Mungkin inilah yang di bilang kehidupan baru buat Dinda, seharian penuh Dinda hanya memandangi laptopnya. Seperti biasa, gadis itu hanya mencari-cari apa yang selalu memenuhi otaknya, karena belum tau apa yang di lakukannya selain menunggu Alan pulang.
''Kira kira Kak Alan pulangnya jam berapa ya?'' bermonolog di depan cermin, kini Dinda harus berpenampilan se-perfec mungkin untuk menyambut suaminya pulang.
Setelah rapi dengan make upnya, Dinda turun ke bawah mencari Bi Romlah yang sudah siap menata makanan di meja makan.
''Bi, biasanya Kak Alan pulangnya jam berapa ya,?'' tanya Dinda, karena ini pertama kali baginya tau kesehari harian suaminya.
''Ini waktunya, Non.'' jawab sang Bibi setelah menatap jam yang menunjukkan pukul lima sore. Dinda hanya manggut manggut setelah mendengar penjelasan Bi Romlah.
Kalau gitu, aku tunggu di bawah saja deh.
Dinda melangkah menuju ruang keluarga dan menyalakan TV mencari cari chanel kesayangannya.
Sesekali pandangannya mengedar ke arah pintu, siapa tau suaminya itu tiba tiba saja membukanya, namun satu jam sudah lewat tak ada tanda tanda mobil berhenti di depan rumah, bukan hanya Alan, Syntia pun belum menampakkan batang hidungnya.
Karena merasa jenuh, Dinda membuka pintu depan mondar mandir mengabsen lantai dan menatap jauh ke depan gerbang.
Apa Kak Alan lembur ya? batin Dinda sedikit khawatir, namun apa daya mau telepon pun tak punya nomornya, mau menghubungi bang Faisal takut curiga.
Akhirnya Dinda hanya bisa menunggu sampai waktunya tiba.
Waktu terus berputar, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Alan maupun Syntia belum juga menginjakkan kakinya di rumah, karena sudah menguap Dinda terpaksa memejamkan matanya di depan TV setelah mematikannya.
''Sayang kita pulang yuk!'' ajak Alan saat keduanya berada di restoran mewah, dan itu semua atas permintaan Syntia, sesekali Alan melihat jam yang melingkar di tangannya ternyata sudah larut.
''Bentaran kenapa sih," masih sibuk dengan gadget di tangannya.
Alan mulai merasa nggak enak dengan Dinda, belum lagi tadi siang mendapat pertanyaan dari Faisal yang memang terlihat mencurigainya, tapi Ia juga tak bisa menolak permintaan wanita yang dicintainya.
Setelah puas bercengkerama, Alan dan Syntia pun pulang ke rumah.
Selang beberapa menit menerobos jalanan yang sudah sepi, Alan kini sudah menghentikan mobilnya di halaman rumahnya.
Keduanya turun menuju pintu utama, Sedangkan Syntia tak mau melepaskan tangan Alan dan terus bergelayut manja.
Pintu terbuka, Ada Bi Romlah di sana yang sudah mematung untuk menyambutnya.
''Malam Den, Non." dapa Bi Romlah pelan.
Alan hanya mengangguk tanpa suara.
''Dinda sudah tidur, Bi?'' tanya Alan mengerahkan pandangannya ke setiap sudut rumahnya. Mungkin saja ada orang yang di carinya.
Bibi menunjuk ruang keluarga, Sedangkan Alan dan Syntia pun hanya menatapnya dari jauh.
Ternyata gadis itu nggak menyerah untuk nunggu mas Alan, tapi aku tidak akan membiarkan dia untuk menguasainya, batin Syntia licik.
Ingin rasanya Alan membangunkan Dinda supaya pindah ke kamarnya, namun lagi lagi Syntia menarik tangannya menuju kamarnya, dan itu yang tak bisa Alan tolak, rasa cinta yang begitu besar mampu mengalahkan segalanya.
''Sin," panggil Alan saat duduk di tepi ranjangnya, wanita itu malah terlihat santai meskipun Alan sedikit membentak.
''Kasihan Dinda, biar aku membangunkannya untuk pindah ke kamarnya." Jelasnya, namun Syntia masih saja tak menggubrisnya.
''Kamu dengar aku kan Sin?" Makin sewot saja Alan saat Syntia benar benar tak menghiraukan ucapannya dan memilih untuk duduk manja di pangkuannya.
''Dia yang menerima jadi istri kedua, itu artinya dia juga siap dengan risiko yang harus di tanggungnya," jawab Syntia dengan entengnya.
Baru saja Alan membuka mulutnya untuk membantah, kalau Ia pun salah, namun Syntia yang begitu lihai sudah menciumnya hingga Alan terbuai olehnya, perdebatan kecil untuk beradu mulut gagal dan jadilah pergulatan yang harus beradu keringat.
Sedangkan di bawah, Bi Romlah yang merasa kasihan pun akhirnya duduk di samping Dinda yang masih terlelap, namun semakin lama Bi Romlah semakin tak tega, akhirnya Wanita paruh baya itu membangunkan Dinda dengan cara halus.
Di usapnya kening Dinda yang tertutup uraian rambutnya.
''Non bangun, ini sudah larut malam," ucapnya pelan, sedikit berbisik, takut kalau Dinda kaget.
Dinda yang masih separo di alam mimpi pun menggeliat dan perlahan membuka mata setelah samar samar mendengar suaranya.
''Bi," Dinda mengangkat kepalanya dan menatap jam, ternyata sudah tengah malam.
''Kak Alan sudah pulang?'' tanya Dinda antusias. Namun tidak bagi Bi Romlah yang hanya mengukir senyuman.
''Baiklah Bi, Aku ke kamar dulu ya," Dinda yang mengerti akhirnya berjalan menuju kamarnya.
Dua malam sudah Kak Alan benar benar mengabaikanku, apa ini akan berlanjut lama, batin Dinda.
Dengan lemahnya Dinda melewati depan kamar Syntia dan Alan, dan lagi lagi hanya suara aneh dari dalam kamar yang Ia dengar karena kamar Alan masih sedikit terbuka.
Tak terasa air matanya pun menetes lalu melanjutkan jalannya.
Apakah aku bisa bertahan seperti ini, apakah aku bisa melihat suamiku harus terus bermesraan dengan istri pertamanya, dan apakah aku bisa menjalani hidup berumah tangga tanpa cinta, apakah akan ada keadilan untukku, Lagi lagi malam kedua Dinda malah meratapi nasibnya.
Dinda membaringkan tubuhnya dan menarik selimut berharap esok akan lebih indah, meskipun Ia tau kalau Alan akan pergi ke Paris, itu artinya Ia akan berpisah sementara dengan suaminya.
Bi Romlah pun sama seperti Dinda yang tidak bisa memejamkan matanya, membayangkan jika dirinya berada di posisi Dinda mungkin juga tidak akan sanggup menerima ketidak adilan dari suaminya, namun apa daya semua sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur, Dinda harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan hati Alan.
Fajar menyingsing, Alan dan Syntia sudah bangun, keduanya menyiapkan barang yang akan di bawanya, setelah selesai Alan keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar Dinda yang mungkin masih tenggelam dalam mimpinya.
''Din, Buka pintunya!" suara itu membuat Dinda gelagapan menghampiri pintunya, karena gadis itu nyatanya sudah bangun.
''Kak Alan," Dinda tersenyum simpul melihat Alan yang sudah mematung di depannya.
Alan pun ikut tersenyum dan menggiring Dinda masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu dan menguncinya.
''Hari ini aku akan berangkat, Nanti Bang Faisal ke sini akan jemput kamu, terserah kamu mau di rumah mama atau Apartemen bang Faisal,'' ucapnya memegang kedua tangan Dinda.
Dinda hanya mengangguk dan tak bisa apa apa selain melepas dengan ikhlas suaminya yang akan berdua saja di seberang sana.
''Hati hati ya Kak, semoga Mbak Syntia senang bisa berlibur, dan aku akan ikut ke Apartemen bang Faisal saja.''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Asriana Hamid
jengkel sama dinda
2023-09-25
0
Achiera Amour
geramm .. aq bacanya ..
padahal masalah pertama udah terpaksa , selanjutnya malah berharap .. hadeuuhh gimana sih ini thor .. 🤔🤔🤔
2022-12-05
0
Sitorus Boltok Nurbaya
Laki2 lemah Alan makan tuch cinta Syntia .
sabar Din nt jg Alan Bucin
2022-05-01
0