Malam semakin larut, namun Alan semakin tak bisa memejamkan matanya, ucapan sang Mama masih terngiang ngiang di kepalanya, hingga tak bisa memikirkan yang lain, Jika memang semua itu terjadi, dia harus menganggap Faisal bukan hanya sekretaris dan sahabat, tapi juga seorang Abang.
Apa yang harus aku lakukan, Dinda masih sangat dini, bagaimana dia bisa menjadi istri kedua, terus apakah Faisal setuju dengan semua ini, gumamnya kecil.
''Aaarrrghh..... Kenapa semua bisa seperti ini sih,'' Alan hanya bisa menjambak rambutnya, pusing dengan situasi yang mencengkam, tak pernah terfikir oleh nya akan terjebak dengan masalah yang rumit.
Sedangkan Syntia tak mau pusing malah tidur terlelap di samping Alan, baginya itu bukan perkara besar, dan dia merelakan seratus persen jika Alan menikah lagi, bodo amat.
************
Waktu masih sangat pagi, bahkan sang mentari belum muncul, namun Dinda di kejutkan suara ketukan pintu apartemen Abangnya.
''Jam berapa ini, kenapa jam segini ada yang bertamu?'' menyibak selimutnya dan turun dari ranjangnya, dengan mata yang masih berat Dinda terpaksa membuka pintu kamarnya, menoleh ke arah kamar Abangnya yang juga masih tertutup rapat.
Ceklek, masih dengan rambut acak acakan, Dinda menyapa sang tamu.
''Tante,'' Dinda masih bingung, ternyata orang yang semalam begitu baik padanya yang datang.
Dinda jadi malu dan menyisir rambutnya dengan jarinya.
''Anak perempuan jam segini kok baru bangun,'' cetusnya saat Dinda masih saja belum menyuruhnya untuk masuk.
Dinda tersenyum malu dan mempersilahkan Bu Yanti masuk.
''Bentar ya Tante, Dinda panggilin Abang dulu,'' dengan sigap Dinda mengetuk pintu kamar abangnya yang tak kalah molor darinya.
''Ada apa sih, ini kan masih pagi, menggaruk kepalanya, Dinda tak berkata hanya menunjuk ke arah ruang tamu.
Tante Yanti, ada apa, kenapa dia datang sepagi ini, apa ada masalah dengan Alan dan Syntia?tanda tanya dalam hati.
Karena setau Faisal Bu Yanti akan bercerita semua uneg uneg nya dengan Faisal masalah rumah tangga Alan dan Syntia, namun tak sampai datang ke apartemen segala.
Setelah memberi tau sang Kakak, Dinda langsung saja pergi ke kamar mandi, begitu juga dengan Faisal sebelum menemui Bu Yanti yang sudah duduk manis di sana.
''Ma... maaf tante, Ada apa ya, kok pagi sekali sudah ke sini saja?'' Tanya Faisal masih ragu, bahkan suaranya masih serak, gugup dengan kedatangan Bu Yanti yang sudah kayak Ibu Negara saja.
Bu Yanti tersenyum saat Dinda berjalan menghampiri dan duduk di sampingnya.
''Maaf ya kalau pagi pagi gini Tante ganggu kalian,'' menepuk punggung tangan Dinda.
''Faisal, Dinda, menatap wajah kakak beradik secara bergantian.
''Tujuan tante kasini,'' menjeda sebentar untuk menghela nafas, karena Bu Yanti tau pasti kedua saudara itu tak langsung menerima permintaannya.
''Tante ingin melamar Dinda sebagai istri kedua Alan, ucapnya tanpa basa basi.
Deg..... jantung Dinda berpacu dengan begitu cepat, permintaan macam apa itu, Dinda masih tak percaya dengan apa yang di dengar saat ini.
''Ta.. tapi Tante, Aku kan ke di sini mau kuliah, bukan menjadi istri kedua pak Alan, bantah Dinda tanpa rasa takut lagi, bahkan Dinda sudah tak peduli berhadapan dengan siapa.
Sedangkan Faisal masih berfikir keras tentang permintaan Bu Yanti dan masalah Alan.
Bu Yanti tersenyum, padahal wajah Dinda sudah campur aduk, sedih, kecewa, pokoknya tak karuan semua berkumpul jadi satu.
''Sayang, Tante tau itu, menikah dengan Alan bukan berarti kamu putus belajar, dan Tante bisa membantu kamu untuk menjadi desainer terkenal seperti impian kamu,'' pintanya lagi dengan suara lembut dan memelas.
''Enggak, Aku nggak mau,'' lalu berlari menuju kamarnya dengan membawa air matanya yang sudah menumpuk di pelupuk mata.
Sedangkan Faisal yang masih di tempat menautkan kedua tangannya.
''Menurut kamu gi mana, Sal?'' Kali ini giliran Faisal yang memutar otak mencari jalan yang terbaik, di satu sisi Ia sangat menyayangi Dinda, dan di sisi lain, keluarga Sudrajat sudah seperti keluarganya sendiri, bahkan bekerja di perusahaan saja tak sebanding dengan apa yang mereka berikan, Faisal dalam dilema, namun semua butuh keputusan darinya,.
''Maaf Tante, biarkan Saya yang bicara dengan Dinda, mungkin dia syok saja, nanti Saya akan kasih kabar ke Tante.''
Bu Yanti mengangguk lalu pamit. ''Semoga kamu berhasil membujuk Dinda ya, menepuk Bahu Faisal saat kedua nya berada di depan pintu.
Bagaimana ini, kenapa semuanya bisa kacau seperti ini sih, Jelas Dinda nggak mungkin mau menikah dengan Alan, apa lagi jadi istri kedua, tapi Aku bisa apa, mereka sudah baik sama Aku, tapi bagaimana dengan Dinda, batinnya.
Setelah bergelut dengan otaknya, dan Dengan langkah lunglainya, Faisal berjalan menghampiri pintu kamar Dinda.
''Din, buka dong, ucap Faisal dengan suara lemasnya, apa lagi mereka baru bangun tidur tapi harus di kejutkan dengan ketegangan.
Karena tidak ada jawaban, Faisal terpaksa membuka pintunya yang ternyata nggak terkunci.
Di hampirinya Dinda yang sudah sesenggukan memeluk guling di ranjangnya.
Faisal duduk di tepi ranjang Dan mengusap wajahnya dengan kasar.
''Bang, aku nggak mau menikah dengan pak Alan,'' ucap Dinda di sela sela tangisnya.
Faisal merengkuh tubuh adiknya membawanya ke dalam dekapannya, tau perasaan Dinda saat ini pasti sangat hancur.
''Iya, abang tau, tapi Abang juga nggak bisa menolak keinginan Bu Yanti,'' Akhirnya Faisal menyatakan pendapatnya.
Dengan sekejap Dinda mengendurkan tangannya dan menatap wajah Faisal yang juga terlihat resah.
''Itu artinya Abang menyetujui permintaan Bu Yanti?'' tanya Dinda memastikan.
Dengan berat hati Faisal mengangguk, bukan tanpa alasan, namun Faisal yakin, dengan begitu hidup adiknya akan terjamin, belum lagi mereka terkenal dengan ke dermawanannya.
Dinda menggeleng dan mendorong Faisal hingga jatuh tersungkur ke lantai.
''Tega ya Bang, Aku fikir Abang akan memperjuangkan Aku, tapi apa, Abang juga setuju kalau Aku menjadi istri keduanya Pak Alan, Masih dengan emosinya dan tangisnya, Dinda beranjak dari ranjangnya dan membuka lemarinya.
Faisal yang masih lekat di lantai langsung merangkak memegang kedua kaki Dinda yang sibuk memasukkan bajunya ke dalam koper.
''Kalau aku tau akan seperti ini, lebih baik aku hidup di kampung, biarpun miskin Aku nyaman, ucapnya menghentikan aktivitasnya saat Faisal makin merangkul kakinya.
Dinda ikut ambruk di depan Faisal, kini keduanya saling tatap.
''Abang minta maaf Din, bukan maksud Abang ingin membuat kamu kecewa, ucap Faisal juga penuh penyesalan, karena ia pun tak bisa berbuat apa apa, pilihan yang amat sulit untuknya, harus memilih antara adiknya dan sahabatnya yang sudah baik dengannya di tambah lagi pekerjaannya yang di dapat dengan susah payah.
''Kita bisa bicarakan ini dulu ya, Faisal mulai pelan pelan untuk bisa mengambil hati Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Achiera Amour
aneh2 aja nyokapnya si alan nih ..
hhuhh .. dasar ya orkay
2022-12-05
2
Srimurni Murni
balik kampung aja diam"
2021-12-10
0
Herni Lutfi
YG . SbaR DindA
2021-11-10
0