''Mau ke mana sih Mas, ini kan sudah malam, Syntia menarik pergelangan tangan Alan yang hampir saja membuka pintu, akhirnya mau tidak mau pria itu kembali membaringkan tubuhnya di samping Syntia sang istri, entah di sengaja atau tidak, Syntia malah menggunakan lengan Alan sebagai bantalnya.
Maaf ya Din, malam ini aku nggak bisa tidur di kamar kamu, batinnya sebelum ikut memejamkan matanya di samping istri pertamanya.
Alan segera terbangun dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi setelah menatap Syntia yang masih terlelap,
Alan menjambak rambutnya kasar, karena Ia merasa bersalah sudah mengingkari janji nya pada Dinda malam tadi.
Harusnya aku lebih tegas pada Syntia ,dan tidak menuruti keegoisaannya.
Dengan matanya yang sembab pagi itu Dinda seakan malas untuk keluar kamarnya ,karena ia yakin pasti pemandangan yang akan di lihat adalah kemesraan Alan dan Syntia , meskipun Dinda mencoba untuk setegar dan setabah mungkin menghadapi mereka, nyatanya tak bisa hatinya tetap merasa hancur.
''Din, suara di iringi ketukan pintu terdengar olehnya.
Namun gadis itu makin mengeratkan pelukannya dengan guling, dan sama sekali tak menjawab.
''Kamu nggak apa apa kan Din,?'' lagi suara Alan menembus gendang telinganya, tidak baik nyuwekin suami, akhirnya dengan malas Dinda membuka pintunya.
Di lihatnya Alan yang sudah berpakaian rapi dan sepertinya Ia sudah siap untuk ke kantor.
''Kamu kenapa,?'' tanya Alan lembut menatap manik mata Dinda yang masih memerah ,begitu juga Dinda.
Kamu memang nggak peka mas, harusnya pagi ini kamu mencariku dan minta maaf padaku karena kesalahanmu semalam, tapi apa, kamu hanya menanyakan keadaanku saja ,Ya, jelas aku nggak baik baik saja.
Akhirnya hanya gelengan kecil lah suguhan untuk menjawab.
''Hari ini aku mau ke kantor karena besok aku mau pergi ke Paris, jadi nanti kamu makan di bawah dengan Syntia, ucapnya mengulurkan tangannya.
Lagi lagi Dinda hanya mengangguk dan mencium punggung tangan Alan.
Namun kali ini Alan terkejut saat Dinda menjatuhkan air matanya tepat di tangannya ,tapi Ia tak bisa bilang apa apa dan meninggalkan Dinda yang masih mematung di ambang pintu.
Setelah Alan pergi, Dinda membersihakn diri sebelum turun ke bawah untuk sarapan , gadis itu masih mencoba untuk biasa saja, ini baru di awal, pasti juga butuh adaptasi untuk mendekatkan diri pada Alan.
''Bi, mbak Syntia sudah sarapan,?'' tanya Dinda ramah saat Bibi menyiapkan susu untuknya.
''Belum Non, biar Bibi panggil dulu, non silahkan makan duluan, nanti kalau telat pasti Nyonya besar marah ,'' mengelus lengan Dinda.
Belum juga Bi Romlah menapakkan kakinya ke anak tangga, Syntia dengan penampilan mewahnya sudah turun dengan tatapan sinisnya.
Wanita itu tak bilang apapun dan langsung keluar begitu saja dari rumahnya , sedangkan Dinda tak berani bertanya ,mungkin diam lebih aman dari pada membuat masalah.
''Mbak Syntia kerja apa sih Bi,?'' tanya lagi Dinda saat Syntia sudah keluar dari rumahnya.
''Nggak kerja Non, paling juga nongkrong dengan teman sosialitanya, jawabnya membuat Dinda manggut manggut dan menikmati roti bakarnya.
Sedangkan di kantor, Alan langsung saja menuju ruangannya ,mungkin hari ini akan menjadi hari yang melelahkan, selain kemarin cuti karena hari pernikahannya ,besok adalah hari kepergiannya ke Paris.
''Permisi, suara Faisal langsung membuatnya mendongak ,menatap dari jauh wajah Abang iparnya yang senyum senyum sendiri.
''Kenapa kamu?'' tanya nya kembali menatap laptop di depannya.
''Nggak, Mau nanya gi mana dengan Dinda,?'' tanya Faisal ,menarik kursinya dan duduk di depan Alan.
Dinda, maksudnya apa nih.
''Baik, dan besok ajak dia ke apartemen kalau nggak ke rumah mama juga nggak apa apa, ucap dengan entengnya.
''Maksud kamu,?'' Faisal penasaran apa tujuan dari ucapan Alan.
Alan menggaruk alisnya, sedikit merasa tak enak dengan Faisal, jika dulu Ia selalu saja ceplas ceplos kini Alan harus lebih peka dan menghormati Faisal sebagai abang dari istrinya.
''Maksud aku, besok aku mau ke Paris dengan Syntia, dan Dinda nggak ikut, dan nggak mungkin dong aku ngebiarin dia di rumah sendirian sama Bibi, lebih baik kan dia ke rumah mama atau apartemen kamu, mengangkat kedua bahunya setelah menjelaskan semua rencanaya.
Apa apaan ini, Dia mau ke Paris dengan Syntia, harusnya ini kan bulan madunya dengan Dinda, yang benar saja,
Faisal mengangguk anggukan kepalanya sebelum keluar dari ruangan Alan.
Setelah tiba di ruangannya, Faisal mengambil ponsel dari saku celananya, tak butuh memikir Ia langsung menghubungi sang adik.
''Halo Din, Faisal mengawali percakapan karena tak sabar ingin tau keadaan adiknya.
Iya bang ada apa,? tanya Dinda dengan lugas tak mau membuat Faisal khawatir apa lagi sampai menyalahkan Alan dengan keadaan nya yang seperti ini.
''Kamu baik baik saja kan Din,?'' makin menyelidik, karena Faisal bukan orang bodoh yang gampang percaya begitu saja dengan perkataan Alan.
Suara tawa lepas terdengar dari seberang telepon.
Kenapa abang bisa berkata seperti itu, ya aku baiklah, Kak Alan dan mbak Syntia juga baik sama aku, Abang tenang ya, jangan mikirin aku, pokoknya aku akan baik baik saja, tegas Dinda mencoba se ceria mungkin untuk membuat Faisal percaya.
''Tapi kenapa kamu nggak ikut ke Paris, bukankah kamu dari dulu ingin sekali ke sana,?'' makin mendalam saja pertanyaan Faisal yang sudah mengetahui seluk beluk tentang Dinda, apa lagi mereka sudah bersama sama dari kecil, bahkan Dinda dari dulu sering sekali menggambar Menara eiffel, dan sampai saat ini itulah yang belum Faisal kabulkan karena uang nya untuk operasi sang ayah dan yang lainnya.
Meskipun Dinda harus memutar otaknya, wanita itu pintar mencari jawaban, nggak mungkin Ia jujur, sedangkan abangnya yang terlalu serius itu pasti akan menyalahkan Alan.
Aku memang nggak ikut bang, karena mama sudah memanggil desainer dari luar negeri , dan bisanya cuma besok, kalau ke Paris kan bisa kapan saja, lagian Kak Alan juga bentar kok kesananya.
Meskipun masih merasa menjanggal Faisal tak mau mempermasalahkannya, dan alasan Dinda memang masuk akal juga ,akhirnya Faisal menutup ponselnya setelah mendapat penjelasan dari Dinda.
Tapi ini abang Din, bukan orang lain yang bisa kamu tipu, pasti kamu tidak baik baik saja, maafkan Abang, setelah ini Abang akan pastikan kalau Alan bisa lebih menghargai kamu.
Sedangkan Dinda hanya bisa memeluk Bi Romlah, karena hanya itu yang mungkin akan mengurangi beban di kepalanya, mungkin kesabarannya akan di uji lebih besar lagi untuk menghadapi kenyataan hidup yang kini menyelimutinya.
Aku yakin di balik semua ini rencana Tuhan akan lebih baik dan indah, Aku akan bersabar sampai aku bisa meluluhkan hati Kak Alan dan mbak Syntia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Sitorus Boltok Nurbaya
Sabar ya Din
2022-05-01
1
Junanda Rahman
😭😭😭😭
2021-11-08
0
Widya Asyanti
dinda jgn mengharapkan benar mlm pertama, cuek2 aja, namanya juga di jodohkan utk jd istri kedua
2021-10-31
0