Happy Reading...
Di dalam kamar sebuah hotel mewah, seorang pria tampan masih setia dengan balutan selimut lembut. peluh sisa kenikmatan tak beradab masih menempel di dada bidangnya.
Tapi pangeran tampan itu hanya sendirian di atas kasur king size-nya. lalu kemana perginya para wanita itu pergi, tentu saja ia telah mengusir teman wanitanya.
Sudah menjadi kebiasaannya mengusir para wanita-wanita itu setelah ritual panas yang penuh dosa ia lakukan.
DEWA yang masih di liputi oleh rasa kantuk yang bergelayut di kedua matanya terpaksa harus membuka matanya karena pesan yang masuk ke gawainya.
From. Eyang Paduka.
"Pulang atau sekalian gak pulang..."
Dewa.
"Bentar lagi nanggung" sent..
From. Eyang Paduka
"Satu jam dari sekarang, Oke!"
Dewa.
"Kompensasi waktu, lamaan dikit napa." sent...
From. Eyang Paduka
"Di kabulkan, lima puluh persen saham untuk Panti Asuhan, Dua puluh persen untuk tempat ibadah, dan kamu dapat sisa, atau tidak sama sekali."
Dewa.
"Anda terlalu sadis yang Mulia! sent...
From, Eyang Paduka
"Masih bisa lebih dari ini"
Dewa menghela nafas berat. ia tau tidak akan menang berdebat dengan eyang yang menyandang predikat penguasa di keluarganya.
Mau tidak mau ia harus pulang saat itu juga meski waktu menunjukkan hampir pagi.
Gila nih si eyang, kagak tau apa nih badan masih capek banget. lagian ngapain sich nyuruh kerumah malem-malem gini. Gerutu dewa sambil mengenakan kembali pakaiannya.
Dewa mengambil gawai dan kunci mobilnya menuju basement hotel untuk mengambil mobilnya.
Dewa yang masih mengantuk mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rendah. ia terlalu malas untuk cepat- cepat bertemu dengan penguasa rumah keluarga Herlambang.
Tentu saja dewa cukup mengerti dengan tabiat eyangnya yang tiba-tiba menyuruhnya pulang tak tahu waktu.
Mobilnya telah sampai di kediaman Herlambang, Dewa keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Suasana sepi karena hari telah larut dan hampir pagi. dengan langkah pelan ia naik ke lantai dua dengan menaiki tangga yang menuju langsung ke kamarnya agar tidak menimbulkan suara dari ketukan sepatu yang ia pakai.
Niatnya langsung menuju kamar untuk menghindari wejangan yang terlalu membosankan menurut Dewa. tapi ia lupa bahwa sang penguasa rumah tidak mungkin tidak mengetahui kedatangannya.
Baru satu langkah ia meninggalkan tangga terakhir, Dewa di kejutkan dari ketokan tongkat milik Eyang Herlambang.
Tokk!!!!
Satu ketokan dari tongkat pria tua mendarat cantik di kepala Dewa.
"Dari mana anak nakal?" suara bariton yang sangat di kenalnya memaksa ia menghentikan langkah dan berbalik menatap sang pemilik suara.
"Apaan sih Eyang?" Dewa mengusap-usap kepala bekas ketukan tongkat sang kakek.
"Dari mana kamu!" pertanyaan bernada bentakan terlontar dari mulut pria tua yang sangat Dewa hormati. pandangan mata laki-laki tua itu mengintimidasi dewa. sebrengsek apapun Dewa, ia tak pernah membantah satu katapun ucapan eyangnya.
"Itu.. Dewa habis dari..." ucapan Dewa terpotong karena ia tidak dapat menemukan alibi yang dapat menolongnya. sepintar apapun ia berkelit, Eyangnya pasti dapat mengetahui kebohongannya.
"Bermain j****g lagi, kapan kamu berhenti dari aktifitas gak berguna seperti itu?" cerca Eyang sengit.
"Dewa kan cuma main-main Eyang." sungguh Dewa tidak memiliki kuasa untuk melawan.
"Main-main... main-main... main terus yang kamu pikirin. Apa kamu tidak bosan, hah!" suara Eyang sudah seperti halilintar bersabung di keheningan malam.
Dewa yang di ketahui oleh umum adalah sosok tegas dan berwibawa menjadi tak berkutik saat suara tegas kakeknya menggelegar.
"Ingat Dewa, kamu ini sudah dewasa dan hampir tua, kapan kamu akan mengambil langkah untuk masa depanmu. apa kamu mau melajang seumur hidup dan jadi perjaka tua?"
"Apa Eyang memanggil Dewa malam-malam gini hanya untuk meneruskan obrolan yang membosankan ini? Dewa ngantuk capek, pengen tidur." pungkas Dewa. dan berlalu meninggalkan kakeknya yang masih berkhotbah.
"Kalau kamu tidak membawa calon cucu mantu dalam waktu dua minggu, kamu harus mau Eyang jodohkan dengan cucu teman Eyang." Dewa urung melangkahkan kakinya karena mendengarkan ultimatum dari Eyang.
"Ayolah eyang, kalo Eyang ingin ada resepsi pernikahan di hotel kita, itu sudah sering. karena hotel kita sudah sering di boking untuk acara resepsi. dan kalau Eyang ingin di rumah ini di adakan acara nikahan, Eyang boleh deh cariin Eyang puteri buat Dewa." Dewa mengakhiri obrolan panjang dengan Eyangnya dan mendapatkan satu ketokan lagi di kepalanya.
"Dewa! Dasar cucu gak ada akhlak kamu!" Geram Eyang dan berlalu meninggalkan Dewa. dan dewa yang merasa memenangkan acara debat pergi ke kamarnya dengan senyum kemenangan.
Dewa yang masih lelah dan mengantuk langsung merebahkan diri di atas kasur king sizenya tanpa mengganti pakaiannya.
***
Sang malam telah berlalu dan terganti pagi yang cerah secerah wajah Cyntia yang ceria karena berhasil menjalankan misi rayuan gombalnya kepada ibunya.
Saat ini gadis itu sedang bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Cintya bahagia karena telah mengantongi izin dari ibu negara. dan semua itu tak lepas dari bantuan kakaknya yang selalu memanjakannya.
Cintya telah rapi dengan kaos putih dengan jaket dari bahan denim dan dipadukan dengan celana jeans bolong di bagian lututnya, yang membuat gadis dengan perawakan tinggi tapi bertubuh mungil itu semakin keren.
"Selamat pagi!" sapanya riang.
"Pagi, adeknya kakak yang cantik, udah siap hmm?" Leo membelai kepala Cintya yang memeluknya dari belakang. kebiasaan yang tiap pagi ia lakukan.
"Pagi bu!" sambil mencium pipi ibunya kanan dan kiri.
"Pagi Tya, sepertinya ibu selalu jadi orang kedua melulu." ibu mulai merajuk.
"Tidak ada yang pertama dan kedua karena semua sama, kalian berdua adalah segalanya buat Vintya." sambil tangannya mengoles roti dengan selai. menggigit dan mengunyahnya.
"Oh ya? coba nanti kita lihat setelah ada anak orang yang halalin dia, apa dia masih bisa bilang begitu." ibu dengan senyum mencibir. kebiasaan si ibu yang suka goda si bungsu kesayangan.
Dan yang di bicarakan cuma senyum-senyum aja sambil terus mengunyah roti sebagai sarapan paginya.
"Dek, kamu berangkat naik taksi aja ya, kakak ada meeting pagi ini." Leo bangkit dari duduknya bersiap berangkat ke kantor mencium punggung tangan ibunya dan mencium pucuk kepala Cintya.
"Ok kak, siap!" sambil menirukan gaya prajurit.
"Tya, kamu jangan aneh-aneh di sana, ingat kamu anak perempuan, ibu ijinin kamu pergi karena ibu percaya sama kamu. kalau kali ini kamu bikin ulah setelah pulang dari Bali kamu harus siap ibu kawinin" ancam ibu. karena kebiasaan putrinya yang sering bikin ulah atau menghilang dari kawanan.
"Baiklah, kawin kan bukan nikah." timpal Tya cuek. sambil terus mengunyah roti di mulutnya.
"Tya, ibu serius!" bentak ibu karena merasa anaknya tidak mendengarkan kicaunya.
"Iya ibunda ku sayang, Cintya ngerti kok, gak usah berlebihan, Tya gak akan macem-macem, palingan cuma satu macem." sambil cengengesan menunjukkan gigi putihnya yang berjejer rapi membuat si ibu geram karena ketidak seriusan putrinya.
Dan siang itu Cyntia beserta rombongannya telah sampai di bandara dan berada di ruang tunggu.
***
Dan Dewa yang tengah tertidur, terbangun karena siang ini dia juga harus terbang ke Bali untuk menghadiri pesta pernikahan relasi bisnisnya.
Dewa bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu berangkat menuju bandara. dan di sana, Alex asisten pribadinya telah menunggunya dengan segala persiapannya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Ai Sulaesih
🤗Bali mungkin jd arena pertemuan jadoh dewa sama Cintya,,,,,,,💪👍✍️💖
2023-02-17
1
Riniariani Rinimawan
paling benci aku sma tokoh pria yg suka celap celup....😣
2023-02-02
1
Diah Susanti
tinggi tapi mungil 🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2023-01-22
1