Setuju

Masih dalam fase yang membingungkan, di mana harus ada hati yang di korbankan, Faisal berusaha berfikir sejernih mungkin untuk menerima konsekwensi dari keputusannya,

Karena Dia pun masih bertanggung jawab penuh atas Dinda sang adik.

Menatap sang adik menangis, membuatnya mengiba, tapi Faisal juga masih memikirkan keluarga Sudrajat yang sudah terlampau baik padanya.

''Din, keduanya saling bersingkuran, saling menatap ke depan masing masing, entah ada apa di sana yang pastinya saling berkelana.

''Abang tau Kamu akan tetap dengan keputusan kamu, ucap Faisal lemah, ''Tapi Kamu juga harus tau, mereka itu sudah baik sekali sama Abang, Mulai menceritakan semua tentang keluarga Sudrajat, bagiamana Ia bisa kuliah tanpa biaya dari orang tuanya sepeser pun, itu pun karena pak Heru yang sudah membantu biayanya, hingga sampai sekarang dengan mudahnya Ia mendapatkan pekerjaan.

''Abang tidak akan bisa seperti ini tanpa pertolongan mereka, lanjutnya lagi, ''Dan Kamu harus tau, Abang belum pernah sekali pun membalas kebaikan mereka, ucapan Faisal makin membuat Dinda terisak, tak percaya kalau Abangnya benar benar lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya.

''Terus Abang maunya apa?'' ucap Dinda di sela sela tangisnya.

Faisal beranjak menghampiri Dinda dan berlutut di depannya.

''Menikahlah dengan Alan, Abang yakin kalau Kamu akan bahagia hidup dengannya meskipun jadi istri kedua, jelasnya.

''Apa abang akan menjamin kebahagiaanku setelah menikah?'' Tanya Dinda dengan tersendat.

Faisal mengangguk tanpa suara.

''Dan bagaimana jika semua itu terbalik dan diluar ekspektasi Abang?'' Dinda menegaskan, karena Ia pun sering mendengar bahwa poligami itu tak mudah, pasti akan ada yang tersakiti di antara mereka, apa lagi Dinda belum mengenal Alan, begitu juga dengan Alan yang belum mengenalnya sama sekali.

Faisal diam, fikirannya tak sampai sejauh sana,

Karena yang Ia tau Alan bukan pria arogan, meskipun dingin, pasti Alan akan menghargai dirinya jika Ia yang memintanya, apa lagi hubungan mereka sudah sangat baik.

''Tapi abang yakin Kamu akan bahagia dengannya, masih kekeh dengan otaknya, mengingat selama ini tak pernah ada perseteruan antara Alan dan dirinya.

Dinda menghembuskan nafas kasarnya menyeka air mata yang membasahi pipinya.

''Kalau gitu tinggalkan Aku sendiri, dan Aku akan kasih jawaban ke Abang nanti sore, tapi apapun itu Aku mohon Abang harus setuju, ucapnya lagi.

Faisal yang merasa sedikit lega memeluk erat sang adik, berharap hati Dinda bisa luluh dan menerima permintaannya.

''Terima kasih ya Din.''

Dinda pun mengangguk meski belum tau apa yang akan di ambilnya.

Setelah Faisal menutup pintu kamarnya Dinda kembali menangis tersedu sedu dan menjambak rambutnya, merosot hingga ke lantai, rasanya ingin pergi sejauh mungkin dan tidak ingin berada di posisi itu, tapi semua sudah terjadi dan Dinda tidak bisa lari dari kenyataan pahit tersebut.

Tak menyangka pilihannya ke kota malah membuat masalah baru bagi dirinya bahkan ini lebih rumit dari pada harus mencari biaya kuliah.

''Kenapa Abang tega sama Aku, kenapa dia lebih mementingkan perasaan orang lain dari pada perasaan ku.

Masih dengan tangisnya Dinda menarik selimut hingga semua berserakan, meluapkan emosinya, namun Ia tak bisa menghindar dari sebuah masalah, baginya harus di selesaikan dengan lapang, tak mau membuat orang yang sudah berkorban untuknya dan keluarganya itu sakit hati karena penolakannya, Orang yang sudah mati matian mencari uang untuk menyembuhkan sang Ayah dari penyakitnya, belum lagi untuk kebutuhan hidup sehari hari dan sekolahnya, itu semua Faisal lah yang mencukupi.

''Jika menikah dengan Pak Alan akan buat abang bangga denganku, aku akan lakukan, ucapnya namun hatinya tak bisa berbohong jika itu makin membuatnya sakit.

Sementara Faisal, setelah menyiapkan sarapan untuk Dinda Ia pun langsung ke kantor, memberi waktu Dinda untuk berfikir dengan permintaannya.

Bahkan untuk menyuruh Dinda makan saja hanya lewat pesan Chat, masih tak tega jika harus bertatap muka.

Di Gedung Arkana grup, Hari ini mungkin memang hari yang menjenuhkan bagi Faisal maupun Alan, banyak meeting penting dan rapat hingga keduanya tak bisa bersantai seperti biasanya, namun dalam acara apapun Alan menangkap wajah gusar Faisal.

Pasti Mama sudah datang ke apartemen Faisal, tapi apa dia sudah menyetujui semua rencana konyol itu.

''Setelah ini Kamu ke ruanganku,'' bisiknya saat meeting terakhir hampir selesai.

Tak butuh waktu lama setelah pulang dari hotel tempat meeting, keduanya kini sudah berada di kantor, seperti ucapan Alan, Faisal langsung menuju ke ruangannya tanpa mengetuk pintu karena itu sudah biasa.

Dengan gontainya Faisal duduk di kursi depan meja Alan dengan tangan kosong.

Sedikit hening, tak seperti biasanya keduanya memasang wajah serius, karena Faisal tau apa yang akan di bicarakan Alan.

''Menurut kamu bagaimana?'' tanya Alan ke inti, tak mau basa basi.

Faisal menghela nafas panjang.

''Menurut Aku permintaan tante Yanti nggak salah, Aku setuju kalau Kamu menikah dengan Dinda, ucap Faisal seperti tanpa beban.

Alan yang dari tadi menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya, kini menautkan kedua tangannya di atas meja dan mencondongkan kepalanya sedikit mendekat.

''Kenapa Kamu setuju, bukan kah Kamu tau kalau Aku sangat mencintai Syntia, dan bagaimana jika Aku tidak bisa mencintai Adikmu, ucap Alan menjelaskan sebelum semua terlanjur.

Faisal tersenyum kecil.

''Aku memang belum berumah tangga, tapi Aku tau cinta tidak sepenuhnya membawa ke kebahagiaan, buktinya Kamu dan Syntia, apa Kamu bahagia hidup tanpa di karuniai anak, Faisal balik bertanya, karena Ia tau bagaimana Alan saat curhat dengannya, bagaimana Ia melewati hari harinya hanya dengan berdebat.

''Lagi pula Dinda itu gadis yang baik, jika kamu belum bisa mencintai Dia, setidaknya kamu tidak menyakiti hatinya, biarkan dia mengabdi menjadi istri kedua kamu, dan Aku yakin Dia akan membawa kebahagiaan untuk Kamu, Faisal meyakinkan Alan untuk tidak ragu memilih adiknya.

''Oke, kalau kamu setuju, Aku akan menikahinya, dengan satu syarat, Dia harus tinggal serumah dengan Aku dan Syntia.

Setelah Faisal menyetujui keduanya bersalaman.

Semoga Dinda bisa memberi keturunan untuk keluarga Sudrajat, karena dengan begitu, Aku harap dia bisa bahagia dengan semua ini.

Masih di tempatnya, Faisal mengeluarkan ponselnya dan memeriksa pesan yang di kirimkan untuk Dinda yang ternyata belum di buka.

Apa dia masih sedih dengan semua ini, kenapa Dia nggak buka chat dari Aku, jangan jangan Dia nggak makan sampai sekarang, batin Faisal khawatir.

Setelah melihat jam yang melingkar di tangannya, yang ternyata sudah lewat jam makan siang, Faisal pamit undur diri dari ruangan Alan.

''Mau kemana?'' tanya Alan saat Faisal terlihat buru buru.

''Aku mau pulang sebentar, nanti Aku balik lagi, jawabnya dengan buru buru juga.

''Aku ikut, seru Alan mengikuti langkah Faisal dari belakang.

Terpopuler

Comments

🇦 🇳 🇮 🇸 ᵏⁱᵗᵃ•ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

🇦 🇳 🇮 🇸 ᵏⁱᵗᵃ•ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

kakak otor sedikit masukan ya, tanda bacanya agak bikin bingung, tanda kutipnya harusnya diawal sama akhir percakapan

2022-02-10

0

Widiyawati

Widiyawati

17

2022-02-01

0

Srimurni Murni

Srimurni Murni

ibu alan maunya buat pendekatan dulu ke dinda sm alan jangan langsung menikah,dinda jangan mau satu rumah sm istri pertama

2021-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog, Masalah
2 Perkenalan
3 Permohonan sang Mama
4 Penolakan Dinda
5 Setuju
6 Minta Anak
7 Kehangatan
8 Pernikahan
9 Pindah rumah
10 Malam pertama yang tertunda
11 Curiga
12 Pamit
13 Perdebatan kecil
14 Apa artinya aku?
15 Tak di anggap
16 Rasa
17 Paksaan Alan
18 Suara hati Ibu
19 Kandang harimau
20 Menginap
21 Alan sakit
22 Dinda pulang
23 Beda rasa
24 Khawatir
25 Rumah sakit
26 Keinginan Dinda
27 Mesin jahit
28 Salah sangka
29 Ancaman Alan
30 Mengenang masa lalu
31 Cemburu buta
32 Selamat
33 Keluarga terbaik
34 Langkah cepat
35 Pantang menyerah
36 Sekedar sahabat
37 Menepis perasaan
38 Kepergok
39 Berani
40 Ulang tahun
41 Kado terindah
42 Batal
43 Kecewa
44 Pasrah
45 Cerita
46 Selalu di abaikan
47 Cowok
48 Sindiran
49 Marah
50 Ibu datang
51 Sandiwara
52 Se-ranjang
53 Pulang kampung
54 Perdebatan kecil
55 Mulai sadar
56 Fakta baru
57 Tercyduk
58 Rencana Faisal
59 Kepergian Dinda
60 Sikap Faisal
61 Curiga
62 Mengambil barang
63 Di tolak
64 Mulai goyah
65 Permohonan Faisal
66 Tersinggung
67 Pitutur sahabat
68 Tanda melahirkan
69 Kenyataan pahit
70 Penyemangat
71 Dukungan
72 Kesepakatan
73 Dinda pulang
74 Rencana Faisal
75 Tujuh tahun lalu
76 Tak tega
77 Amarah sang mama
78 Mengetahui
79 Keras kepala
80 Pengumuman
81 Pencarian part 1
82 Pencarian part 2
83 Pencarian part 3
84 Kemarahan Daka
85 Perkembangan
86 Selamat jalan Baby boy
87 Kabar mengejutkan
88 Mengingat masa kecil
89 Siasat Alan dan Daka
90 Menyamar
91 Bukti bukan janji
92 Ketahuan
93 lembaran baru
94 Hampir terwujud
95 Paris 1
96 Paris 2
97 Makin aneh
98 Paris 3
99 Paris 4
100 Membuka rahasia
101 Perpisahan
102 Pisah ranjang
103 Bimbang
104 Nginep
105 Makan malam bersama
106 Restu sang mama
107 Alan cemburu
108 Malih rupa
109 Terungkapnya sebuah penyamaran
110 Tak mau gagal lagi
111 Jahil
112 Kabar buruk
113 Momen terakhir di kampung
114 Gagal menikah
115 Daka pengganggu
116 Olokan
117 Masa depan baru
118 Bercerai
119 Masih berharap
120 Salah paham
121 Tingkah aneh Dinda
122 Geger
123 Positif
124 Ngidam Dokter Tono
125 Kembar
126 Ketakutan Alan
127 Cemburu
128 Batal
129 Cowok cewek
130 Pangling
131 Bakpao
132 Salah ngomong
133 Kebahagiaan yang terpenting
134 Melahirkan
135 Baby Twins
136 Aditama dan Aldifana
137 Tingkah konyol Bu Yanti
138 Kompor
139 Buntung dan untung
140 Keputusan yang tepat
141 Melanjutkan yang belum terlaksana
142 Bapak sakit
143 Menjenguk
144 Kegagalan sebuah rencana
145 Muntah
146 Masih mual
147 Penuh kejutan
148 Salad kampung
149 Jalan jalan
150 Kesedihan Alan
151 Amarah
152 Burung berbisa
153 Rayuan untuk para istri
154 Anak kedua
155 Indah pada waktunya
156 pengumuman
157 Novel baru sudah rilis
158 Ada novel baru lagi loh!!!
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Prolog, Masalah
2
Perkenalan
3
Permohonan sang Mama
4
Penolakan Dinda
5
Setuju
6
Minta Anak
7
Kehangatan
8
Pernikahan
9
Pindah rumah
10
Malam pertama yang tertunda
11
Curiga
12
Pamit
13
Perdebatan kecil
14
Apa artinya aku?
15
Tak di anggap
16
Rasa
17
Paksaan Alan
18
Suara hati Ibu
19
Kandang harimau
20
Menginap
21
Alan sakit
22
Dinda pulang
23
Beda rasa
24
Khawatir
25
Rumah sakit
26
Keinginan Dinda
27
Mesin jahit
28
Salah sangka
29
Ancaman Alan
30
Mengenang masa lalu
31
Cemburu buta
32
Selamat
33
Keluarga terbaik
34
Langkah cepat
35
Pantang menyerah
36
Sekedar sahabat
37
Menepis perasaan
38
Kepergok
39
Berani
40
Ulang tahun
41
Kado terindah
42
Batal
43
Kecewa
44
Pasrah
45
Cerita
46
Selalu di abaikan
47
Cowok
48
Sindiran
49
Marah
50
Ibu datang
51
Sandiwara
52
Se-ranjang
53
Pulang kampung
54
Perdebatan kecil
55
Mulai sadar
56
Fakta baru
57
Tercyduk
58
Rencana Faisal
59
Kepergian Dinda
60
Sikap Faisal
61
Curiga
62
Mengambil barang
63
Di tolak
64
Mulai goyah
65
Permohonan Faisal
66
Tersinggung
67
Pitutur sahabat
68
Tanda melahirkan
69
Kenyataan pahit
70
Penyemangat
71
Dukungan
72
Kesepakatan
73
Dinda pulang
74
Rencana Faisal
75
Tujuh tahun lalu
76
Tak tega
77
Amarah sang mama
78
Mengetahui
79
Keras kepala
80
Pengumuman
81
Pencarian part 1
82
Pencarian part 2
83
Pencarian part 3
84
Kemarahan Daka
85
Perkembangan
86
Selamat jalan Baby boy
87
Kabar mengejutkan
88
Mengingat masa kecil
89
Siasat Alan dan Daka
90
Menyamar
91
Bukti bukan janji
92
Ketahuan
93
lembaran baru
94
Hampir terwujud
95
Paris 1
96
Paris 2
97
Makin aneh
98
Paris 3
99
Paris 4
100
Membuka rahasia
101
Perpisahan
102
Pisah ranjang
103
Bimbang
104
Nginep
105
Makan malam bersama
106
Restu sang mama
107
Alan cemburu
108
Malih rupa
109
Terungkapnya sebuah penyamaran
110
Tak mau gagal lagi
111
Jahil
112
Kabar buruk
113
Momen terakhir di kampung
114
Gagal menikah
115
Daka pengganggu
116
Olokan
117
Masa depan baru
118
Bercerai
119
Masih berharap
120
Salah paham
121
Tingkah aneh Dinda
122
Geger
123
Positif
124
Ngidam Dokter Tono
125
Kembar
126
Ketakutan Alan
127
Cemburu
128
Batal
129
Cowok cewek
130
Pangling
131
Bakpao
132
Salah ngomong
133
Kebahagiaan yang terpenting
134
Melahirkan
135
Baby Twins
136
Aditama dan Aldifana
137
Tingkah konyol Bu Yanti
138
Kompor
139
Buntung dan untung
140
Keputusan yang tepat
141
Melanjutkan yang belum terlaksana
142
Bapak sakit
143
Menjenguk
144
Kegagalan sebuah rencana
145
Muntah
146
Masih mual
147
Penuh kejutan
148
Salad kampung
149
Jalan jalan
150
Kesedihan Alan
151
Amarah
152
Burung berbisa
153
Rayuan untuk para istri
154
Anak kedua
155
Indah pada waktunya
156
pengumuman
157
Novel baru sudah rilis
158
Ada novel baru lagi loh!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!