Hari ini benar benar menjadi hari bersejarah bagi Dinda, di mana Ia resmi menjadi seorang istri, dengan linangan air mata Dinda melepasakan pelukan Ibunya, karena hari ini juga Ia harus ikut suaminya pulang.
''Doa Ibu menyertaimu nak,'' mengelus Pipi Dinda sebelum keduanya berpisah.
''Nurut sama suami, lakukan kewajibanmu, jangan sampai membuatnya marah, pesan sang bapak yang tak kalah mengharukan.
''Abang akan sering ke rumah kamu, jangan sedih, Alan pasti akan menjagamu dengan baik, ucap bang Faisal.
Lambaian tangan itu kembali membuat Dinda menitihkan air mata saat berada di dalam mobil.
Dalam perjalanan tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Dinda, mungkin masih canggung untuk memecahkan suasana, sedangkan Syntia yang duduk di samping Alan sesekali begelayut manja di lengan suaminya yang sibuk dengan setirnya.
''Mas kita liburan ya,'' ajak Syntia dengan manjanya.
Alan menatap wajah Dinda dari spion, terlihat gadis itu tersenyum manis.
''Ke mana,?'' tanya Alan singkat.
''Ke Paris, teman aku kemarin juga ke sana lo, barang kali kita bisa bertemu mereka disana, kan Asyik, jawab Syntia.
Bukankah yang seharusnya pergi itu aku, aku kan istri barunya.
''Iya, kamu juga siap siap ya Din, kita akan ke paris, tapi kayaknya lusa deh, mengingat jadwalnya yang masih padat.
Setelah mendengar nama Dinda , Syntia mengangkat kepalanya yang dari tadi bersandar di pundak Alan.
''Kok sama dia, menunjuk arah Dinda yang duduk di belakang.
''Aku maunya berdua, lanjut lagi, Syntia tak terima kalau Alan mengajak istri barunya.
Dinda tersenyum, ''Aku nggak ikut nggak apa apa kok kak, lagi pula mama bilang mau ngajakin aku ketemu desainer yang dari luar negeri, ucap Dinda memberi alasan, padahal Bu Yanti sama sekali belum membicarakan masalah itu.
''Tu kan, pasti mama sudah punya banyak rencana untuk dia , sedangkan Aku, apa, masih bernada marah.
''Iya iya, kita pergi berdua, dengan terpaksa Alan memenuhi permintaan Syntia.
Setelah rencana kepergian itu kini suasana kembali hening hingga mobil sampai di depan halaman rumah Alan.
''Bi, panggil Alan saat Dinda mengeluarkan kopernya.
''Iya Den, jawab Bi Romlah sedikit berlari menghampirinya.
''Bantu bawa koper Dinda ke kamar yang ada di samping kamarku dan Syntia,'' titahnya.
Setelah Bi Romlah berjalan menyeret koper, Dinda hanya mengikutinya dari belakang.
''Silahkan, Ini kamar Non, sudah Bibi bersihkan, kalau Non butuh sesuatu panggil saja Bibi.
Dina mengangguk tanpa suara.
Seperginya Bi Romlah, Dinda menaruh tas tangannya, badannya mulai penat, dan hari pun mulai sore.
''Mandi ah, gerah juga, Dinda mendekati pintu yang masih terbuka.
Namun kali ini Ia kembali sedikit menyembulkan kepalanya saat suara aneh menghiasi telinganya.
Dan kini matanya terbelalak saat menyaksikan pemandangan yang di luar dugaan, Dinda melihat dengan jelas Saat Alan di selimuti nafsunya saat keduanya saling berciuman di depan kamar mereka.
''Sekarang sayang, suara parau dari mulut Alan itu kembali menembus gendang telinganya hingga membuatnya sesak dan kembali menutup pintu dengan pelan.
Alan yang sudah tak sabar pun membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan kasar, dan tak tau apa yang di lakukan suami istri itu di dalam kamar, sedangkan Dinda malah duduk di tepi ranjangnya dan mengatur nafasnya.
Kenapa kamu sedih Din, bahkan kamu akan menyaksikan itu setiap hari, mereka itu suami istri, meskipun kamu juga istrinya, Mbak Syntia lah istri pertamanya, dan Cinta Kak Alan memang untuknya, kamu cuma istri yang akan memberinya anak saja tak lebih, batinnya.
Setelah merenungi nasibnya, Dinda memilih untuk ke kamar mandi berharap masalahnya. ikut terguyur air shower.
Jika di dalam kamar Dinda mencoba melupakan kejadian yang baru saja Ia lihat, tidak dengan kamar di sampingnya yang makin terasa panas, meskipun Ac itu sangat dingin, keringat membasahi keduanya, apa lagi sudah lama Alan tidak merasakan belaian Syntia, dan entah kenapa kali ini wanita yang berstatus istri pertama itu dengan mesranya melayaninya.
''Terima kasih ya, ini yang aku rindukan selama ini, ucapan itu meluncur di iringi dengan senyuman , sedangkan Syntia pun membalas senyuman Alan lalu memeluk tubuh suaminya yang masih polos, karena Ia merasa menang.
Tidak hanya hari ini, setiap hari akan aku lakukan untukmu, kamu suamiku, tidak ada orang lain yang boleh merebut cinta kamu dariku, termasuk istri kedua kamu, batinnya licik.
Dinda yang sudah selesai mandi memilih untuk memejamkan matanya karena hari ini memang sangat melelahkan, belum lagi fikirannya yang mulai kalut setelah melihat kejadian di depan kamar suaminya.
Tok....tok... tok... selang satu jam , bunyi ketukan pintu membuyarkan mimpinya yang sudah sampai kampung, karena memang Dinda kembali bermimpi bertemu dengan Ibu tercintanya,
Terpaksa Dinda harus membuka matanya perlahan, di lihatnya langit langit kamarnya yang berbeda, masih lupa di mana Ia berada.
Oh.. iya ini kan rumah kak Alan, batinnya.
Karena ketukan pintu itu kembali menggema, Dengan sigap Dinda membukanya.
''Bibi, ucap Dinda, ternyata pembantu Alan yang datang.
''Non nggak makan, tadi saya dapat telepon dari nyonya besar di suruh untuk bangunin non kalau tidur, katanya Non belum makan dari pagi, ucapnya sambil membungkuk ramah.
Kenapa Mama telepon Bibi , kenapa nggak menghubungi Aku langsung , gumamnya kecil.
''Iya Bi, sebentar lagi aku turun, ucapnya.
E... Bi, melirik ke arah kamar Alan yang masih tertutup rapat,.
''Iya Non, Bibi kembali menghadap Dinda.
''Apa Kak Alan Dan Mbak Syntia sudah di bawah.?'' tanya nya dengan pelan takut jika mereka tiba tiba saja keluar.
Bi Romlah menggeleng tanpa suara.
''Ya sudah, terima kasih.
Lebih baik aku turun duluan, nanti pasti mbak Syntia makan sama Kak Alan ,aku nggak mau ganggu mereka.
Setelah merapikan rambutnya di depan cermin, Dinda keluar dari kamarnya,
Ceklek, suara pintu terbuka saat Dinda tepat di depan kamar Alan.
''Dinda, Mau ke mana,?'' tanya Alan yang sudah bergandengan dengan Syntia.
Dinda melirik leher Syntia yang di penuhi dengan tanda merah dan itu di yakininya adalah bekas bibir Alan.
''Ke bawah Kak, tadi mama telepon Bibi katanya suruh aku makan, dan aku nggak bangunin kalian, takut ganggu, jawabnya sesantai mungkin, karena Dinda tidak mau menampakkan wajah melasnya di depan Syntia dan Alan.
''Ya sudah, kalau gitu kita makan sama sama saja, tawar Alan, Dinda hanya mengangguk.
''Sayang kamu turun duluan ya, Aku mau bicara sama Dinda, ucap Syntia.
Setelah punggung Alan menghilang, Syntia melipat kedua tangannya.
''Kamu fikir dengan menjadi istri kedua mas Alan, kamu bisa mendapatkan cintanya, seru Syntia tepat di telinga Dinda.
''Tidak, dia milikku , dan tidak akan pernah menjadi milikmu, tegasnya lagi, lebih membuka kancing bajunya bagian atas dan memperlihatkan maha karya Alan yang lebih banyak di sana.
Dan setelah Dinda melihatnya, Syntia kembali menutupnya dan berlalu.
Sabar Din, jangan sakit hati, cinta itu akan tumbuh karena ketulusan kamu bukan karena ambisi belaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Veronica Maria
banyak bkas garukan merah ya pok. takut laki berpaling ya ? mknya jgn jdi cewe mandul. resiko kalo gk bs ngasih keturunan
2023-04-26
0
Yen Margaret Purba
amnesia sintia,
kan ga harap cinta cm btuh anak
2022-02-16
0
Aisa Nirwana
sabar din kamu hrs mampu buat alan bucin sm kamu din
2021-12-27
0