Happy Reading...
Cintya telah bersiap dengan setelan formalnya. hari ini dia ingin menikmati masa masa lajangnya untuk mencari pekerjaan.
Dari satu kantor ke kantor yang lain, gadis itu begitu bersemangat mendatangi langsung tempat-tempat yang sedang membutuhkan karyawan. tak peduli apapun posisinya, Cintya tak mempermasalahkan. toh tiga bulan lagi gadis itu akan di persunting oleh pemuda yang cukup mapan. bisa di bilang kekayaan Herlambang jauh di atas kekayaan keluarga Mahendra.
Uang bukanlah menjadi hal yang utama bagi gadis cantik berkulit putih itu. meski ia tak bekerja ia tak akan kerepotan soal uang.
"Cil!" suara berat seorang pria dari dalam mobil menyapa pendengarannya. suara itu hampir tenggelam oleh kebisingan suara kendaraan yang lain.
"Udah kalau mau lewat mah lewat aja." Cintya berucap sambil melirik sebentar.
"Kalau mau jadi gelandangan jangan di sini, ini hari senin bentar lagi satpol PP bakal razia, takut aja gue elu juga kena ringkus." Dewa menakut-nakuti.
Tanpa pikir panjang Cintya masuk kedalam mobil Dewa karena takut apa yang di bilang Dewa adalah benar.
"Emang mau kemana lu pake setelan kerja kayak gini" Tanya Dewa saat melihat penampilan Cintya yang tak seperti biasanya.
" Cintya mau menikmati kebebasan cintya sebelum hari kutukan itu terjadi." Ucap Cintya sekenanya.
"Hari kutukan apa maksud lu cil?" Dewa bingung lantaran jawaban Cintya ambigu.
"Pernikahan kita itu seperti kutukan buat Tya, Om!" Cintya membuang pandangannya keluar seolah tak ingin Dewa melihat wajahnya yang tiba-tiba sendu.
Dewa membuang nafas kasar karena hari itu adalah hari yang berat untuknya juga.
"Lo gak mau nikah sama gue." tanya Dewa pelan.
"Bukan cuma sama Om, sama yang lain juga tya gak mau."
"Kenapa?" Dewa penasaran dengan alasan gadis yang tak mau menikah meski umurnya sudah cukup untuk berumah tangga.
"Karena Tya masih ingin bebas seperti wanita yang lain." ucap tya pelan tanpa menoleh ke arah suara yang mengajaknya bicara.
"Kebebasan seperti apa yang lu mau?" pertanyaan Dewa seolah memberikan penawaran buat tya.
"Kebebasan memilih untuk hal yang Tya suka dan Tya mau."
Dan tiba-tiba Dewa memutar mobilnya melalui sebuah jalan yang beberapa menit lalu ia lewati dan mobil itu berhenti tepat di depan gedung yang ia datangi.
Cintya yang baru menyadari keberadaannya pun terperangah.
"Dari mana Om tau kalau Tya mau melamar pekerjaan. emang om juga kerja di sini."
Dewa tak menjawab. Dewa melangkah dengan penuh kewibawaan dan sesekali tersenyum saat para karyawan menyapanya dan menunduk.
Dewa membawa Cintya masuk kedalam Lift khusus petinggi menuju sebuah ruangan di lantai paling atas.
Cintya hanya menurut saat Dewa mengajaknya masuk kedalam ruang dengan pintu kayu jati yang begitu mewah dan kokoh berwarna coklat.
Sebuah ruang kerja dengan desain interior yang begitu mewah. ada jendela kaca besar yang akan membawa cintya pada pemandangan kota.
Hiruk pikuk jalanan dan lalu lalang kendaraan seperti ribuan semut yang berjejer dan berjalan rapi yang Cintya lihat dari atas gedung.
"Ini ruang kerja om?" tanya Cintya. pandangannya menyapu seluruh ruangan.
Dewa menjatuhkan dirinya di atas kursi kebesarannya sambil melepas kancing jas super mahalnya.
"Hilda keruang gue sekarang." ucapnya pada orang di seberang telepon.
Tiga menit kemudian terdengar ketukan di pintu dan masuklah seorang wanita cantik dengan hijabnya yang menambah kecantikan itu berkali-kali lipat.
"Ada apa bapak memanggil saya." Ucapnya formal. karena tak biasanya bos besarnya memanggilnya seperti ini.
"Bawa dia, beri dia pekerjaan yang bisa menguras fikirannya." ucapnya sambil menunjuk Cintya dengan dagunya.
"Siapa dia pak? bapak mau saya taruh dia di bagian mana?"wanita cantik yang merupakan petugas HRD dengan jabatan personalia itu bertanya.
"Dimana aja, office girl juga gak papa." ucap Dewa serampangan membuat Hilda terperangah.
"Itu Cintya bukan pak?" Dewa mengangguk.
"Bisa kita bicara sebentar?" Bisiknya pada sang Direktur. Dewa menurut saat Hilda membawanya pada pojok ruangan.
"Elu jangan mempersulit gue, eyang elu udah wanti-wanti gue buat ngasih dia kerjaan yang bagus. bukan malah nuruti ide konyol elu." Ancamnya pada Dewa.
"Serah elu" Jawab Dewa akhirnya.
Hilda sang mantan cinta monyet yang tak pernah beranjak menjadi cinta gorila itu akhirnya pergi dari ruang dimana Dewa yang merupakan bos dan juga teman lamanya sedang mendudukkan dirinya di kursi kerjanya sambil menatap ke arah gadis yang notabene adalah pendamping masa depannya.
"Om!" panggil Cintya membuyarkan lamunan Dewa.
"Sejak kapan om kerja disini?" tanya Tya.
"Sejak gue dinyatakan jadi sarjana dengan predikat lulusan terbaik." jawab Dewa sombong.
"Ishh songong!" Desis tya. Dewa tersenyum miring.
"Cil, emang kenapa lu gak mau gue kawinin. secara gue ganteng keren kaya raya lagi." Sombong Dewa. Cintya hanya menaikkan sudut bibirnya mendengar celotehan pria dengan postur tinggi berwajah kebule-bulean yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Harusnya elu tuh bersyukur, kalo perlu sujud syukur bisa mempersuami gue yang sempurnanya naudzubillah. tak perlu di ragukan lagi bahwa ketampanan gue bagaikan dewa yunani bahkan lebih tampan mungkin " Ucap Dewa dengan membubuhkan kenarsisan di setiap katanya.
Semakin tinggi saja lengkungan di bibir Cintya mendengar kenarsisan Dewa.
"Tampan dan juga mesum. dasar Buaya cap cicak." Cintya mencibir pelan yang masih dapat di tangkap oleh pendengaran Dewa.
"Eh Bocil, apa barusan lu bilang?"
"Kagak ada!" Cintya berkelit.
"Itu tadi apa? Buaya cap Cicak." Dewa tersenyum miring.
"Itu udah denger."
"Dasar emang lu kagak ada takut-takutnya sama gue, sini lu" Dewa memiting leher Cintya membuat gadis itu terpekik.
"Ibuuu.."
Bersamaan dengan itu, pintu terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu.
Kakek Wisnu datang dengan membawa aura ketegasan. sisa-sisa ketampanan masih tercetak di wajah tuanya.
Senyum tersungging diantara keriput kulit wajahnya melihat tingkah dua anak manusia yang sedang memamerkan kemesraan secara tidak langsung.
"Cintya kamu sudah disini." Kakek Wisnu mengeluarkan cicitannya setelah Cintya mencium takjim punggung tangan pria tua yang adalah sahabat kakeknya. dan di ikuti Dewa yang juga melakukan hal yang sama.
Meski Dewa adalah pria spesies sableng yang masih menyukai pekatnya kehidupan malam dan glamour, namun tata krama seperti itu bukanlah hal yang harus ia lupakan.
Didikan kesalehan sudah ia terima sejak ia masih di usia dini, tapi pergaulan bebas bersama teman-temannya menghanyutkannya lantaran kurangnya perhatian sejak ia memasuki usia remaja.
"Iya kek, kebetulan pria di depan kakek ini berhasil menculik Tya tadi." cicit Cintya membuat kakek Wisnu tersenyum dan Dewa membulatkan matanya karena gadis bermata bulat itu berhasil memfitnahnya.
"Kek, ada yang ingin cintya tanyakan." Tya bertanya setelah mereka bertiga duduk di sofa ruang kerja Dewa.
"Apa itu nak?" Kakek membelai sayang pucuk kepala gadis yang sebentar lagi menjadi anggota keluarganya.
"Apa kakek udah melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa si buaya cap cicak ini adalah beneran cucu kakek. bukan anak nyasar yang keluar dari rawa-rawa." cicit gadis berkulit putih itu tanpa rasa takut meski Dewa sedang melototinya.
"Sayangnya kakek berada disana sewaktu si anak rawa ini keluar dari sarangnya." Kakek Wisnu menanggapi candaan Cintya dengan candaan yang sama.
"Bocil! ngelunjak emang lu!" Bentak Dewa geram. andai tak ada kakek disana sudah dapat di pastikan bahwa gadis berambut panjang itu akan kembali meneriakkan nama ibunya.
"Apa lu?" Cintya menantang Dewa dengan menaikkan dagunya. ia merasa aman karena pasti kakek tak akan membiarkan Dewa berlaku jail terhadapnya.
Dewa mendengus kesal karena merasa kalah. Si bocil yang akan menjadi wanita di bawah perlindungannya nanti saat ini membuatnya benar-benar tak berkutik lantaran mendapatkan perlindungan sang penguasa.
"Gue pastiin lu nyesel ngatain calon laki lu ini buaya cap cicak!" Dewa berdecih namun segera ia menoleh ke arah lain sebelum sang penguasa kembali mendaratkan gagang tongkat tumpuannya ke kepala Dewa. bisa-bisa hancur reputasinya jika kakek melakukan itu di depan gadis yang tak pernah bisa berhenti mendebatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Jue Juliza Johnson
mmg ada ia spesis buaya cap cicak🤣🤣🤣🤣
2023-10-17
1
Ai Sulaesih
🤣🤣🤣🤣👍💪✍️💖
2023-02-19
1
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣cicak
2022-02-04
1