Mona mengerutkan kening ketika melihat cara berjalan Rose yang terlihat sedikit aneh. Khawatir terjadi sesuatu pada temannya, dia segera menanyakan apa yang terjadi.
"Rose, kenapa jalanmu terlihat aneh ya? Kau tidak apa-apa kan?.
Di tanya seperti itu membuat Rose yang sedang melamun terhenyak kaget. Dia lalu mengangguk, kemudian kembali memikirkan kejadian yang entah kenapa terasa sangat mengganjal di hatinya.
Pagi tadi saat Rose membuka mata, dia tidak melihat keberadaan suaminya di dalam kamar. Rose sudah berusaha mencari Adam, tapi nihil. Pria itu seakan lenyap di telan bumi. Seandainya Rose tidak merasakan perih dan juga ada banyak bercak keunguan di tubuhnya, dia pasti akan menganggap kalau apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi semata. Tapi noda darah di atas sepreinya menyadarkan Rose kalau kejadian panas semalam itu nyata, Adam benar-benar ada dan pernikahan mereka benar terjadi. Jika memang begitu lalu kemana perginya Adam? Kenapa pria itu menghilang setelah mengambil kehormatan yang di miliki oleh Rose? Apakah mungkin pria itu adalah jenis pria bajingan yang hanya suka mempermainkan wanita? Memikirkan hal itu membuat dada Rose terasa sesak. Dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kuat.
"Rose, ada apa? Kau sedang ada masalah ya?" cecar Mona yang sejak tadi terus memperhatikan gelagat aneh di diri temannya.
"Tidak" jawab Rose singkat.
Saat mereka akan berbelok menuju ruang kelas, tiba-tiba saja Rose menghentikan langkahnya. Dia berbalik kemudian melangkah pergi, meninggalkan Mona yang sedang menatapnya penuh kebingungan.
"Kau mau kemana Rose? Kelas kita kan ada di sana?" tanya Mona sambil berlari-lari kecil.
"Aku malas" jawab Rose. "Ingin menemaniku bermain musik tidak?.
Mona diam berfikir. Dia kemudian teringat dengan kejadian kemarin dimana Rose membuat Grace dan kedua temannya merasa kesal. Tak ingin menjadi sasaran amukan ketiga wanita jahat itu, Mona akhirnya memutuskan untuk menemani Rose bermain musik. Grace adalah putri dari pemilik saham terbesar di Universitas ini, jadi Mona tidak mau kalau sampai berurusan dengannya.
"Mau lah. Ayo!.
Rose acuh ketika Mona bergelayut di tangannya, hal lumrah yang selalu di lakukan oleh satu-satunya orang yang menjadi temannya di Universitas ini. Tak lama kemudian keduanya sampai di ruang musik. Seulas senyum tipis nampak menghiasi bibir Rose ketika dia melihat benda putih yang terpajang di ruangan tersebut.
"Katakan buruk kalau kau tidak menyukai permainan pianoku" ucap Rose sebelum memainkan nada kesukaannya.
Mona terperangah. Yang benar saja. Selama ini permainan piano yang di mainkan oleh Rose selalu berhasil menyihir semua jiwa yang mendengarnya. Bahkan tidak ada satupun mahasiswa jurusan musik yang bisa menandingi kemampuannya. Dan baru saja Rose memintanya untuk mengatakan kalau permainannya buruk jika tidak menyukainya. Astaga, di bunuh pun Mona tidak akan mampu untuk berfikir kearah sana.
'Adam, kau sebenarnya kemana? Kenapa kau pergi dengan begini sunyi setelah mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupku? Bukankah kau sendiri yang bilang akan menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab? Tapi kenapa kau pergi? Apa kau tidak sungguh-sungguh dengan pernikahan kita? Tapi kenapa, Dam? Apa salahku?.
Sebutir cairan bening lolos dari sudut mata Rose saat dia terkenang dengan Adam. Ada perasaan sedih yang begitu menyayat hati saat Rose terfikir kalau hal manis yang terjadi semalam hilang dalam sekejap. Padahal dia sudah memantapkan hati pada pernikahan kilatnya dan berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan menjalankan tugasnya sebagai istri yang baik. Mungkin akibat tekanan perasaan, permainan piano Rose terdengar begitu mendayu-dayu. Bahkan Mona sampai ikut meneteskan airmata karena larut dalam alunan musik tersebut. Dan tanpa di sadari oleh keduanya, di jendela ada sepasang mata yang sedang memperhatikan. Mata itu sebentar terbuka, sebentar terpejam. Seakan ikut menikmati alunan musik sedih yang sedang menggema di dalam ruangan tersebut.
Prokk, prokk, prokk
"Luar biasa. Permainanmu selalu saja membuat orang lain terpesona, Rose. Saya tidak sabar ingin segera melihat pertunjukanmu minggu nanti!.
Rose yang baru saja menyelesaikan permainannya langsung menoleh kearah sumber suara.
"Selamat siang, Tuan Regar" sapa Mona sambil membungkukkan badan.
Regar mengangguk. Dia tak mempermasalahkan sikap murid jenius ini yang tidak mau menyapanya. Sudah biasa.
"Kenapa kalian tidak masuk kelas?" tanya Regar sambil memperhatikan mata Rose yang terlihat sembab.
"Malas" jawab Rose singkat.
Mona terkejut. Dia tidak menyangka kalau temannya ini akan bicara dengan begitu jujur di hadapan dosen paling killer di kampus mereka.
"Lalu kau?.
Regar tak masalah meski Rose membolos setiap hari. Karena pada kenyataannya, tidak ada satupun mahasiswa di Universitas ini yang mampu menandingi nilai-nilai pelajaran miliknya. Tapi tidak dengan Mona. Regar tahu betul kalau mahasiswanya yang culun ini sedikit bodoh.
"Aku-aku... Rose memintaku untuk menemaninya bermain musik, Tuan Regar. Jadi aku ikut membolos kemari" jawab Mona takut.
"Benar begitu Rose?.
Rose mengangguk.
"Oh ya Rose, saya ingin bertanya sesuatu padamu. Apa kau pengagum pianis yang mempopulerkan musik yang kau mainkan tadi? Em, kalau tidak salah namanya Tuan Mark, ya Mark. Dia adalah seorang pianis kenamaan yang tinggal di luar negeri. Apa kau salah satu penggemarnya?" tanya Regar penasaran.
'Mark? Siapa dia? Kenapa namanya terdengar tidak asing?.
"Bukan, aku tidak mengenalnya."
"Kalau kau tidak mengenalnya, lalu dari siapa kau belajar musik itu? Aku dengar nadanya sangat sulit di mainkan, butuh ketekunan dan juga pengawasan dari orang-orang tertentu untuk bisa menguasainya dengan baik. Konon, musik ini di sebut musik kesepian karya seorang pria biasa yang di tinggal mati oleh istrinya. Dia merasa sangat sedih, hingga akhirnya menciptakan musik kesepian tersebut dengan banyak rahasia di dalamnya. Dan Tuan Mark adalah satu dari tiga pianis yang mampu memecahkan teka-teki dalam nada musik tersebut. Makanya tadi saya kaget saat mengetahui kalau kau ternyata bisa memainkannya. Saya pikir kau penggemar beratnya" ucap Regar keheranan.
Rose diam menyimak penjelasan dari sang dosen. Dia seperti familiar dengan nama musik tersebut. Musik kesepian, dia pun sebenarnya bingung darimana jari-jarinya bisa mempelajari nada tersebut. Yang Rose tahu, setiap kali dia merasa sedih, dia pasti selalu memainkan musik ini. Ada perasaan rindu yang begitu dalam setiap kali musiknya mulai di mainkan. Rasanya seperti ada aroma perpisahan yang begitu menguras airmata.
"Ya sudahlah, mungkin ini hanya kebetulan saja. Karena kalian sedang malas untuk masuk ke kelas, silahkan kalian latihan saja di sini. Hitung-hitung sekalian mempersiapkan penampilanmu untuk minggu depan nanti, Rose. Tidak apa-apa kan?" ucap Regar.
Rose mengangguk.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Selamat latihan!.
Sepeninggal sang dekan, Rose dan Mona saling diam. Cukup lama ruangan itu menjadi sunyi hingga akhirnya Rose kembali memainkan piano.
'Musik kesepian? Ada apa ini? Kenapa hatiku menjadi gelisah? Siapa Mark? Apa dia ada hubungannya dengan hidupku? Kenapa dadaku rasanya sesak sekali? Ada apa ini?.
Mona yang melihat temannya seperti tidak fokus segera mengelus bahunya pelan. Dia bisa melihat kalau Rose sebenarnya sedang ada masalah, namun karena kepribadiannya yang begitu tertutup Mona tak ingin memaksanya untuk bicara. Dia lebih baik menunggu Rose berbicara sendiri.
"Kalau kau merasa lelah istirahat lah dulu, Rose. Jangan di paksa, aku tahu kau sedang gelisah."
"Apa kau merasa sedih saat mendengar musik kesepian itu?" tanya Rose setelah menghentikan permainannya.
"Iya, aku bahkan menangis. Musik itu sangat menyayat hati" jawab Mona jujur.
Rose menghela nafas.
"Ayo jalan-jalan. Sepertinya aku butuh udara segar."
Mata Mona langsung berbinar. Ini adalah kali pertama Rose mau mengajaknya pergi berdua. Selama ini meskipun Mona merengek sampai menangis di depannya, tak pernah sekalipun Rose bersedia untuk meluangkan waktu bersama. Sepertinya kali ini Rose benar-benar sedang menghadapi masalah yang cukup besar. Khawatir temannya akan berubah pikiran, dengan cepat Mona menarik tangan Rose untuk segera pergi dari sana. Dia merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama satu-satunya teman yang dia miliki.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
...🌹 Jangan lupa vote, like, dan comment...
...ya gengss 🔪🔪🔪...
...🌹 Ig: rifani_nini...
...🌹 Fb: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
L A
author ....ini aku baca kedua kalinya
Maaf ya klo dulu2 baca asal baca tanpa ninggalin jempol .....
Sekarang jempol kutinggal utk tiap bab 👍😍❤️
2023-11-10
0
Zuraida Zuraida
diiiihh siadam maen tinggal aje bininye
2023-04-10
0
epifania rendo
mona mona
2022-11-22
0