiri.
Seperti mendapatkan oase di padang pasir, dengan langkah seribu Cintya mendekat ke arah meja dan pandangan matanya terarah pada cairan berwarna orange. terbayang betapa menyegarkan jika cairan itu mengalir di tenggorokannya.
"Jus gue!" pekik pemuda itu saat ia melihat gelas jusnya melayang tiba-tiba.
Dan betapa kagetnya dia saat melihat pelaku perampasan orenge jusnya.
"Cil!" Dewa terbengong melihat Cintya dengan rasa tanpa bersalah menegak habis minumannya.
Cintya hanya melirik, tak terlalu penting menurutnya bagaimana reaksi Dewa. yang penting saat ini dia harus membasahi tenggorokannya yang hampir mengering. dan itu bukan karena cuaca yang sedang panas saja melainkan karena Cintya yang shock karena orang yang akan di jumpainya lebih menyerupai badut menurutnya.
"Berapa tahun lu kagak minum." ejek Dewa yang melihat Cintya sedang memanggil pelayan. dan dengan antengnya dia duduk di hadapan Dewa tanpa penyesalan.
"Makasih om!" cengirnya seperti biasa.
"Ck, elu jadi cewek kagak ada manis-manisnya kalo lagi minum, maen sosor aja. Jaim dikit napa."
"Keburu mati om kalo harus ngelewati ritual jaim. tya udah hampir pingsan tadi."
"Emang lu ngapain kesini." sungguh pertanyaan konyol yang terlontar dari mulut pria setampam Dewa.
"Ya mau makanlah!" jawab cintya. karena niatnya dari awal memang mau makan siang, lebih tepatnya janji makan siang.
"Tau gue! maksudnya tumben cewek kayak elo makannya di tempat beginian, biasanya kan tempat lu yang menye-menye gitu!" Dewa mencibir.
"Idih pedesnya tuh mulut. bisa kali om Tya makan di tempat beginian." sewot Cintya. namun tak ayal irisan daging yang hampir masuk ke mulut Dewa langsung mampir ke mulut Cintya karena gadis itu tiba- tiba membuka mulut meminta untuk di suapi.
"Kagak takut lu, minta suap sama tangan gue." meski begitu Dewa tetap memberikan Cintya suapan yang kedua.
"Keburu laper." Cintya mengunyah makanannya.
"Nanti elu gantian suapin gue ya." pinta dewa
"Ogah!" Dan tetap saja pemilik bibir mungil berwarna pink itu meminta suap entah yang keberapa kali.
"Curang lu! buruan gue yang butuh lu kagak mau. ck" Dewa berdecih. dan cintya hanya mengedikkan bahu tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Lu belum jawab ngapain lu sendirian disini?" Cintya tak langsung menjawab karena ia sibuk dengan makanan yang baru di antar oleh pelayan.
"Janjian ketemuan sama orang, tapi sayang orangnya gak jadi dateng." sambil memakan makanannya gadis itu berbicara. namun fokus dewa bukan pada pembicaraannya melainkan pada bibir mungil yang mengundangnya untuk menelan salivanya.
"Jadi tadinya kamu pengen di traktir ceritanya?" Dewa menangkupkan pisau dan garpunya di atas piring. kini ia menjadi penonton dan pendengar yang baik seorang gadis yang sedang makan sambil berceloteh yang jauh dari kata elegan.
Cintya mengangguk, entah apa maksudnya.
"Jadi gue nih yang gantiin dia traktir elu." sinis Dewa dan Cintya kembali mengangguk.
"Oke, ada syaratnya."
Cintya tak peduli dengan apa yang di dengarnya, yang penting sekarang perutnya sudah terisi dan akan memikirkan alasan yang harus di berikan kepada kakeknya nanti. "Oke!"
Tanpa di sadari oleh Cintya, Dewa mengambil foto mereka berdua dan hasil jepretan kamera pun langsung terkirim ke nomor seseorang yang entah siapa.
"Si Om ih, gimana kalo foto itu jatoh ke tangan netizen, kan tya jadi konsumsi publik nantinya." sewot Cintya yang tak menyangka jika Dewa mengambil fotonya.
"Sok penting lu! harusnya lu itu bersyukur bisa foto bareng sama gue?"
"Emang Om siapa? udah ah! Tya mau pulang aja, makasih ya traktirannya." Cintya bangkit dari duduknya setelah menghabiskan makanan di piringnya dan menghabiskan jusnya kembali. tapi sayang Dewa lebih dulu mencekal tangannya.
"Enak aja lu maen pergi, udah ngabisin makan gue pake nambah lagi."
"Gak iklas nih ceritanya?" cicit Cintya.
"Gak!" sahut Dewa Cepat.
"Pelit ih!" Cintya dengan tak tau malunya.
"Emang!"
"Ya udah nih Tya bayar." Cintya bermaksud membuka dompetnya namun di tahan karena tangan Dewa lebih dulu menyeretnya keluar dari Restoran.
"Gue kagak butuh duit lu, gue maunya lu nemenin gue."
Cintya berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Dewa namun karena tenaga Dewa yang lebih kuat darinya membuat Cintya pasrah hingga Dewa membawanya masuk ke dalam mobil dan keluar dari restoran.
"Kamu udah gak takut lagi sama gue cil?" tanya Dewa karena Cintya sama sekali tak menunjukkan ketakutannya seperti waktu mereka di Bali.
"Gak!"
"Kenapa gitu?"
"Karena ini jakarta. daerah kekuasaan Cintya." gadis itu menjawab dengan angkuhnya sambil menarik dagunya ke atas membuat Dewa sedikit ingin tertawa.
"Gaya lu, Blagu!" Dewa mengacak-acak rambut Cintya hingga sedikit berantakan. membuat gadis yang sangat imut itu sedikit cemberut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Ai Sulaesih
cuzzzzzz👍💪✍️💖
2023-02-18
1
Carlina Carlina
😅😅😅😅😅ngebayangun si culun pakaian aku🤔🤔😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-01-03
1
Erni Fitriana
yg culun kyk badut itu siapa thor????
2022-02-04
1