Antara suka dan duka itulah kabar yang di terima dengan kepulangan Alan dan Syntia, harapan yang positif di tunggu olehnya, namun ia pun tak bisa menentukan dengan apa yang akan terjadi nanti.
Setelah mengatakan pada Bu Yanti, Dinda pun pamit pulang tak mau di antar oleh keluarga, namun kehadiran bang Faisal sedikit mengobati keluh kesahnya sebagai istri yang tak di anggap.
''Kamu beneran nggak apa apa kan, Din?'' tanya Bang Faisal menoleh ke arah Dinda yang nampak termenung, bahkan gadis itu seperti enggan untuk membuka mulutnya, tak seperti biasanya yang selalu saja nyerocos .
Dinda menggeleng tanpa suara.
''Apa kamu merasa tersakiti dengan pernikahan ini?'' tanya lagi Faisal makin menyelidik dengan perubahan sikap adiknya.
Hehehee... Dinda tersenyum paksa, tragis, abangnya saja sampai bertanya seperti itu, padahal dia yang meyakinkan kalau dirinya mau menikah dengan Alan, pasti hidupnya akan bahagia, tapi apa, semua berbanding balik.
''Bahagia, bang, aku hanya berfikir saja apa aku bisa memberi cucu untuk mama Yanti, sedangkan tujuan utama pernikahanku kan hanya itu,'' ucapnya pelan dan menunduk, entah apa yang ada di dalam hatinya saat ini, yang pastinya Dinda ingin segera melewati momen seperti ini.
''Pasti bisa,'' meyakinkan lagi sang adik untuk tetap semangat.
''Kak Alan tiba jam berapa?'' tanya Dinda mengalihkan pembicaraan.
''Kurang lebih jam tujuh malam nanti, kamu tunggu saja, sambut dia dengan manis,'' titahnya.
Dinda hanya mengangguk.
Semanis apapun diriku pasti Kak Alan juga tidak mau menghargaiku bang.
Tak terasa percakapan keduanya mengantarkan sampai di depan rumah Alan.
Dinda turun begitu pun Faisal juga ikut turun membawakan tasnya.
''Den Faisal,'' sapa Bi Romlah.
''Iya Bi, sehat,'' menepuk bahu Bi Romlah, pembantu Alan yang suka menggodanya karena Faisal selalu saja bersikap angkuh, namun keangkuhannya itu yang membuat penasaran dengan kepribadiannya.
''Sehat, sudah punya pacar, Den?'' tanya Bi Romlah lagi, wanita mana yang beruntung mendapatkan sekretaris sekaligus asisten ganteng itu.
Faisal hanya menanggapinya dengan senyuman. Sedangkan Dinda malah mengernyit ternyata abangnya sangat akrab dengan pembantu suaminya.
''Sudah Bi, namanya Mbak Amel, cantik pula,'' mengangkat kedua jempolnya di depan Bi Romlah.
''Ya.... kirain belum, mau aku jodohkan sama cucu Bibi,'' ucapnya melemah, dan akhirnya Dinda Dan Faisal tertawa lepas.
''Ya sudah, Din, abang balik ya, Bi aku pulang, salam buat cucu Bibi,'' pamitnya sebelum keluar dari rumah Alan.
Apaan sih abang sudah punya pacar juga masih main salam salaman sama cucu Bi Romlah kalau jatuh cinta beneran tau rasa.
Dinda masuk ke dalam kamarnya dan menaruh tas tentengnya.
Sudah jam lima sore, itu artinya dua jam lagi Kak Alan di mbak Syntia sampai, mendingan aku masak saja untuk mereka.
Dengan cekatan gadis itu turun dan pergi ke dapur menghampiri Bi Romlah dan yang lain.
''Mau apa, Non?'' tanya Bi Romlah saat Dinda celingak celinguk di depan lemari pendingin.
''Bi, nanti Kak Alan dan mbak Syntia mau pulang, aku mau masak untuk mereka,'' ucapnya menggigit jari, masih memikirkan masakan apa yang akan di hidangkan untuk suami dan istri pertamanya.
''Seperti biasa saja Non, pasti den Alan suka,'' ide bagus.
Dinda manggut manggut lalu mengikat rambutnya sebelum memegang peralatan dan bumbu dapur.
Dengan telaten dan bimbingan dari Bi Romlah Dinda berusaha sebaik mungkin untuk menyajikan makan malam untuk suaminya.
''Semoga kak Alan suka ya Bi?''menata di meja makan dengan bantuan Bi Romlah, sedangkan pembantu yang lain membereskan peralatan dapur.
''Pasti.''
Masakan sudah selesai, batinnya kembali menilik jam.
Setelah berparas cantik, Dinda kembali turun karena jam terus berputar bahkan ini sudah jam tujuh malam lebih lima belas menit, namun belum ada tanda tanda mobil Alan datang.
Ada rasa gelisah kembali melanda, namun lagi lagi Dinda tak mau berprasangka buruk pada suaminya.
Baru juga menyalakan tivi, suara klakson mobil menggema.
''Itu pasti Kak Alan,'' kembali mematikan TVnya dan beranjak.
Dinda tersenyum dan berlari kecil menuju pintu utama.
Ternyata benar Alan dan Syntia baru saja keluar dari mobilnya, keduanya nampak lelah.
''Sini kak, biar aku bawain,'' menghampiri Alan yang kerepotan menarik kopernya.
''Kamu belum tidur?'' Alan melepaskan jaket yang seharian menghangatkan tubuhnya.
''Nunggu kakak dan Mbak Syntia, aku juga sudah masak buat kalian,'' mengikuti Alan dan Syntia dari belakang.
''Yah.... Kita sudah makan Din, tadi di jalan, kamu sih nggak bilang kalau mau masak.''
Ucapnya enteng.
Dinda yang mendengarnya pun merasa sesak namun tetap memperlihatkan wajah cerianya.
''Nggak apa apa, kalau gitu biar Aku aja yang makan.''
Meletakkan koper di sudut tangga dan kembali menuju meja makan menatap makanan yang dengan susah payah ia hidangkan.
Tidak bisakah kamu menghargai jerih payahku kak, setidaknya kamu bisa kan mencicipi makanan yang aku masak, tapi apa, kamu tega memperlakukan ku seperti ini.
Tak terasa air matanya kembali membasahi pipi mulusnya dan itu pun tak luput dari pandangan Bi Romlah.
''Non, mau makan sama Bibi,'' tawar Bi Romlah yang merasa kasihan.
''Boleh, kan kalau kita makan sama-sama lebih enak,'' menyeka air matanya dan mencoba tersenyum meskipun hatinya merasa tersayat.
''Din, aku ke kamar dulu ya,'' entah dari kapan Alan mematung di belakangnya, yang pastinya membuat Dinda terkejut dan mengelus dadanya.
Dinda hanya mengangguk tanpa suara.
Setelah Alan dan Syntia masuk ke kamarnya, Dinda bergabung dengan asisten rumah tangga yang lain untuk makan di belakang.
''Memangnya setiap hari kalau kalian makan seperti ini?'' menatap satu persatu pembantunya yang saat ini memutari satu nampan yang berisi nasi serta lauk.
Semua mengangguk bersamaan, mereka selalu kompak untuk makan bersama.
''Kalau gitu boleh dong setiap hari aku makan sama kalian,'' ucap Dinda sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Semua saling pandang, bingung mau jawab apa status mereka berbeda, dan pastilah Alan tidak akan mengizinkan Dinda untuk melakukan itu.
Dinda tersenyum saat semua menatap wajahnya.
''Nggak apa apa, lagian Kak Alan nggak akan peduli dengan apa yang aku lakukan, jadi kalian tenang saja, nggak usah takut.''
Semua mengangguk lalu tersenyum, tidak menyangka majikannya itu sangat baik dan tidak memandang status seperti Syntia yang selalu angkuh dan memandang sebelah mata pada mereka.
Jika di rumah ini aku tak diaggap oleh kak Alan dan mbak Syntia, setidaknya masih ada kalian yang bisa membuatku tersenyum, biarlah aku menghabiskan hari hariku bersama kalian sampai bahagia itu datang menghampiriku.
Sedangkan di dalam kamar Alan dan Syntia langsung saja membersihkan dirinya karena perjalanan seharian membuat badan keduanya lengket.
''Mas langsung tidur yuk, aku capek,'' menarik pengelangan tangan Alan yang hampir saja membuka pintu.
Terpaksa Alan mengurungkan niatnya untuk keluar karena Ia memang tak bisa menolak permintaan Syntia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Veronica Maria
dasar suami goblok. ngapain lo nikahin dinda kalo cmn tdur sama bini lo yg mandul itu ? mmg mandul bs ksh anak ? hadohhhh
dinda jga, tggal dong sama mertua lo. kn mertua lo baik. drpd tggal sm suami jg bini mandulnya itu
2023-04-26
0
Nurmalia Irma
si alan dasar 🤬
2022-09-19
0
Sitorus Boltok Nurbaya
Sabar dinda
anggap ujian untuk membuatmu lebih dewasa
2022-05-01
0