Malam pertama yang tertunda

Makan malam yang begitu hening, hanya saling lirik satu sama lain, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari penghuni meja makan, hanya dentuman sendok dan piring yang terdengar.

''Non nggak suka masakan Bibi?'' celetuk Bi Romlah tiba tiba mengejutkan Dinda, sedangkan yang lain ikut menoleh termasuk Alan.

''Kamu nggak suka, Din?'' tanya Alan penasaran karena dari tadi nasi di piring Dinda hanya berkurang sedikit, sedangkan punya Alan sudah menghampiri habis, mungkin perutnya sudah kosong karena pergulatan tadi sore.

''Suka kok Kak, Bi,'' mengangguk dan kembali menyendok makanannya.

Bi Romlah kembali ke dapur, sedangkan Dinda dan yang lain melanjutkan makannya.

Sok cari perhatian, memangnya dia fikir dia siapa, heh, jangan harap Mas Alan akan peduli sama kamu.

''Mas, kayaknya Aku kurang enak badan deh, malam ini bisa kan Kamu temani Aku tidur,'' memijat tengkuk lehernya.

Sedangkan Alan yang mendengar hanya bisa termangu, harusnya ini adalah malam pertamanya dengan Dinda, tapi mendengar keluhan Syntia pria itu menjadi tak tega.

''Iya, nanti Aku temani.'' jawabnya mengelus lengan Syntia dengan lembut.

Aku yakin kalau Mbak Syntia hanya pura pura supaya Kak Alan nggak tidur denganku, bodo amat.

Dinda yang merasa sedikit jengkel meletakkan sendok dan garpunya lalu beranjak, nggak mungkin dia protes secara langsung, harusnya Alan juga ngerti itu. meskipun tak saling cinta seharusnya Alan menjaga sikapnya saat di depan Dinda.

''Kak Aku ke kamar dulu, ngantuk,'' meninggalkan suami dan istri pertamanya menuju kamar.

Baru juga berada di sudut tangga, Dinda menoleh saat Alan memanggilnya dari belakang, ternyata pria itu mendekatinya.

"Tunggu aku di kamar," bisiknya sebelum kembali ke meja makan.

Dinda tersenyum menatap punggung Alan berlalu.

Siap ataupun nggak, ini adalah kewajibanku.

Gadis itu terlihat gusar saat masuk ke kamarnya, meskipun masih ada rasa takut akan yang namanya malam pertama, namun Dinda yakin lambat laun akan terjadi dan sepatutnya Ia untuk mempersiapkan diri.

Masih terngiang ngiang ucapan mama mertuanya kalau malam pertama Ia harus dandan yang cantik dan memakai baju yang seksi.

Nggak ah, lagi pula aku kan belum terbiasa.

"Kalau kayak gini apa nggak malu maluin,'' menjewer sebuah baju berenda yang sangat nerawang, bahkan tidak layak di pakai jika menurut Dinda.

"Nggak jadi deh, mending cari yang lain, ini terlalu nggak sopan, nanti Kak Alan fikir aku wanita penggoda lagi,'' bermonolog dan mengembalikan baju yang sudah di gantungnya.

Yang seksi ya Din.

Namun ucapan Bu Yanti kembali melintasi otaknya, Akhirnya mau nggak mau, Dinda kembali mengambil lingery warna hitam.

Nggak apa apa deh, lagi pula kan cuma kak Alan yang lihat.

Akhirnya Dinda bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju, meskipun sedikit malu saat menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin Dinda harus percaya diri, karena Ia fikir mungkin tidak hanya malam ini, dan akan ada malam malam berikutnya yang mengharuskan Ia memakai baju seperti itu.

Setelah menyiapkan seluruh jiwa dan raganya, Dinda kembali ke dalam kamar dan beralih menuju meja rias.

Jika biasanya hanya memakai make up ala kadarnya, malam ini Dinda berusaha se perfec mungkin untuk mempercantik diri, karena malam ini akan menjadi malam yang indah untuknya.

Melihat jam yang melingkar di tangannya ternyata sudah setengah jam terlewati setelah dia masuk kamar, sedikit gusar karena belum ada tanda tanda Alan ke kamarnya, Akhirnya Dinda memilih untuk membaringkan tubuhnya dan memakai selimut yang menutupi setengah badannya sambil menatap langit langit kamarnya.

Entah waktu yang terasa lama atau perasaan Dinda sendiri, Ia merasa sedikit jenuh dan mulai menguap, mengambil ponsel dan membukanya berharap bisa menghilangkan kantuknya, ternyata sudah satu jam dari Ia melihat jam yang pertama.

Apa mungkin Kak Alan masih ada di bawah, apa yang mereka obrolin, kenapa lama sekali.

Semakin menyipit saja matanya karena malam pun mulai larut, setelah bosan memainkan ponsel Dinda membuka laptopnya yang baru di belikan Bang Faisal mencari cari desain rancangan baju dan mempelajari beberapa Tipe dan model fashion.

Namun itu tak juga menyurutkan dari kejenuhan hingga lama menunggunya tiga jam.

Dinda meraih jaket dan membuka pintu kamarnya.

Ternyata Pintu kamar Alan dan Syntia tertutup, lampu di bawah juga terlihat remang remang, tanpa alas kaki Dinda turun ke bawah, barang kali mendapati mereka di ruang keluarga, nyatanya sepi tak ada satu penghuni pun di sana termasuk Bi Romlah dan yang lain.

Ternyata Kak Alan dan mbak Syntia sudah tidur.

Dengan berat hati Dinda membuang jauh jauh harapannya untuk tidur dengan Alan malam ini, Akhirnya gadis itu kembali masuk ke kamarnya, dan memilih untuk memejamkan matanya.

Mungkin malam pertamaku bukan malam ini, masih ada besok dan besok, semangat Dinda mimpi yang indah, hanya bisa menyamangati diri sendiri dalam hati.

Malam yang amat sunyi, dalam kesendirian bertemankan guling dan selimut, Dinda melewati waktu, selang beberapa jam berlalu, Dinda di kejutkan dengan bunyi ketukan pintu.

Dengan mengumpulkan nyawanya, Dinda mengucek matanya dan menatap jam, ternyata sudah jam dua pagi.

Jangan jangan Kak Alan.

Dengan semangat tinggi Dinda merapikan rambutnya yang sedikit acak acakan, lalu berlari kecil menuju pintu, di bukanya dengan pelan dan menunduk.

"Wah, ternyata kamu sudah siap untuk malam pertama, suara seorang wanita memaksakan kepalanya untuk mendongak, Dinda terkejut saat orang yang mematung di depan pintu bukanlah orang yang di harapkannya datang, melainkan istri pertamanya.

"Kasihan sekali, karena malam ini Mas Alan merasa hangat tidur di sampingku,'' ucapnya lagi, menatap penampilan Dinda dari atas sampai bawah dengan memutari tubuh Dinda yang berada di ambang pintu.

Kalau bukan Kak Alan yang menyuruhku menunggunya, aku juga nggak akan berdandan seperti ini.

Gadis itu menahan air matanya yang saat ini sudah berada di pelupuk, bahkan satu tetesan berhasil lolos ke pipinya, melihat Dinda yang makin sedih Syntia menarik pergelangan tangan madunya menuju kamarnya.

''Lihatlah!" membuka sedikit pintu kamarnya, Nampak Alan yang sedang terlelap dengan telanjang dada, dan sebagian tubuhnya tertutup selimut.

Dinda hanya bisa melongo menatap suaminya, meskipun hatinya mulai terasa sakit namun gadis itu hanya bisa menahannya.

Ternyata kamu memebohongiku Kak, kamu memintaku untuk menunggumu, tapi apa, ternyata kamu tidur dengan istri pertamamu, batinnya.

Dinda menepis tangan Syntia yang masih memegangnya dan berlari menuju kamarnya kembali, setelah menutup pintu Dinda ambruk duduk di lantai meratapi nasibnya.

Dinda menumpahkan air matanya yang sedari tadi masih sedikit di tahannya, ternyata semua tak semudah yang di bayangkan, bahkan di hari pertama Alan sudah tak adil padanya, namun di dalam kesedihannya, Dinda kembali berfikir positif.

''Mungkin Kak Alan belum terbiasa dengan kehadiranku, Aku yakin lambat laun dia pasti bisa membagi malam malamnya untukku, meskipun Aku hanya istri kedua, Aku juga berhak atas dirinya dan cintanya.

Terpopuler

Comments

Veronica Maria

Veronica Maria

resiko kalo tggal serumah dan dipoligami

2023-04-26

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

dinda baru 1hr lgsg ngarep buka segel aja,
jual mahal kelesss

2022-02-16

0

Emejing

Emejing

dh lh , -,-

2021-11-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog, Masalah
2 Perkenalan
3 Permohonan sang Mama
4 Penolakan Dinda
5 Setuju
6 Minta Anak
7 Kehangatan
8 Pernikahan
9 Pindah rumah
10 Malam pertama yang tertunda
11 Curiga
12 Pamit
13 Perdebatan kecil
14 Apa artinya aku?
15 Tak di anggap
16 Rasa
17 Paksaan Alan
18 Suara hati Ibu
19 Kandang harimau
20 Menginap
21 Alan sakit
22 Dinda pulang
23 Beda rasa
24 Khawatir
25 Rumah sakit
26 Keinginan Dinda
27 Mesin jahit
28 Salah sangka
29 Ancaman Alan
30 Mengenang masa lalu
31 Cemburu buta
32 Selamat
33 Keluarga terbaik
34 Langkah cepat
35 Pantang menyerah
36 Sekedar sahabat
37 Menepis perasaan
38 Kepergok
39 Berani
40 Ulang tahun
41 Kado terindah
42 Batal
43 Kecewa
44 Pasrah
45 Cerita
46 Selalu di abaikan
47 Cowok
48 Sindiran
49 Marah
50 Ibu datang
51 Sandiwara
52 Se-ranjang
53 Pulang kampung
54 Perdebatan kecil
55 Mulai sadar
56 Fakta baru
57 Tercyduk
58 Rencana Faisal
59 Kepergian Dinda
60 Sikap Faisal
61 Curiga
62 Mengambil barang
63 Di tolak
64 Mulai goyah
65 Permohonan Faisal
66 Tersinggung
67 Pitutur sahabat
68 Tanda melahirkan
69 Kenyataan pahit
70 Penyemangat
71 Dukungan
72 Kesepakatan
73 Dinda pulang
74 Rencana Faisal
75 Tujuh tahun lalu
76 Tak tega
77 Amarah sang mama
78 Mengetahui
79 Keras kepala
80 Pengumuman
81 Pencarian part 1
82 Pencarian part 2
83 Pencarian part 3
84 Kemarahan Daka
85 Perkembangan
86 Selamat jalan Baby boy
87 Kabar mengejutkan
88 Mengingat masa kecil
89 Siasat Alan dan Daka
90 Menyamar
91 Bukti bukan janji
92 Ketahuan
93 lembaran baru
94 Hampir terwujud
95 Paris 1
96 Paris 2
97 Makin aneh
98 Paris 3
99 Paris 4
100 Membuka rahasia
101 Perpisahan
102 Pisah ranjang
103 Bimbang
104 Nginep
105 Makan malam bersama
106 Restu sang mama
107 Alan cemburu
108 Malih rupa
109 Terungkapnya sebuah penyamaran
110 Tak mau gagal lagi
111 Jahil
112 Kabar buruk
113 Momen terakhir di kampung
114 Gagal menikah
115 Daka pengganggu
116 Olokan
117 Masa depan baru
118 Bercerai
119 Masih berharap
120 Salah paham
121 Tingkah aneh Dinda
122 Geger
123 Positif
124 Ngidam Dokter Tono
125 Kembar
126 Ketakutan Alan
127 Cemburu
128 Batal
129 Cowok cewek
130 Pangling
131 Bakpao
132 Salah ngomong
133 Kebahagiaan yang terpenting
134 Melahirkan
135 Baby Twins
136 Aditama dan Aldifana
137 Tingkah konyol Bu Yanti
138 Kompor
139 Buntung dan untung
140 Keputusan yang tepat
141 Melanjutkan yang belum terlaksana
142 Bapak sakit
143 Menjenguk
144 Kegagalan sebuah rencana
145 Muntah
146 Masih mual
147 Penuh kejutan
148 Salad kampung
149 Jalan jalan
150 Kesedihan Alan
151 Amarah
152 Burung berbisa
153 Rayuan untuk para istri
154 Anak kedua
155 Indah pada waktunya
156 pengumuman
157 Novel baru sudah rilis
158 Ada novel baru lagi loh!!!
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Prolog, Masalah
2
Perkenalan
3
Permohonan sang Mama
4
Penolakan Dinda
5
Setuju
6
Minta Anak
7
Kehangatan
8
Pernikahan
9
Pindah rumah
10
Malam pertama yang tertunda
11
Curiga
12
Pamit
13
Perdebatan kecil
14
Apa artinya aku?
15
Tak di anggap
16
Rasa
17
Paksaan Alan
18
Suara hati Ibu
19
Kandang harimau
20
Menginap
21
Alan sakit
22
Dinda pulang
23
Beda rasa
24
Khawatir
25
Rumah sakit
26
Keinginan Dinda
27
Mesin jahit
28
Salah sangka
29
Ancaman Alan
30
Mengenang masa lalu
31
Cemburu buta
32
Selamat
33
Keluarga terbaik
34
Langkah cepat
35
Pantang menyerah
36
Sekedar sahabat
37
Menepis perasaan
38
Kepergok
39
Berani
40
Ulang tahun
41
Kado terindah
42
Batal
43
Kecewa
44
Pasrah
45
Cerita
46
Selalu di abaikan
47
Cowok
48
Sindiran
49
Marah
50
Ibu datang
51
Sandiwara
52
Se-ranjang
53
Pulang kampung
54
Perdebatan kecil
55
Mulai sadar
56
Fakta baru
57
Tercyduk
58
Rencana Faisal
59
Kepergian Dinda
60
Sikap Faisal
61
Curiga
62
Mengambil barang
63
Di tolak
64
Mulai goyah
65
Permohonan Faisal
66
Tersinggung
67
Pitutur sahabat
68
Tanda melahirkan
69
Kenyataan pahit
70
Penyemangat
71
Dukungan
72
Kesepakatan
73
Dinda pulang
74
Rencana Faisal
75
Tujuh tahun lalu
76
Tak tega
77
Amarah sang mama
78
Mengetahui
79
Keras kepala
80
Pengumuman
81
Pencarian part 1
82
Pencarian part 2
83
Pencarian part 3
84
Kemarahan Daka
85
Perkembangan
86
Selamat jalan Baby boy
87
Kabar mengejutkan
88
Mengingat masa kecil
89
Siasat Alan dan Daka
90
Menyamar
91
Bukti bukan janji
92
Ketahuan
93
lembaran baru
94
Hampir terwujud
95
Paris 1
96
Paris 2
97
Makin aneh
98
Paris 3
99
Paris 4
100
Membuka rahasia
101
Perpisahan
102
Pisah ranjang
103
Bimbang
104
Nginep
105
Makan malam bersama
106
Restu sang mama
107
Alan cemburu
108
Malih rupa
109
Terungkapnya sebuah penyamaran
110
Tak mau gagal lagi
111
Jahil
112
Kabar buruk
113
Momen terakhir di kampung
114
Gagal menikah
115
Daka pengganggu
116
Olokan
117
Masa depan baru
118
Bercerai
119
Masih berharap
120
Salah paham
121
Tingkah aneh Dinda
122
Geger
123
Positif
124
Ngidam Dokter Tono
125
Kembar
126
Ketakutan Alan
127
Cemburu
128
Batal
129
Cowok cewek
130
Pangling
131
Bakpao
132
Salah ngomong
133
Kebahagiaan yang terpenting
134
Melahirkan
135
Baby Twins
136
Aditama dan Aldifana
137
Tingkah konyol Bu Yanti
138
Kompor
139
Buntung dan untung
140
Keputusan yang tepat
141
Melanjutkan yang belum terlaksana
142
Bapak sakit
143
Menjenguk
144
Kegagalan sebuah rencana
145
Muntah
146
Masih mual
147
Penuh kejutan
148
Salad kampung
149
Jalan jalan
150
Kesedihan Alan
151
Amarah
152
Burung berbisa
153
Rayuan untuk para istri
154
Anak kedua
155
Indah pada waktunya
156
pengumuman
157
Novel baru sudah rilis
158
Ada novel baru lagi loh!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!