"Hai Rose..."
"Rose, bagaimana kabarmu hari ini?."
"Rose, kau semakin cantik saja. Mau berkencan denganku tidak?."
Kurang lebih seperti itulah sapaan yang Rose terima saat dirinya berjalan masuk ke dalam kampus. Sudah dua tahun lebih dia mengabaikan godaan dari pada hidung belang yang terus bertambah setiap harinya. Sementara para gadis ada sebagian dari mereka yang merasa iri, namun ada juga yang menatapnya penuh kagum. Karena selain memiliki tubuh dan wajah yang sangat mempesona, Rose adalah mahasiswi terpintar di universitas ini. Wajarlah jika hal itu menimbulkan banyak kecemburuan sosial bagi para gadis yang merasa tersaingi. Pernah beberapa kali para gadis itu berniat mencelakai Rose. Namun usaha mereka selalu saja gagal, bahkan Rose dengan mudahnya membalik keadaan hingga akhirnya gadis-gadis itu yang menjadi korban dari kejahatan mereka sendiri.
"Rose....!!!."
Langkah Rose terhenti. Dia kemudian berbalik, menatap seorang gadis culun yang sedang berlari-lari kecil kearahnya.
"Dekan memanggilmu, sekarang!" ucap Mona terengah. "Eh tunggu dulu, kau tidak membuat masalah kan? Aku takut ada seseorang yang ingin menjebakmu!."
Tanpa memberi tanggapan, Rose berlalu begitu saja dari hadapan Mona. Dia mulai menebak-nebak gerangan apa yang terjadi hingga dirinya harus di panggil ke ruang dekan. Saat Rose tiba di depan pintu ruangan, dia tidak langsung mengetuk pintu. Rose merasa ada yang janggal karena dia tidak merasa pernah melakukan kesalahan apapun yang membuatnya harus masuk ke ruangan ini.
Ceklek
"Oh Rose, kau sudah datang?" tanya seorang pria paruh baya yang terlihat kaget melihat keberadaan muridnya. Dia adalah Tuan Regar, dekan ter-killer yang ada di universitas ini.
Rose mengangguk. Dia hanya berdiri diam tanpa berniat menyapa sang dekan. Tuan Regar yang memang sudah hafal dengan tabiat murid jenius ini hanya tersenyum kecil. Dia kemudian mempersilahkan Rose untuk masuk ke dalam.
"Duduklah Rose, ada hal penting yang ingin saya bicarakan denganmu" ucap Regar sembari mendudukkan bokongnya di kursi.
Rose patuh. Dia segera duduk kemudian kembali menatap wajah si dekan. Dia masih enggan untuk membuka mulut, lebih memilih untuk diam menunggu dekannya yang berbicara terlebih dahulu.
"Begini, tahun ini adalah tahun terakhir kau menjadi mahasiswa di universitas ini. Jadi minggu depan pihak sekolah ingin mengadakan sebuah acara perpisahan untuk para mahasiswa yang akan segera melakukan wisuda. Berhubung kau sangat pandai bermain piano, saya memasukkan namamu ke dalam daftar mahasiswa yang akan ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Bagaimana, kau merasa keberatan tidak? Kalau iya, saya akan mencoretnya da..
"Tidak" sahut Rose singkat.
Regar tersenyum. Sesuai harapannya, muridnya ini pasti tidak akan menolak. Bukan tanpa alasan kenapa Regar memasukkan nama Rose ke dalam daftar pengisi acara. Jujur saja, semua guru dan bahkan seluruh mahasiswa sangat menyukai alunan melodi yang di bawakan olehnya. Rose selalu berhasil membuat semua orang terbius dengan permainan pianonya yang sangat indah. Membuat semua orang menjadi ketagihan ingin mendengarnya lagi dan lagi.
"Baguslah, senang mendengarnya" ucap Regar lega. "Ya sudah, hanya ini saja yang ingin saya bicarakan. Kau boleh kembali ke kelasmu!."
Rose mengangguk. Setelah itu dia segera keluar dari ruangan, mengabaikan sang dekan yang sedang menggelengkan kepala melihat sikapnya yang begitu dingin.
Di luar ruangan, Mona tengah mondar-mandir seraya menggigit jari. Dia langsung menghambur kearah Rose begitu melihatnya keluar. "Bagaimana Rose? Apa yang di katakan oleh Tuan Regar? Kau tidak di keluarkan dari Universitas ini kan? Siapa yang melaporkanmu padanya?."
Di cecar seperti itu oleh satu-satunya orang yang menjadi temannya membuat Rose menghela nafas panjang. Dia lalu menatap lekat kearah Mona yang terlihat sangat khawatir.
"Tidak terjadi apapun di dalam tadi!."
Hanya jawaban sesingkat itu yang berhasil Mona dengar dari mulut temannya yang irit bicara ini. Kendati seperti itu dia sudah bisa merasa lega. Tanpa merasa canggung, Mona segera melingkarkan tangannya ke lengan Rose. Dia lalu mengajaknya untuk berjalan menuju kelas mereka.
"Rose, sebentar lagi kita akan segera menyelesaikan kuliah di sini. Kira-kira di perusahaan mana kau ingin magang?."
Tidak ada jawaban dari Rose. Dia hanya diam mendengarkan celotehan temannya sambil terus melangkah menuju ruangan mereka. Rose acuh saat tidak sengaja mendengar gunjingan beberapa gadis yang terus menatap sinis kearah mereka berdua.
"Ayo jawab aku, Rose. Aku sangat penasaran perusahaan beruntung mana yang akan di singgahi oleh mahasiswi tergenius di negara ini. Bahkan jika mampu aku akan mengikutimu magang di sana, aku tidak mau berpisah denganmu Rose" rengek Mona seperti anak kecil.
Mona begitu mengangumi kepintaran Rose sejak dia masuk ke universitas ini. Jika mahasiswa lain membutuhkan waktu selama kurang lebih empat tahun untuk menyandang gelar sarjana, Rose hanya memerlukan waktu selama dua setengah tahun untuk menyandang gelar tersebut. Itupun dengan predikat mahasiswi terbaik sepanjang masa, padahal Rose sendiri berasal dari pedesaan. Sedikit mustahil jika di pikir dengan akal sehat. Namun yaitu, semua penghuni universitas ini mau tidak mau harus mengakui kecerdasan seorang Rose. Bahkan gadis pendiam ini menjadi tolak ukur para pria dalam mencari pasangan hati. Mereka seakan menjadikan Rose sebagai patokan utama dalam setiap hal yang ingin mereka lakukan.
"Aku belum tahu perusahaan mana yang ingin aku datangi. Kalau kau ingin mengikutiku, pastikan otakmu tidak tumpul. Akan sangat memalukan jika orang lain tahu aku membawa seorang teman bodoh untuk bekerja di tempat yang sama!" ucap Rose pedas.
Mona langsung menelan ludah begitu geraham temannya ini terbuka. Bukan sekali dua kali dia di buat kaget dengan kata-kata pedasnya, tapi tetap saja dia akan merasa kaku jika mendengarnya.
"Hehehe Rose, kau ini kalau bicara suka terus terang sekali ya. Iya iya aku tahu kalau aku ini tidak sepintar dirimu. Itulah kenapa aku terus menempel padamu seperti parasit, siapa tahu dengan begini aku bisa terjangkit virus yang membuatmu begitu pintar. Kan lumayan!" ucap Mona tanpa ragu mengakui kebodohannya.
Rose tersenyum samar, merasa tergelitik dengan ucapan jujur temannya. Langkah mereka berdua terpaksa harus terhenti saat ada tiga orang gadis berdiri menghadang di depan pintu masuk.
"Grace, mau apa kau?" tanya Mona sedikit takut.
"Ck, diam kau gadis culun. Aku tidak ada urusan denganmu, tapi dengan temanmu yang sok kecantikan ini" sahut Grace sembari menunjuk wajah Rose. "Hei kau gadis desa, sihir apa yang sudah kau gunakan untuk mengguna-gunai semua pria yang ada di universitas ini hah! Beraninya kau ingin menguasai mereka seorang diri!."
Mona mengeratkan tangannya ke lengan Rose melihat Grace yang sedang melotot seperti nenek sihir. Grace adalah putri dari keluarga paling kaya yang ada di Negara S. Itulah kenapa semua orang takut jika bermasalah dengannya. Tapi sepertinya ketakutan itu hanya akan berlaku pada mahasiswa lain, tidak dengan Rose. Gadis ini terlihat santai-santai saja saat Grace memakinya.
"Yakkk Rose, kau dengar aku tidak!" sentak Grace kesal.
Baru saja dua teman Grace hendak maju ke depan, mereka harus kembali mundur dengan takut saat Rose melemparkan tatapan datar kearah mereka. Mona yang melihat hal itu tersenyum puas. Dia senang sekali melihat para gadis ini diam tak berkutik meski temannya tidak melakukan apapun pada mereka bertiga.
"Menyingkirlah. Tubuh gemuk kalian menghalangi jalanku!."
Ucapan singkat Rose berhasil membuat Grace dan teman-temannya berteriak histeris. Mereka segera berlari kearah kamar mandi untuk memeriksa apakah benar tubuh mereka menggendut. Sedangkan Rose sendiri kini sudah melenggang masuk ke dalam kelas kemudian duduk di bangkunya. Dia bahkan tak mempedulikan Mona yang masih berdiri tercengang di depan pintu masuk.
"Luar biasa. Mulutnya Rose benar-benar sangat tajam. Ahh, kapan aku bisa sekeren dia ya?" gumam Mona kemudian berlari masuk ke dalam kelas.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
...📢 Jangan lupa tinggalkan vote, like, dan comment ya gengss 🔪🔪🔪🔪🔪...
...🌹 Ig: emak_rifani...
...🌹 Fb: Nini Lup'ss...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Putri Kurniasari
suka rose...mirip banget Ama neneknya...
2023-07-12
1
Azzahro shofiya Ramadhani
🤣🤣🤣mantabbbb....setajam silet....😘😘😘❤️❤️❤️🌹🌹🌹
2023-02-23
0
epifania rendo
mona memang luar biasa dengar kata2 ros biasa saja
2022-11-22
0