Setelah meeting selesai, Adam bergegas mencari Cesar di luar hotel. Dia sudah sangat tidak sabar ingin segera menghubungi istrinya.
"Bagaimana? Apa kau berhasil mendapatkan nomornya Rose?" tanya Adam begitu sampai di dekat Cesar.
Cesar menarik nafas panjang. Dia kemudian menggelengkan kepala.
"Manager restoran itu tidak mempunyai nomornya Rose, Dam. Istrimu itu tak pernah merespon saat di mintai nomor ponselnya."
"Ya Tuhan!" keluh Adam sambil mengusap wajahnya hingga memerah. "Bagaimana ini, Rose pasti salah paham padaku. Dia pasti mengira kalau aku adalah pria hidung belang yang hanya ingin mengambil keuntungan darinya. Aarrggggg, dasar bodoh! Kenapa aku bisa sampai lupa meminta nomornya sih!
Cesar setengah mati menahan diri untuk tidak tertawa melihat betapa frustasinya Adam karena dia gagal mendapatkan nomornya Rose. Sebenarnya Cesar sudah mengantongi nomornya Rose, tapi tiba-tiba saja dia ingin menjahili sahabatnya supaya kebakaran jenggot.
"Lakukan sesuatu, Ces. Apapun caranya kau... Cesar, kau tertawa?.
Perkataan Adam terjeda saat dia melihat wajah Cesar memerah seperti orang yang sedang menahan sesuatu. Sadar kalau dirinya sedang di permainkan, tanpa pandang bulu Adam langsung meninju perut Cesar. Dia begitu kesal karena sahabatnya ini membuat pikirannya menjadi semakin tidak karu-karuan.
Buugghh
"Akkhhh! Kau gila ya Dam!" teriak Cesar sambil memegangi perutnya.
"Kau yang gila!" balas Adam balik berteriak. "Aku sudah hampir mati memikirkan Rose dan kau malah mempermainkan aku. Kau sudah bosan hidup atau bagaimana hah!
Mulut Cesar memberengut. Dia meringis sambil terus mengusap perutnya yang baru saja mendapat bogem mentah dari pria yang sedang memelototkan mata di hadapannya.
"Aku hanya ingin bercanda saja, Dam."
"Bercandamu sama sekali tidak lucu!" sungut Adam. "Berikan nomornya Rose padaku. Membuat orang panik saja kau."
"Iya-iya maaf" sahut Cesar kemudian merogoh ponsel di saku celananya. "Ini.."
Adam segera mengambil ponsel Cesar kemudian menyalin nomor milik Rose. Setelah itu dia segera melakukan panggilan dan menunggunya dengan sabar sambil mencari tempat duduk.
"Angkat telfonnya, Rose. Ini aku, suamimu" gumam Adam saat panggilannya tak kunjung di jawab.
Sekali tak mendapat respon, Adam kembali melakukan pangggilan hingga berulang kali. Tepat di saat Adam melakukan panggilan ke tujuh belas barulah Rose mengangkat teleponnya.
"Honey" sapa Adam gembira.
Lama tak ada jawaban dari seberang telepon. Hal itu membuat Adam menjadi gusar. Dia khawatir kalau Rose sudah terlanjur marah padanya.
"Honey, ini aku, Adam. Suamimu."
"Ada apa?.
Rasanya lega sekali begitu telinga Adam mendengar suara lembut milik istrinya. Sebelum berbicara, dia terlebih dahulu menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan-lahan.
"Maaf pagi tadi aku pergi tanpa pamit padamu. Ada pekerjaan mendadak yang mengharuskan aku segera berangkat ke Negara N. Tadinya aku ingin membangunkanmu, tapi aku urungkan karena kau tertidur dengan sangat lelap.Aku tidak tega" jelas Adam menggebu. "Kau tidak marah padaku kan?
"Tidak."
Hanya sepatah kata itu saja yang keluar dari mulut istrinya. Namun hal itu sudah membuat Adam merasa sangat senang. Adam kemudian teringat dengan pesan Rolland, sahabatnya yang mengira kalau Rose adalah adiknya yang hilang. Dia lalu menanyakan tentang kalung bernama pada istrinya untuk memastikan apakah benar istrinya adalah Rose adiknya Rolland atau bukan.
"Honey, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?
Tidak ada jawaban. Hanya helaan nafas yang terdengar dari seberang telepon. Adam lalu memutuskan kalau helaan nafas tersebut merupakan tanda jika istrinya memberinya izin untuk bertanya.
"Apa kau mempunyai sebuah kalung bernama?
"Kalung bernama? Apa maksudmu Dam?
"Begini..." jawab Adam sambil mengendurkan dasi di lehernya. "Temanku Rolland, dia pernah mempunyai seorang adik kembar, namanya Rose. Adiknya itu hilang tujuh belas tahun lalu, dan kemarin dia tidak sengaja mendengar aku menyebutkan namamu. Rolland langsung bereaksi keras dan menganggap kalau kau itu adiknya. Tentu saja aku tidak percaya karena umur Rolland dua tahun lebih tua darimu, mustahil kalau kalian itu saudara kembar. Iya kan?
"Lalu?
"Rolland kemudian bertanya padaku apakah kau memiliki kalung bernama apa tidak? Aku jawab tidak karena semalam aku memang tidak melihatmu memakainya."
Setelah bicara seperti itu tiba-tiba wajah Adam memerah. Dia teringat dengan kejadian panas yang terjadi semalam dimana Rose bercumbu mesra dengannya. Menjerit dan juga melenguh saat badai kenikmatan itu datang melanda mereka berdua.
"Teruskan!.
"Ekhmm.. " Adam berdehem untuk menormalkan pikirannya. "Untuk membuktikan kalau prasangkanya itu salah, aku berjanji pada Rolland akan menanyakan tentang kalung itu padamu. Dan sekarang aku butuh jawaban segera. Aku tidak tega melihatnya terus gelisah karena berharap kau adalah adiknya. Jadi bisakah kau memberitahuku apa kau mempunyai kalung tersebut atau tidak?
"Tidak... Kau pasti tahu bukan kalau aku ini berasal dari pedesaan? Sedangkan temanmu itu sepertinya berasal dari keluarga berada. Seharusnya tanpa aku memberi jawaban kau pun tahu jika kami tidak mungkin saudara kembar. Usiaku dua puluh dua tahun. Jika dia lebih tua dua tahun diriku berarti sekarang usianya dua puluh empat tahun. Dari segi usia saja kami sudah sangat berbeda, lalu keyakinan darimana temanmu itu bisa menganggapku sebagai adiknya? Konyol!.
Adam terkesima. Bukan karena jawaban pedas istrinya, melainkan durasi waktu saat istrinya bicara. Ini adalah kali pertama Adam mendengar istrinya bicara sepanjang ini. Karena yang dia tahu Rose itu sangat irit bicara. Entah itu padanya, terlebih lagi pada orang lain.
"Maklumi saja Hon, dia seperti itu karena sangat merindukan adiknya. Jangan marah, ya?" bujuk Adam sambil tersenyum kecil.
Kembali tak ada jawaban. Adam benar-benar gemas di buat oleh istrinya yang cantik itu.
"Kau sedang apa? Di sana pasti sudah tengah malam kan?" tanya Adam membuka pembicaraan.
"Sedang berbicara denganmu."
"Apa kau berbicara sambil berbaring di ranjang?
Adam merindukan kasur empuk yang menjadi saksi penyatuannya dengan Rose.
"Ya, dan aku sedang bersama orang lain sekarang."
Ucapan Rose sukses membuat mata Adam terbelalak lebar. Pikirannya kacau.
"Rose, aku setengah mati menahan rindu karena berjauhan denganmu dan kau malah asik berduaan dengan orang lain? Kau itu masih memiliki suami, Rose. Kenapa kau tega berselingkuh dengan pria lain?" amuk Adam gusar.
"Apa aku ada menyebut jika orang yang sedang bersamaku adalah seorang pria? Aku tidak serendah itu Dam, aku juga tahu kalau aku ini sudah memiliki suami. Tolong jaga kata-katamu, aku tersinggung."
Adam langsung menelan ludah begitu mendengar jawaban Rose. Sepertinya dia sudah salah menduga. Tak ingin istrinya berlarut dalam kemarahan, Adam pun segera meminta maaf.
"Honey, i'm sorry... Aku terlalu cemburu sampai hilang akal dengan menuduhmu melakukan hal yang tidak-tidak. Maaf ya" bujuk Adam.
"Namanya Mona, dia temanku di sekolah."
"Hmm, maaf ya. Aku benar-benar sudah salah paham padamu" sahut Adam tak enak hati. "Ini sudah malam, kau sebaiknya tidur. Besok tolong bangunkan aku ya. Aku ingin mendengar suaramu saat membuka mata."
"Iya. Good night, Adam."
Ah, lembutnya ucapan selamat malam ini. Suara Rose membuat Adam semakin merindukannya.
"Good night, Honey. I love you.."
Panggilan terputus. Adam tertawa sambil mengacak rambutnya sendiri karena Rose tak mau membalas ucapan cintanya. Entah karena gadis itu masih merasa malu atau karena ada hal lain. Yang jelas Adam sangat bahagia malam ini.
"Ckck, sadar tempat, Dam. Kau bisa di anggap orang gila jika tertawa seperti itu sendirian" sindir Cesar yang entah kapan sudah berada di dekat Adam.
"Kau menguping?
"Itu harus. Hahahahaha... Kapan lagi aku bisa melihat seorang Adamar Clarence kasmaran? Sungguh suatu pemandangan yang sangat langka."
"Brengsek kau!" maki Adam kemudian tertawa.
Cesar terkekeh.
"Sekarang sudah tidak galau lagi kan?
"Masih, karena malam ini aku harus tidur dengan guling, bukan dengan istriku."
"Cihh, menggelikan" ejek Cesar.
"Ces, terima kasih. Aku berhutang banyak padamu" ucap Adam sembari menepuk bahu sahabatnya.
"Tidak masalah. Cukup beri aku tambahan bonus saat gajian nanti" sahut Cesar dengan senyum tengilnya.
"Dasar mata duitan."
"Hei, itu realita bung. Sebagai seorang Casanova aku memang harus mata duitan. Jika tidak, wanita mana yang mau menghangatkan ranjangku."
"Terserah. Aku bisa gila jika bicara denganmu" keluh Adam kemudian beranjak pergi meninggalkan Cesar yang masih berceloteh tidak jelas sambil menyebut namanya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
...🌹Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss 🔪🔪🔪...
...🌹 Ig: rifani_nini...
...🌹 Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Otin Frankenstein Jr.
pasti rose sengaja ga pake kalung, buat nutup identitasnya,
Mao liat kebenaran dulu, kek nya
2022-08-07
1
paty
katanya rose bisa melihat masa depan, tp kok tidak ya
2022-06-16
0
Asih Ningsih
hampir tak percaya klu cesar gak dpt no rose
2022-02-22
0