Menjalani memang tak semudah memutuskan, itulah yang kini melintas di otak Dinda, meskipun hatinya mantap dengan pilihannya, namun Ia masih memikirkan bagaimana cara untuk menjalani kehidupan barunya bersama orang yang di harapkan bisa mengayominya kelak, sedangkan perkenalan yang singkat tak menjamin Alan untuk bisa mencintainya.
Meski begitu, Dinda siap menanggung semua risiko yang kemungkinan terjadi, karena bukan hanya dirinya, Dinda pun memikirkan Alan yang pastinya sulit untuk megemban tanggung jawab sebagai laki laki yang mempunyai dua istri.
Lebih lebih keluarga Sudrajat terlihat bahagia dengan keputusannya, terutama Bu Yanti yang kini memeluknya dengan erat.
''Terima kasih ya, Nak, Mama bahagia sekali, sebentar lagi kamu akan menjadi nona muda di rumah ini,'' ucapnya dengan penuh kebanggaan, seperti tertimpa salju hatinya begitu sejuk saat menatap wajah Dinda.
Sedangkan yang lain sibuk mengurus persiapan pernikahan Dinda dan Alan, Syntia malah sibuk di luaran sana dengan rekan sosialitanya, wanita itu bahkan tak sedih sedikit pun saat hari H suaminya yang akan bersanding dengan wanita lain.
Faisal yang menjemput Bapak dan Ibu nya pun kini sudah tiba, mereka tak bisa bilang apa apa, selain air mata yang di suguhkan sang Ibu, sedangkan Pak Yanto hanya bisa memberi restu untuk putrinya setelah mendengar semua cerita dari putra sulungnya yang sudah berjasa besar untuk keluarganya, dan mereka percaya penuh dengan Faisal, pasti apa yang menjadi pilihan Faisal itu pun yang terbaik untuk adiknya.
Dinda yang dari tadi di pelukan Bu Yanti, kini beralih memeluk Ibu kandungnya, Ibu yang sudah membesarkannya, namun juga akan melepaskannya.
''Kamu bahagia, Nak?'' tanya Bu Tatik, selaku orang tua setidaknya ingin tau isi hati Dinda saat ini.
Dinda menatap wajah Bapaknya beralih ke Abang Faisal dan kini menatap ibunya yang nampak belum yakin dengan pilihan putrinya.
''Kalau aku nggak bahagia, aku tidak mungkin bisa tersenyum, Bu,'' ucap Dinda meyakinkan Bu Tatik, senyum paksa pun di tampilkan demi Ibu tercinta.
Meski kamu bilang bahagia, Ibu yakin kalau kamu juga bersedih, dan Ibu hanya bisa berdoa untuk kebaikan kamu. Menepuk nepuk punggung Dinda yang masih di pelukannya.
Satu keluarga itu pun kini saling memeluk hangat, Pak Yanto dan Bu Tatik siap melepaskan putrinya menjadi putri orang lain sepenuhnya, Begitu juga dengan Faisal, karena setelah menikah, Dinda bukan adik kecilnya lagi melainkan seorang istri yang punya kewajiban untuk suaminya.
''Selamat datang di keluarga kami, Bu,'' sambutan Bu Yanti dengan penuh penghormatan sebagai seorang besan.
Kedua wanita paruh baya itu saling berpelukan, begitu juga dengan Alan yang ikut menyambut kedatangan calon mertuanya.
''Silahkan, Bu!" menggiring keluarga Dinda menuju ruang keluarga.
Terlihat dari jauh canda tawa di sana, namun Dinda yang saat ini duduk di samping Faisal tak bisa berbuat apa apa selain menjalani apa yang mungkin sudah di takdirkan untuknya, hidup itu pilihan, tapi entah kenapa Dinda merasa tak bisa memilih dan harus patuh dengan Abangnya.
''Kamu kenapa?'' tanya Alan tiba tiba menyodorkan segelas jus untuknya.
Dinda menggeleng menerima jus dari calon suaminya, sedangkan Faisal memilih untuk pergi memberi kesempatan pada calon pengantin ngobrol.
''Mereka bahagia ya ?'' menyungutkan kepalanya ke arah ruang keluarga, di mana kedua keluarga itu semua tertawa riuh entah apa yang di bahas, yang pastinya Dinda ikut senang dengan keadaan itu.
''Memangnya kamu nggak bahagia, besok kan kita menikah?'' goda Alan meneguk jus yang tinggal sedikit, sedangkan milik Dinda masih penuh.
Harusnya gitu, tapi aku tidak merasakannya karena pernikahan ini bukan saling cinta, aku patuh pada abangku, sedangkan kamu patuh pada Mama.
''Lagi." menyodorkan kembali jus miliknya, mengalihkan pembicaraan, Karena jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, tak ada kata bahagia di sana, dan sebaliknya yang ada hanya kata miris.
Alan menggeleng menatap lekat manik mata Dinda mencari kejujuran di sana.
Aku tau apa yang kamu rasakan saat ini, tapi sebisa mungkin aku akan adil sama kamu dan Syntia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
''Kamu hati hati ya, Syn," ucap salah satu teman Syntia yang bernama Jenita. ''Kalau kamu santai kayak gini, bisa bisa Alan cepat jatuh cinta sama istri keduanya, apa lagi kalau Siapa itu namanya?" masih menerka mengingat nama calon Istri kedua Alan yang baru aja di ceritakan Syntia,
''Dinda," sahut Syntia dengan lugas mengaduk aduk mocca latte di depannya, bahkan wanita itu tak menyeruputnya sedikit pun setelah mendengar omelan semua sahabatnya.
''Nah," Jenita menjentikkan jarinya, ''Apa lagi kalau sampai Dinda bisa memiliki anak, pasti kasih sayang dan cinta Alan untuk dia sepenuhnya," lanjut Jenita mengompori sahabatnya yang terlewat cuwek dengan rumah tangganya.
''Benar tu, jangan kira, laki bisa makan cinta doang, dia juga butuh kehangatan dari kamu." Timpal yang lain.
Syntia diam mencerna setiap kata yang meluncur dari sahabatnya, karena selama ini Ia hanya mementingkan materi tanpa ingin tau keinginan Alan padanya, apa lagi Alan yang super sibuk itu jarang sekali bersamanya, jangankan sampai curhat, berbicara saja hanya jika penting.
''Aku harus pulang," meraih tas tangannya dan berlari kecil.
''Kalau sudah kehilangan Alan, baru tau rasa tu anak," yang lain ikut geleng geleng dengan tingkah Syntia.
Tepat di jalan raya, Syntia melajukan mobilnya dengan begitu kencang, peringatan dari teman temannya membuatnya sadar, betapa berharganya Alan saat ini, dan Ia tak mau, jika yang mereka bicarakan itu terjadi padanya.
''Nggak, Alan mencintaiku, pasti dia akan tetap mencintaiku, Dinda hanya anak ingusan yang di pilih mama hanya untuk memberikannya anak, tidak yang lain." Meski sedikit tergoncang Syntia masih kekeh dengan pendiriannya.
Selang beberapa menit, Syntia menghentikan mobilnya tepat di kediaman Sudrajat yang kini sudah ramai, dengan gontainya Ia masuk ke dalam rumah, pamandangan yang sedikit mengejutkan saat melihat sang mertua begitu akrab dengan keluarga calon menantu barunya, sedangkan tertangkap oleh matanya siluent suaminya tersenyum senyum di samping calon istri barunya.
Lagi, hatinya terkoyak mengingat ucapan sahabatnya.
''Mas Alan..." panggilnya, kedua calon pengantin itu menoleh bersamaan ke arah sumber suara.
''Hai kamu baru datang, dari mana saja?'' tanya Alan lembut, masih seperti biasanya, tak menjawab, Sintya mencium bibir suaminya di depan Dinda sambil melirik, menegaskan kamu tidak bisa mengambil milikku.
Sedangkan Alan yang kikuk hanya menerima ciuman itu karena Ia pun kangen dengan tingkah lembut istrinya.
''Ketemu teman tadi, maaf ya, aku nggak bisa ikut mempersiapkan pernikahan kamu." Ucapnya manja merangkul lengan Alan dan bergelayut menyandarkan kepalanya di pundak Alan.
''Tidak apa apa, semuanya sudah siap kok," menatap Dinda yang masih berada di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Sitorus Boltok Nurbaya
nyimak dulu
2022-05-01
0
Lea Octa
sedih banget istri ke dua tapi paling ga enak posisi nya.. biasa nya istri ke dua suka paling berkuasa dan banyak tingkah....aku dukung istri ke dua 🤭 benci sm istri pertama wkwkwkwk jd aneh gini g biasanya dukung istri ke dua
2021-10-22
1
NasyafaAurelia🐧
masih nyimakkk
2021-10-20
0